Hostile Architecture merupakan salah satu gaya arsitektur yang mulai menjadi fitur umum pada kota-kota besar untuk mengatasi perilaku-perilaku yang tidak diinginkan pada ruang publik. Jakarta merupakan salah satu kota di dunia yang mulai menerapkan konsep Hostile Architecture pada ruang publik di mana penerapan tersebut sudah bisa dijumpai pada semua Stasiun Commuter Line Jakarta yang berupa street furniture bangku tunggu pada peron kereta. Mode transportasi commuter line merupakan mode transportasi yang tidak pernah sepi akan pengguna meskipun hari libur karena dianggap murah dan terhindar dari kemacetan ibu kota. Dengan demikian, ruang publik stasiun commuter line harus menciptakan rasa nyaman bagi penggunanya saat berada pada peron stasiun untuk menunggu kereta api datang. Kenyamanan seringkali dihubungkan dengan ergonomi, yaitu ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan desain, serta faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kinerja sistem dengan cara meningkatkan interaksi antara manusia dengan desain yang digunakan. Maka dari itu, penerapan hostile architecture dengan pendekatan konsep ergonomi yang dapat mempengaruhi perilaku penggunanya dalam memilih tempat duduk untuk menunggu kereta dapat menjadi suatu kajian yang dapat didalami sebagai suatu hal yang dapat memberikan dampak dalam perilaku manusia dengan lingkungannya. Sehingga dengan adanya penulisan ini, penggunaan hostile architecture pada ruang publik stasiun commuter line akan memberikan dampak yang baik dalam kesesuaian antara perilaku manusia dengan sistem kerjanya. Dimana dalam hal ini, rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan penggunanya akan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, baik, dan efisien serta mengurangi bahaya akibat adanya kesalahan desain pada fungsi ruang di Stasiun Commuter Line Sudirman Jakarta.
Hostile Architecture, an emerging architectural style, is increasingly prevalent in major urban design as a means to mitigate undesirable behaviours in public spaces. Jakarta, among the world's cities, has adopted this concept, with its application evident in the street furniture specifically waiting benches that can be found at Jakarta Commuter Line Stations. The commuter line mode of transportation garners a constant stream of users, even on holidays, as it is deemed affordable and circumvents traffic congestion in the capital. Consequently, it is important that these public spaces encourage user’s comfort while waiting for the train to arrive. Comfort is often associated with ergonomics, which examines the interaction between humans and designs, along with the factors influencing these interactions, aiming to enhance system performance by optimizing human-design compatibility. Therefore, exploring the implementation of hostile architecture with an ergonomic approach focusing on seating preferences becomes a significant avenue for studying the potential impact on human behaviour within these environments. Employing hostile architecture in public spaces within commuter line stations may positively affect the harmony between human behaviour and the operational system. In this particular case, a design that aligns closely with its users becomes essential in creating a comfortable, efficient, and hazard-free environment, thereby mitigating any design-related issues concerning the functionality of the Sudirman Jakarta Commuter Line Station.