Upaya untuk memaksimalkan penggunaan antibiotik yang rasional merupakan salah satu tanggung jawab penting dari pelayanan farmasi. Penggunaan obat dikatakan rasional jika obat yang digunakan sesuai indikasi, kondisi pasien dan pemilihan obat yang tepat terkait jenis, sediaan, dosis, rute, waktu dan lama pemberian, mempertimbangkan manfaat dan resiko dari obat yang digunakan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan pengobatan lebih mahal, efek samping lebih toksik, meluasnya resistensi dan timbulnya kejadian superinfeksi yang sulit diobati. Setelah melakukan pemantauan terapi obat pada pasien di ruang ICU RSUP Fatmawati, kesimpulan yang didapat: Pengobatan yang diterima oleh Nn. TRA sudah sesuai dengan indikasi penyakit, yaitu abses submandibularis, dengan frekuensi pengobatan dan dosis antibiotik juga dinilai sudah tepat. Pada Ny. AAH, didapatkan adanya obat yang tidak sesuai indikasi, yaitu tigecycline dan penggunaan meropenem serta levofloxacin juga tidak tepat dosis dan tidak tepat frekuensi pemakaian. Sepanjang penggunaan tigecycline, kondisi pasien justru memburuk hingga kemudian dinyatakan meninggal pada tanggal 11 April 2022 akibat gagal ventilasi dan sepsis pneumonia. Penggunaan tigecycline kemungkinan tidak efektif. Perhitungan DDD/100 patient-days, meropenem memiliki nilai DDD tertinggi, kemudian disusul oleh amikasin, levofloxacin, metronidazole, dan tigecycline secara berurutan. Pada perhitungan DU 90 %, meropenem, amikacin, dan levofloxacin termasuk dalam segmen tersebut. Antibiotik yang memiliki nilai DDD/100 patient-days yang tinggi dan termasuk dalam segmen 90 % perlu diawasi penggunaannya dengan baik karena penggunaan yang tinggi dapat meningkatkan resiko terjadinya resisten antibiotik.
Efforts to maximize the rational use of antibiotics is one of the important responsibilities of pharmaceutical services. The use of drugs is said to be rational if the drugs used are according to the indications, the patient's condition and the selection of the right drug regarding type, preparation, dose, route, time and duration of administration, considering the benefits and risks of the drug used. Inappropriate use of antibiotics can cause more expensive treatment, more toxic side effects, widespread resistance and the emergence of superinfections that are difficult to treat. After monitoring drug therapy on patients in the ICU at Fatmawati Hospital, the conclusion was obtained: The treatment received by Ms. TRA is in accordance with the indications of the disease, namely submandibular abscess, with the frequency of treatment and dosage of antibiotics also considered to be appropriate. To Mrs. AAH, it was found that there were drugs that were not according to indications, namely tigecycline and the use of meropenem and levofloxacin, which also included incorrect doses and incorrect frequency of use. Throughout the use of tigecycline, the patient's condition worsened until he was declared dead on April 11 2022 due to ventilation failure and pneumonia sepsis. The use of tigecycline may not be effective. Calculating DDD/100 patient-days, meropenem has the highest DDD value, followed by amikacin, levofloxacin, metronidazole, and tigecycline in sequence. In the 90% DU calculation, meropenem, amikacin, and levofloxacin are included in this segment. Antibiotics that have a high DDD/100 patient-days value and are included in the 90% segment need to be monitored carefully because high use can increase the risk of antibiotic resistance.