Kehamilan yang tidak diharapkan merupakan salah satu masalah kesehatan global karena menjadi penyebab kematian ibu dan bayi serta pemicu stres dan depresi pada ibu. Tak hanya itu, kehamilan yang tidak diharapkan akan mengganggu relasi ibu dengan pasangan dan dapat mempengaruhi kondisi sosioekonomi suatu negara. Angka kehamilan yang tidak diharapkan di seluruh dunia masih tinggi, terjadi pada 1 dari 4 kehamilan. Di Indonesia, prevalensi kehamilan yang tidak diharapkan mencakup 15% dari total kehamilan. Sejauh ini, studi yang membahas determinan kehamilan yang tidak diharapkan di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, studi ini bertujuan menggali determinan kehamilan yang tidak diharapkan di Indonesia menggunakan data SDKI 2017. Desain penelitian adalah cross-sectional dan mengikutkan seluruh sampel SDKI 2017 berjumlah 15.316 responden. Hasil penelitian memperlihatkan prevalensi kehamilan yang tidak diharapkan pada ibu dengan kelahiran hidup dalam 3 – 5 tahun terakhir berkisar 16%. Proporsi kehamilan yang tidak diharapkan di Indonesia paling banyak terjadi pada usia 36-49 tahun, minimal bergelar diploma/sarjana, bekerja, berstatus sangat kaya, tinggal di kota, tidak menikah, grandemultipara, mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, pengetahuan kontrasepsinya tinggi, dan tidak saling mengetahui preferensi masing-masing. Usia, status ekonomi, tempat tinggal, status pernikahan, paritas, komplikasi kehamilan, preferensi fertilitas, dan pengetahuan kontrasepsi bermakna secara statistik dengan kehamilan yang tidak diharapkan dalam analisis bivariat. Analisis multivariat menampilkan determinan kehamilan yang tidak diharapkan mencakup usia, tingkat pendidikan, jenis tempat tinggal, paritas, dan preferensi fertilitas. Pencegahan kehamilan yang tidak diharapkan dapat dilakukan melalui konseling KB secara individu atau berpasangan, meningkatkan KB pasca persalinan dan KB pria, memulai edukasi seks dari lingkungan keluarga, serta menghindari hubungan seksual berisiko.
Unintended pregnancy is a global health problem because it is a cause of maternal and infant mortality as well as a trigger for stress and depression in mothers. In addition, unintended pregnancy will disrupt the marital relationship and can affect the socio-economic conditions of a country. The number of unintended pregnancies worldwide is still high, occurring in 1 in 4 pregnancies. In Indonesia, the prevalence of unintended pregnancies is 15% of the total pregnancies. As far as is known, studies discussing the determinants of unintended pregnancies in Indonesia are still limited. Therefore, this study aims to explore the determinants of unintended pregnancies in Indonesia using data from the 2017 IDHS. The cross-sectional research design includes the entire 2017 IDHS sample totaling 15,316 respondents. The results showed that the prevalence of unintended pregnancies in women with live births in the last 3 – 5 years was around 16%. The highest proportion of unintended pregnancies in Indonesia occurred at 36-49 years old, with diploma/graduate degree, employed, richest, lived in a city, unmarried, grand multiparas, had complications during pregnancy and parturition, had high contraceptive knowledge, and did not know each other's preferences. In the bivariate analysis, age, economic status, place of residence, marital status, parity, complication pregnancy, fertility preference, and contraceptive knowledge were statistically significant with unintended pregnancies. Multivariate analysis showed determinants of unintended pregnancy, including age, education level, type of residence, parity, and fertility preference. Preventing unintended pregnancies can be done through individual or pair family planning counseling, increasing postpartum and male contraception, starting sex education in the family, and avoiding risky sexual relations.