Sampai saat ini, konsep mengenai makhluk astral, hal-hal mistis, dan kekuatan supranatural masih menjadi tolok ukur genre horor dengan antusiasme tertinggi di Indonesia—terlepas dari pendefinisian horor yang terus mengalami dinamika. Berbagai karya sastra horor yang semakin berkembang di Indonesia memuat adanya kandungan mistisisme sebagai sebuah instrumen naratif di dalamnya. Secara singkat, tulisan ini merupakan pengkajian konsep mistisisme dengan perbedaan motif antartokoh melalui novel Gending Pencabut Nyawa karangan Diosetta. Lebih dari itu, tulisan ini juga bertujuan untuk mengkaji kandungan heroisme dalam diri tokoh utama yang meliputi lima nilai: peka, bersatu, pengorbanan dan kesabaran, cinta, serta ikhlas. Dengan memanfaatkan pendekatan sosiologi sastra, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk memvisualisasikan hasil kajian tersebut. Dari penelitian ini, diketahui bahwa aspek heroisme dalam diri Danan selaku tokoh utama cerita dinarasikan ke dalam bentuk perjuangannya dalam melawan motif mistisisme tokoh antagonis cerita bernama Aswangga. Bentuk perlawanan tersebut direpresentasikan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tertentu, antara lain mantra pelindung diri, ajian Raga Sukma, Keris Raga Sukma, mantra pemanggil roh leluhur, ajian Geni Baraloka, ajian Lebur Saketi, dan Tabuh Waringin. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan juga bahwa kesamaan penggunaan kekuatan supranatural yang dimiliki oleh dua tokoh sentral dalam cerita tersebut juga memiliki beberapa perbedaan mendasar, meliputi perbedaan motif, sumber, bentuk kekuatan, dan efek yang didapatkan.
Until now, the concept of astral beings, mystical elements, and supernatural powers remains a significant benchmark in the horror genre with the highest enthusiasm in Indonesia, regardless of the continuously evolving definition of horror. Various developing works of horror literature in Indonesia contain elements of mysticism as a narrative instrument within them. In brief, this paper examines the concept of mysticism with motive differences among characters through the novel Gending Pencabut Nyawa written by Diosetta. Furthermore, this paper aims to explore the content of heroism within the main character, encompassing five values: sensitivity, unity, sacrifice and patience, love, and sincerity. Employing a sociological approach to literature, the author utilizes a qualitative descriptive research method to visualize the findings of this study. From this research, it is revealed that the aspect of heroism within Danan, the main character in the story, is narrated through his struggle against the mystical motives of the antagonist character named Aswangga. This resistance is represented by specific supernatural powers, including self-protective mantras, the Raga Sukma art, Raga Sukma Dagger, ancestral spirit-summoning mantras, the Geni Baraloka art, the Lebur Saketi art, and Tabuh Waringin. Additionally, it can be concluded from this research that the similarity in the use of supernatural powers that possessed by the two central characters also has several fundamental differences, including differences in motives, sources, forms of power, and effects obtained.