Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (2013) menyebutkan bahwa sekitar 5—10% anak mengalami kelainan dalam perkembangannya, serta sekitar 1—3% anak usia di bawah 5 tahun mengalami kelainan pada lebih dari 1 aspek perkembangan (
global developmental delay). Perkembangan motorik yang mengalami keterlambatan memiliki dampak negatif, bukan hanya terkait kompetensi motorik yang buruk, melainkan juga pada risiko keterlambatan di domain perkembangan lainnya beserta gangguan kesehatan yang berpotensi dialami anak di usia mendatang. Penelitian ini berfokus untuk mencari tahu peran pemeriksaan neurologis kepala dalam mendeteksi keterlambatan motorik kasar pada anak usia 6—18 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan desain
cross-sectional di Poliklinik Neurologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Kiara pada bulan September—Oktober 2023. Sebanyak 80 subjek direkrut secara
consecutive sampling. Analisis dilakukan untuk mengetahui indikator diagnostik sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, dan DOR. Analisis dilakukan pada seluruh sampel dengan inklusi maupun eksklusi faktor risiko. Kemampuan menunjuk menunjukkan analisis hubungan signifikan dari analisis dengan sampel eksklusi faktor risiko. Sementara itu, pada sampel tanpa eksklusi faktor risiko, lingkar kepala, bentuk kepala, dan kemampuan menunjuk memiliki DOR yang signfikan. Rentang indikator diagnostik seluruh pemeriksaan kepala yakni sensitivitas 34—68% (tertinggi pada kemampuan menunjuk); spesifisitas 66,67—96,67% (tertinggi pada kontak visual); PPV 66,67—96,15% (tertinggi pada kontak visual); dan NPV 39,62%—61,90% (tertinggi pada kemampuan menunjuk). Indikator diagnostik pemeriksaan neurologis kepala cukup sebanding dengan alat asesmen keterlambatan motorik kasar lain. Pemeriksaan neurologis kepala, khususnya lingkar kepala, kontak visual, bentuk kepala, dan kemampuan menunjuk, memiliki potensi pemanfaatan sebagai alat deteksi keterlambatan motorik kasar pada anak usia 6—18 bulan.
According to data sourced from Indonesian Pediatric Society (2013), approximately 5—10% of children experience abnormalities in their development and maturation process. Delay in motoric development not only affects said children’s motor skills, but could potentially risk delay in other developmental domains and make them more susceptible to other health issues in the future. This cross-sectional study was held at the Neurology Clinic of Cipto Mangunkusumo Kiara Hospital for the period of September to October 2023. Exactly 80 samples were recruited using consecutive sampling according to patient visit. Analyses were done to acquire diagnostic indicators such as sensitivity, specificity, PPV, NPV, dan DOR (CI analyzed through binary logistic regression). Samples were analyzed both including and excluding significant risk factors. Pointing produced significant discriminative strength in the final sample group analysis (excluding samples with significant risk factors). Initial sample analysis (without baseline covariate exclusion) showed significant DOR in head circumference, head shape, and pointing ability examination. Diagnostic indicators including all head neurological assessments showed good result intervals, with sensitivity of 34—68% (highest in pointing test), specificity of 66.67—96.67% (highest in eye contact test), PPV of 66.67—96.15% (highest in eyes contact test), and NPV of 39,62—61,90% (highest in pointing test). Head neurological assessment in pediatric patients, especially evaluations of head circumference, head shape, dan pointing ability, have the potential to be effectively implemented as a tool for detecting gross motor development delay in children 6 to 18 months of age.