K-Pop yang sudah menjadi budaya populer kini sudah berkembang dengan pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya penggemar grup K-pop termasuk dari kalangan perempuan dewasa. Penggemar perempuan dewasa menjadi target pasar tersendiri karena mereka telah mandiri secara finansial dan bersedia membelanjakan lebih banyak untuk idola mereka. Grup pria mulai menggunakan konsep
bubblegum pop yang sudah populer di antara grup perempuan dengan memodifikasi judul lagu grup pria. Penelitian ini berfokus pada praktik – praktik penggemar (
fandom practice) oleh Mark Duffet yang terdiri dari
pleasure of connection, pleasure of appropriation, dan
pleasure of performance. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivistik dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis ditemukan bahwa
Pleasure of connection dapat dirasakan ketika penggemar bertemu dengan idolanya baik di area konser maupun di luar konser.
Pleasure of Appropriation dapat diwujudkan
spoiling dimana penggemar mendapatkan dan menyebarkan informasi yang belum dipublikasikan secara resmi dan juga keterlibatan mereka dalam membuat atau membaca
fanfiction. Untuk
pleasure of performance para penggemar mendapatkannya melalui berpartisipasi aktif dalam acara yang mereka buat sendiri, mengumpulkan barang-barang yang bertemakan sang idola dan juga membagikan pengalaman foto dan video mereka ketika berinteraksi dengan idolanya dengan sesama penggemar di media sosial mereka. Dari tiga bentuk
fandom practice oleh para perempuan dewasa penggemar K-pop ditemukan bahwa para
noona memiliki kebebasan dalam melakukan praktik-praktik fandom karena mereka mandiri secara finansial. Namun mereka tidak semua dilaksanakan karena faktor usia yang membatasi mereka dari segi waktu, tenaga dan sikap.
K-pop, which has become a popular culture, has grown rapidly all over the world, including in Indonesia, resulting in an increasing number of K-pop group fans, including adult women. Adult women fans become their own market targets because they are financially independent and willing to spend more on their idols. The men's group began to use the bubblegum pop concept that was already popular among women's groups by modifying the title of the male group's songs. This research focuses on Mark Duffet's fandom practice, which consists of pleasure of connection, pleasure of appropriation, and pleasure of performance. The research uses post-positivist paradigms, with qualitative descriptive research methods. The analysis found that the pleasure of connection can be felt when fans meet their idols both in the concert area and outside the concert. Pleasure of Appropriation can be realised by spoiling where fans get and disseminate information that has not been officially published and their involvement in creating or reading fanfiction. For the pleasure of the performance, the fans get it by actively participating in events they've made themselves, collecting items that are about the idol, and sharing their photo and video experiences when interacting with his idol with fellow fans on their social media. From the three forms of fandom practice by the adult women K-pop fans, it was found that the noona had freedom in doing fandom practices because they were financially independent. But not all of them are carried out because of age factors that limit them in terms of time, energy, and attitude.