Beringin dianggap oleh masyarakat Jawa sebagai pohon yang mistis sehingga tidak boleh diperlakukan secara sembarangan. Mistifikasi pohon ini muncul dari karakteristik yang dimiliki, yaitu batangnya yang besar, tingginya yang bisa mencapai 30 meter, daunnya yang lebat, dan akarnya yang menonjol keluar dari tanah. Tapi dibalik mistifikasi pohon beringin, ternyata pohon jenis ficus ini memiliki beragam fungsi yang berkaitan dengan kelestarian ekologi. Fungsi-fungsi itu meliputi konservasi air tanah, pencegahan longsor, hingga lokasi interaksi biotik yang kompleks, dimana terjadi simbiosis mutualisme antar spesies sehingga membentuk hubungan ekologi yang harmonis yang berdampak positif bagi lingkungan. Penelitian kualitatif dengan pendekatan antropologi budaya digunakan untuk mengkaji mistifikasi masyarakat Jawa terhadap pohon beringin, sebagai upaya konservasi lingkungan