Latar belakang. Sebanyak 1 juta kasus baru dan 625.000 kematian terjadi di dunia setiap
tahunnya akibat meningitis kriptokokus. Perbaikan dalam antiretroviral (ARV) telah
dilaksanakan namun jumlah kasus meningitis kriptokokus masih tinggi. Mortalitas juga masih
tinggi (30-40%) bahkan dengan terapi amfoterisin B. Dengan epidemiologi penyakit yang
tersebar luas dan mortalitas yang substansial, penyakit ini perlu dipikirkan sebagai masalah
kesehatan besar yang memerlukan perhatian global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mortalitas meningitis kriptokokus di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan faktor yang
berhubungan.
Metode. Penelitian kohort retrospektif dengan rekam medis di RSUPN Cipto Mangunkusumo
pada subjek dengan meningitis kriptokokus dari tahun 2013-2023. Analisis dilakukan terhadap
data dasar, klinis, pemeriksaan penunjang, dan tata laksana yang dihubungkan dengan
mortalitas 2 minggu.
Hasil. Dari 68 subjek yang melalui kriteria inklusi dan ekslusi, didapatkan mortalitas 2 minggu
sebesar 26,5%. Subjek dengan HIV positif didapatkan sebesar 91% dengan riwayat
penggunaan ARV sebesar 49% dan riwayat putus ARV sebesar 16%. Manifestasi klinis
tersering adalah nyeri kepala (94%) dan muntah (60%). Komorbid tersering yang ditemukan
adalah tuberkulosis paru (49%) dan pneumonia bakterialis (37%). Infeksi PCP berhubungan
dengan mortalitas 2 minggu subjek (OR 14, IK 95% 1,5-135,6, p=0,02). Tinta India ditemukan
positif pada 84% subjek (p=0,029) dan antigen LFA ditemukan positif pada 94% subjek.
Infiltrat pada foto toraks berhubungan dengan mortalitas 2 minggu (OR 12, IK 95% 1,3-115,4,
p=0,03). Frekuensi pungsi lumbal yang lebih jarang berhubungan dengan mortalitas 2 minggu
(p=0,009). Antijamur yang diberikan sebagian besar adalah kombinasi amfoterisin B dan
flukonazol (71%).
Kesimpulan. Mortalitas 2 minggu meningitis kriptokokus sebesar 26,5%. Faktor yang
berhubungan dengan mortalitas adalah infeksi PCP, tinta India positif, infiltrat pada foto
toraks, dan pungsi lumbal yang jarang. Subjek meningitis kriptokokus dengan infeksi HIV
mengalami imunosupresi berat yang ditandai dengan CD4 rendah, riwayat ARV yang rendah,
dan angka putus ARV yang tinggi. Sebagian besar subjek meningitis kriptokokus memiliki
kondisi klinis yang berat sehingga tata laksana seperti pungsi lumbal diperlukan sejak awal.
Background. Approximately 1 million new cases and 625.000 deaths each year are caused byCryptococcal meningitis. Improvement in antiretroviral (ARV) was done but number ofCryptococcal meningitis cases was still high. In spite of amphotericin B based regimen, themortality was still high (30-40%). With worldspread epidemiology and substantial mortality,this disease is a major health issue which requires global attention. This research aimed toknow Cryptococcal meningitis mortality in Cipto Mangunkusumo National General Hospitaland its associated factors.Methods. Retrospective cohort research using medical records at Cipto MangunkusumoNational General Hospital was conducted for Cryptococcal meningitis from 2013 to 2023.Analysis was performed for baseline, clinical, ancillary test, and treatment data with 2 weekmortality.Results. Of 68 subjects following inclusion and exclusion criteria, the 2 week mortality was26,5%. The proportion of HIV positive was 91,2% with 38,5% subjects with history of ARV,and 16,2% subjects with history of default. Common clinical manifestations were headache(94%) and vomiting (60%). Common comorbids were pulmonary tuberculosis (49%) andbacterial pneumonia (36%). PCP was associated with mortality (OR 14, 95% CI 1,5-135,6,p=0,02). Positive India ink was found in 84,3% subjects (p=0,03) and positive LFA antigenwas found in 94,2% subjectss. Infiltrate in chest x ray was associated with mortality (OR 12,95% CI 1,3-115,4, p=0,03). Infrequent lumbal puncture was associated with mortality(p=0,009). Majority of antifungal regimen given was combination of amphotericin B andfluconazole (71%).Conclusions. The 2 week mortality of Cryptococcal meningitis was 26,5%. Associated factorswere PCP, positive India ink, infiltrate in chest x ray and infrequent lumbal puncture.Cryptococcal meningitis subjects with HIV infection had severe immunosupression reflectedby low CD4, low ARV usage, and high ARV defaulters. Majority of cryptococcal meningitissubjects had severe clinical conditions so optimal treatment like lumbal puncture was neededearlier.