Pemberian ASI Eksklusif memiliki banyak manfaat untuk bayi dan ibu. Namun, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian ASI secara Eksklusif. Salah satu kendalnya adalah ibu melahirkan melalui operasi sesar. Peningkatan angka persalinan dengan metode sesar dapat mempengaruhi kesehatan ibu, anak dan kehamilan berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kegagalan ASI Eksklusif pada ibu melahirkan sesar di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara status pekerjaan ibu dan kegagalan ASI Eksklusif (OR=2,616; 95% CI=1.428-4.790). Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan kegagalan ASI eksklusif (OR=0,552; 95% CI=0,284-1,073); pendidikan (OR=1,163; 95% CI=0,588-2,299); paritas (OR=1,301; 95% CI=0,701-2,415); status ekonomi (OR=0,668; 95% CI=0,379-1,249); daerah tinggal (OR=0,833; 95% CI=0,450-1,542); jenis kelamin (OR=0,837; 95% CI=0,464-1,508) ; IMD (OR=0,815; 95% CI=0,416-1,597) dan ANC (OR=1,097; 95% CI=0,423-2,845). Faktor yang paling dominan terhadap kegagalan ASI Eksklusif adalah Status Pekerjaan (p value 0,002 OR= 2,616), ibu yang tidak bekerja memiliki risiko 2,616 kali lebih tinggi untuk gagal ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja. Diperlukan adanya kolaborasi multisektoral dalam meningkatkan kesadaran ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi ibu dan bayi.
Exclusive breastfeeding has many benefits for babies and mothers. However, there are several factors that cause low achievement of exclusive breastfeeding. One of the constraints is the mother giving birth by cesarean section. The increase in the number of deliveries by caesarean method can affect the health of mothers, children and subsequent pregnancies. This study aims to determine the determinants of failure of exclusive breastfeeding in mothers giving birth by cesarean section in North Sumatra Province using data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) using a quantitative method with a cross-sectional study design. The results showed that there was a relationship between the mother's employment status and exclusive breastfeeding failure (OR=2.616; 95% CI=1.428-4.790). There is no relationship between maternal age and failure of exclusive breastfeeding (OR=0.552; 95% CI=0.284-1.073); education (OR=1.163; 95% CI=0.588-2.299); parity (OR=1.301; 95% CI=0.701-2.415); economic status (OR=0.668; 95% CI=0.379-1.249); area of residence (OR=0.833; 95% CI=0.450-1.542); sex (OR=0.837; 95% CI=0.464-1.508); IMD (OR=0.815; 95% CI=0.416-1.597) and ANC (OR=1.097; 95% CI=0.423-2.845). The most dominant factor for failure of exclusive breastfeeding is employment status (p value 0.002 OR = 2.616), mothers who do not work have a 2.616 times higher risk for failure of exclusive breastfeeding than working mothers. There is a need for multi-sectoral collaboration to increase mother's awareness of the importance of exclusive breastfeeding for both mother and baby.