Latar Belakang: Prajurit yang pulang penugasan baik pasca perang ataupun yang pasca penugasan di daerah perbatasan dapat mengalami kecemasan, kecemasan yang dialami oleh prajurit dapat dialami juga oleh keluarga, kecemasan dilaporkan berhubungan dengan kadar kortisol dalam darah, dan dilaporkan ada beberapa faktor risiko terjadinya kecemasan akibat kekerasan. Analisis hubungan kecemasan akibat kekerasan dengan kadar hormone kortisol dan faktor risikonya belum pernah dilakukan khususnya pada populasi prajurit TNI AD di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kecemasan akibat kekerasan dengan kadar hormon kortisol dan faktor risikonya di lingkungan prajurit TNI AD. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control yang melibatkan 50 sampel yang terdiri dari keluarga prajurit normal / non cemas dan keluarga prajurit yang mengalami kecemasan, dimana kelompok kontrol (keluarga prajurit normal) berjumlah 20 sampel dan kelompok kasus (keluarga prajurit dengan kecemasan) berjumlah 30 sampel (terdiri dari 20 kecemasan ringan dan 10 kecemasan sedang). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta mulai tanggal 02 Maret 2019 - 30 Mei 2019. Hasil: Hasil uji Mann Whitney U dari variabel umur, kekerasan berulang, dan obesitas diatas menunjukkan nilai p>0.05, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna rerata umur, kekerasan berulang, dan IMT pada kelompok hormon kortisol tinggi dibandingkan hormon kortisol normal. Sedangkan Hasil uji Mann Whitney U dari variabel kecemasan diatas menunjukkan nilai p<0.05, hal ini berarti bahwa ada perbedaan bermakna rerata kecemasan pada kelompok hormon kortisol tinggi dibandingkan hormon kortisol normal. Hasil Uji independent t test menunjukkan nilai p = 0.000, hal ini berarti bahwa ada perbedaan bermakna rerata hormon kortisol pada kelompok keluarga prajurit yang mengalami kecemasan dibandingkan kelompok keluarga prajurit normal, yaitu rerata kadar kortisol pada kelompok keluarga prajurit yang mengalami kecemasan lebih tinggi dibandingkan kelompok keluarga prajurit normal.. Kesimpulan: Kadar kortisol tinggi ditemukan pada keluarga prajurit yang mengalami kecemasan. Keluarga prajurit dengan kadar hormon kortisol tinggi memiliki kecenderungan 20 kali lebih besar mengalami kecemasan dibandingkan keluarga prajurit dengan kadar kortisol normal. Dari beberapa faktor risiko, tingkat kecemasan secara signifikan berisiko meningkatkan hormon kortisol. Keluarga prajurit yang mengalami kecemasan berisiko lebih besar mengalami peningkatan hormon kortisol dibandingkan keluarga prajurit yang tidak mengalami kecemasan.
Background: Soldiers returning from post-war assignments or post-assignments in border areas can experience anxiety, anxiety experienced by soldiers can also be experienced by families, anxiety is reported to be related to cortisol levels in the blood, and there are reported several risk factors for anxiety due to violence. An analysis of the relationship between anxiety due to violence and cortisol hormone levels and risk factors has never been done, especially in the Indonesian Army population in Indonesia. Objective: To determine the relationship of anxiety due to violence with the levels of cortisol hormones and the risk factors in the Army soldier. Methods: This research was an observational study with a case control design involving 50 samples consisting of families of normal / non-anxious soldiers and families of soldiers who experienced anxiety, where the control group (normal soldier's family) amounted to 20 samples and case groups (soldiers' families with anxiety) amounted to 30 samples (consisting of 20 mild anxiety and 10 moderate anxiety). This research was conducted at the Central Army Hospital Gatot Subroto, Jakarta starting March 2, 2019 - May 30 2019. Results: The Mann Whitney U test results from age variables, repeated violence, and obesity above showed p> 0.05, this means that there were no significant differences in mean age, repeated violence, and BMI in the high cortisol hormone group compared to the normal cortisol hormone. While the Mann Whitney U test results from the above anxiety variables showed a value of p <0.05, this means that there was a significant difference in the mean anxiety in the high cortisol hormone group compared to the normal cortisol hormone. The independent t test results showed a value of p = 0.000, this means that there was a significant difference in the mean hormone cortisol in the family group of soldiers who experienced anxiety compared to the normal family group of soldiers, namely the average cortisol level in the family group of soldiers who experienced higher anxiety than the family group normal soldier. Conclusion: High cortisol levels are found in families of soldiers who experience anxiety. Families of soldiers with high cortisol levels tend to be 20 times more likely to experience anxiety than a family of soldiers with normal cortisol levels. Of several risk factors, anxiety levels significantly risk increasing the hormone cortisol. Families of soldiers who experience anxiety are at greater risk of experiencing an increase in the hormone cortisol than families of soldiers who do not experience anxiety.