Tesis ini mengkaji tentang upaya yang dilakukan oleh sebuah denominasi Kristen di Protestan yang mencoba membangun jembatan relasi dengan komunitas agama lain, yaitu Islam yang mereka narasikan sebagai tanggung jawab moral
nubuatan (ramalan Alkitab) untuk merangkul dan menyelamatkan saudara teologis mereka dari genealogis agama monoteis yang sama. Membangun relasi dengan denominasi agama yang berbeda merupakan bagian dari upaya untuk membangun posisi yang lebih baik untuk menjalin kedekatan dan menjangkau umat dari agama yang memiliki kemiripan dan persamaan identitas teologis umat kedua agama. Dalam upaya membangun titik persamaan kedua pemeluk agama, mereka mengembangkan narasi terkait persamaan visi eskatologis tentang turunnya Isa Almasih (Yesus Kristus) di akhir zaman (
apocalyptic). Hal yang menarik dari upaya membangun relasi tidak hanya menawarkan hubungan
friendship (pertemanan) dalam pergumulan hubungan sosial semata, tetapi juga untuk bisa menjadi “teman spiritual” dari irisan persamaan identitas dan visi eskatologis kedua pemeluk agama. Narasi dan projek membangun relasi dan kedekatan pada strategi institusional dalam praktiknya di lapangan memunculkan varian baru yang mengarah pada hibriditas dan sinkretisme untuk mendamaikan dan mengkompromikan dua kategori nilai agama yang berbeda, yaitu Kristen dan Islam.
This thesis examines the efforts made by one of the Protestant denominations who try to build relationships with other religious community, namely Islam, which they narrate as the obligation of moral prophecy (Bible predictions) to embrace and save their theological brothers from the same monotheistic religious lineage. Building relationships with different religious denominations is part of the effort to build a better position to establish a close relation and reach out the people from the religions that have similarities in theological identities thereof. In an effort to build a common ground between the two religions, they developed a narration related to the eschatological vision of the descent of Isa Almasih (Jesus Christ) at the end of time (apocalyptic). The interesting thing about the effort of building relations is not only offering friendship in social relation per se, but also being able to become "spiritual friends" from the intersection of identities and eschatological visions of the two religious adherents. Narratives and projects that build relationships and closeness to institutional strategies in practice in the field give rise to new variants that lead to hybridity and syncretism to reconcile and compromise two different categories of religious values, namely Christianity and Islam.