Ada harapan yang berkembang bahwa pemerintahan desa dapat memberikan layanan
kepada warga desa dengan tata kelola yang baik (good governance) melalui pemerintahan
digital untuk menjawab masalah-masalah dalam sustainable development goals (SDGs),
seperti: kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Harapan tersebut menjadi nyata
dengan hadirnya Undang-Undang tentang Desa terkait adopsi Sistem Informasi Desa
(SID), sebuah aplikasi elektronik pemerintahan (e-government) yang dikelola langsung
oleh aparatur pemerintahan desa untuk melaksanakan pemerintahan digital. Oleh karena
itu, aparatur desa harus mampu bertransformasi dengan mengubah cara kerja
konvensional melalui pemanfaatan SID. Sejak undang-undang tersebut diterbitkan,
sampai saat ini adopsi SID belum dapat sepenuhnya diwujudkan. Penelitian-penelitian
sebelumnya juga belum ada yang mengungkapkan secara memadai tentang adopsi SID.
Tujuan penelitian ini untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan menyelidiki beberapa
pertanyaan penelitian (PP) terkait adopsi SID: 1)ekosistem, 2)faktor, 3)model, dan
4)strategi adopsi SID. Beberapa teori (multi-teori) digunakan untuk memandu penelitian
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan analisis data, seperti: teori kelembagaan, teori
pemangku kepentingan, teori-teori adopsi teknologi, teori sumber daya, teori
keterjangkauan, dan teori kemampuan dinamis. Dengan mengadopsi pendekatan studi
kasus, penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Gunungkidul yang telah
mengimplementasikan SID diseluruh desanya (144 desa). Secara gambar besar,
penelitian ini dijalankan dalam tiga fase: studi kontekstual, studi empiris, dan validasi.
Dalam studi kontekstual, ada dua systematic literature review yang dilakukan untuk
menangkap konteks penelitian. Selanjutnya, pada studi empiris, ada 47 partisipan yang
diwawancara dengan menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur. Kemudian hasil
wawancara itu dianalisis dengan menggunakan teknik analisis tematik. Dalam fase
validasi, peneliti melakukannya secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, peneliti
mengadakan sebuah focus group discussion untuk diseminasi hasil penelitian, dan
melanjutkan dengan pengujian secara kuantitatif menggunakan inter-rater reliability
serta Fuzzy Delphi Method untuk mengambil konsensus bersama para peninjau yang
terlibat dalam implementasi SID di kabupaten tersebut. Akhirnya, penelitian ini
memberikan empat hasil yaitu: sebuah ekosistem e-government di pemerintahan desa atau
ekosistem SID dengan 19 entitas; 11 faktor yang berpengaruh dalam adopsi SID; sebuah
model adopsi SID dengan 6 dimensi, dan 31 strategi adopsi SID. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi transferability dalam adopsi SID bagi desa-desa yang ada
dalam kabupaten dengan karakteristik yang mirip dengan kabupaten tersebut, yaitu
mempunyai “predikat baik" dalam evaluasi sistem pemerintahan berbasis elektronik
(SPBE).
There is a growing expectation that good governance in village administration canimprove its services to villagers through digital government in addressing issues ofsustainable development goals (SDGs), such as health, education and welfare. This hopebecame a reality with the presence of the Law on Villages regarding the adoption of theVillage Information System (VIS), an electronic government application (e-government)managed directly by village government officials. Therefore, village officials must beable to transform village administration by changing conventional ways of workingthrough the use of VIS. Since the law was issued, until now, the adoption of VIS has notbeen fully realized. Previous studies rarely adequately disclosed the adoption of VIS. Thisresearch addresses the current knowledge gap by investigating several research questionsrelated to ecosystems, factors, models, and strategies for VIS adoption. Some theories(multi-theory) are used to guide research in planning, implementation, and data analysis,such as institutional, stakeholder, technology adoption, resource, affordability, anddynamic capability theories. By adopting a case study approach, this research took placein Gunungkidul Regency, which has implemented VIS in all its villages (144 villages).In the big picture, this research was carried out in three phases: contextual study, empiricalstudy, and validation. In contextual studies, two systematic literature reviews wereconducted to capture the research context. Furthermore, 47 participants were interviewedin the empirical study using a semi-structured interview technique. Then, the results ofthe interviews were analyzed using the thematic analysis technique. While in thevalidation phase, the researcher does this qualitatively and quantitatively. Qualitatively,the researcher held a focus group discussion to disseminate the study result and continuedquantitative testing using inter-rater reliability and the Fuzzy Delphi Method to gainconsensus with reviewers involved in implementing VIS in the district. Finally, thisresearch provides four results: the VIS adoption ecosystem by 19 entities; 11 factors thatinfluence VIS adoption; the VIS adoption model by 6 dimensions; and 31 strategies ofVIS adoption. This research is expected to give transferability in adopting VIS for villagesof certain regencies with similar characteristics to the regency, namely the regency witha "good predicate" in the electronic-based government evaluation system (SPBE).