Infeksi daerah operasi (IDO) merupakan salah satu komplikasi pembedahan. Hal tersebut menjadi beban untuk pasien dan penyedia kesehatan. Sebagian besar IDO dapat dicegah, dengan salah satu upaya pencegahan yaitu pemberian antibiotik profilaksis sesuai pedoman. Namun, pemberian antibiotik tersebut dapat tidak sesuai dengan pedoman yang ada yang dapat memicu IDO. Di rumah sakit penulis, terdapat pedoman yang dibuat untuk pemberian antibiotik profilaksis yang tepat. Studi ini menganalisis kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis berdasarkan pedoman yang ada dan hubungannya dengan IDO. Pasien yang menjalani operasi elektif di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan Maret - Agustus 2019 diinklusikan dalam studi ini. Data mengenai pemberian antibiotik profilaksis dan karakteristik pasien dikumpulkan. Insidens IDO dievaluasi dalam waktu 30-90 hari pascaoperasi sesuai dengan definisi durasi waktu terjadinya IDO. Analisis data menggunakan uji
Chi square. Insidens IDO dalam studi ini yaitu 11,3%. Tingkat kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis sesuai pedoman rumah sakit yaitu 55%. Secara statistik, tidak ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis sesuai pedoman terhadap IDO (p = 0,225). Jenis luka operasi (p = 0,001) dan penggunaan drain (p = 0,046) adalah dua faktor yang memiliki hubungan bermakna terhadap IDO. Analisis multivariat terhadap faktor risiko IDO menyatakan bahwa dua faktor memiliki hubungan bermakna terhadap IDO, yaitu jenis luka operasi (p = 0,003; OR 6,30[IK95% 1,90-20,83]) dan penggunaan drain (p = 0,032; OR 3,45[IK95% 1,12-10,67]). Sebagian besar subjek yang menjalani operasi elektif memiliki kepatuhan pemberian antibiotik sesuai pedoman yang baik. Namun, secara statistik, studi ini menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan pemberian antibiotik profilaksis sesuai pedoman terhadap IDO.
One of surgical procedure complications is surgical site infection (SSI). It is a burden on both patients and health care providers. Most of SSIs are preventable, with prophylactic antibiotics administration as one of the interventions to control the incidence of SSI. However, it is prone to non-compliance leading to SSI. For this reason, our hospital created guideline about antibiotics administration. In this study, we analyze the compliance of prophylactic antibiotics administration and its relation to surgical site infection. Patients who underwent elective surgery at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital in March-August 2019 were included. Prophylactic antibiotics administration and patient medical characteristics were recorded. We evaluated SSI incidence in 30–90 days postoperatively according to the type of surgery. Analysis was performed using Chi square. The incidence of SSI was 11.3%. The compliance of prophylactic antibiotics administration to hospital guideline was 55%. There was no significant association between the prophylactic antibiotics administration adherence to hospital guideline with SSI (p = 0.225). The type of surgical wound (p = 0.001) and the usage of drains (p = 0.046) were two significant factors related to SSI. Based on multivariate analysis of risk factors affecting SSI, there were two factors, the type of surgical wound (p = 0.003; OR 6.30[95CI 1.90-20.83]) and the usage of drain (p = 0.032; OR 3.45[95CI 1.12-10.67]). More than half of our subjects underwent elective surgery has good compliance of prophylactic antibiotics administration according to hospital guideline. However, statistically in this study, we found no significant association between the compliance of prophylactic antibiotics administration and SSI.