Dinamika keanekaragaman hayati seringkali dikaitkan dengan perubahan lingkungan, termasuk kedalaman perairan, produktivitas, sifat sedimen, ketersediaan oksigen, morfologi, serta gangguan fisik lainnya. WPPNRI 573 adalah salah satu dari 11 wilayah pengelolaan perikanan di Indonesia yang memiliki karakteristik geografis dan oseanografis yang unik. Isu yang berkembang pada WPPNRI 573 antara lain eksploitasi berlebih, degradasi habitat, pencemaran dan penangkapan tidak ramah lingkungan, serta masuknya spesies invansif yang terjadi karena kurangnya wawasan dan perhatian pemerintah, serta kurangnya sumberdaya manusia dalam hal pengelolaan. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan informasi terkait resiko ancaman kepunahan keanekaragaman hayati serta variasi morfologi yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial dan spasio-temporal dengan
Red List Index sebagai model penilaian distribusi wilayah resiko keanekaragaman hayati. Sampel data keanekaragaman hayati dikumpulkan dari GBIF.org dalam rentang tahun 1989-2023. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa resiko terhadap ancaman kepunahan kehati di wilayah WPPNRI 573 cenderung rendah. Spesies lebih dominan berdistribusi secara mengelompok pada zona epipelagik dan semakin terdistribusi secara menyebar pada zona laut yang semakin dalam. Morfologi berpengaruh signifikan dalam level moderat terhadap distribusi keanekaragaman pada kategori nilai resiko ancaman yang sama. Kedalaman memiliki pengaruh yang paling besar, diikuti dengan lereng. Sedangkan orientasi, kelengkungan, dan kekasaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
The biodiversity dynamics are often associated with environmental changes, including water depth, productivity, sediment characteristics, oxygen availability, geomorphology, and other physical disturbances. WPPNRI 573 is one of 11 fisheries management areas in Indonesia that has unique geographical and oceanographic characteristics. Issues that occurred in WPPNRI 573 include overexploitation, habitat degradation, pollution, and non-eco-friendly fishing, as well as the entry of invasive species that occur due to lack of government insight and attention, and also lack of human resources in terms of management. This study aims to present information about the risk of biodiversity extinction threats and geomorphological variations that affect it. The method used is spatial and spatial-temporal analysis with Red List Index as a model for assessing the distribution of biodiversity risk areas. Samples of biodiversity data were collected from GBIF.org between 1989 and 2023. The results revealed that the risk of biodiversity extinction in the WPPNRI 573 area tends to be low of biodiversity extinction risk status. Species are predominantly distributed in clusters in the epipelagic zone, and also dispersed in deeper marine zones. Geomorphology has a significant moderate effect on the distribution of diversity in the same threat risk value category. Depth has the most influence, followed by a slope. While aspect, curvature, and ruggedness do not have a significant effect.