Penyakit HIV AIDS merupakan ancaman yang serius di Indonesia. Berdasarkan data dari Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan (Kemenkes) sampai dengan bulan Maret 2021 tercatat 427.201 orang hidup dengan HIV dan 131.147 orang hidup dengan AIDS. Kasus baru yang dilaporkan sejak bulan Januari sampai Maret 2021 sejumlah 7.650 kasus dan AIDS 1.677 kasus (Kemenkes, 2021). Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal. Kepatuhan pasien HIV AIDS merupakan salah faktor yang penting, karena ARV yang berkelanjutan tanpa terputus akan menekan perkembangan virus, mengurangi resistensi virus, memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperbaiki kesehatan. Sebaliknya ketidakpatuhan pasien dapat menjadi penyebab gagalnya terapi ARV, mengakibatkan resistensi obat pasien dan membutuhkan ARV lini kedua atau tiga dengan biaya yang besar karena keterbatasannya. Tahapan dan proses dalam melakukan evaluasi kepatuhan pasien HIV/AIDS di Puskesmas Kec. Matraman adalah melakukan monitoring (adherence, efek samping, pemberian ARV dan keberhasilan ARV), monitoring klinis (follow up pertama setelah 1-2 minggu, pemeriksaan fisik, dan anamnesis gejala, kepatuhan, kualitas hidup), pemeriksaan laboratorium dasar, dan monitoring efektivitas ARV. Hasil evaluasi kepatuhan pasien HIV/AIDS menggunakan uji statistik Independent Test dan ANNOVA menunjukkan bahwa pekerjaan, usia, dan jenis kelamin bukan merupakan faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien dalam minum obat melainkan individu pasien tersebut.
HIV AIDS is a serious threat in Indonesia. Based on data from the Directorate General of Disease Prevention and Control, Ministry of Health (Kemenkes), as of March 2021, there were 427,201 people living with HIV and 131,147 people living with AIDS. There were 7,650 new cases reported from January to March 2021 and 1,677 cases of AIDS (Ministry of Health, 2021). The results of therapy will not reach optimal levels without the patient's own awareness, this can even cause therapy failure, and can also cause complications that are very detrimental and ultimately fatal. Compliance with HIV AIDS patients is an important factor, because continuous ARV without stopping will suppress the development of the virus, reduce viral resistance, improve the patient's quality of life and improve health. On the other hand, patient noncompliance can be the cause of failure of ARV therapy, resulting in patient drug resistance and requiring second or third line ARVs at large costs due to their limitations. Stages and processes in evaluating HIV/AIDS patient compliance at the District Health Center. Matraman is carrying out monitoring (compliance, side effects, administration of ARVs and success of ARVs), clinical monitoring (first follow-up after 1-2 weeks, physical examination, and history of symptoms, compliance, quality of life), basic laboratory examinations, and monitoring the effectiveness of ARVs. . The results of evaluating HIV/AIDS patient compliance using the Independent Test and ANNOVA statistical tests show that occupation, age and gender are not factors that influence patient non-compliance in taking medication except for the individual patient.