Penjelajahan yang kocak dan penuh pemahaman tentang Schadenfreude: sukacita yang kompleks. gelap tapi nikmat. yang sesekali kita rasakan saat mendengar kemalangan orang lain. Mungkin kita pernah merasakan Schadenfreude ketika ... seorang pria keren bersandar ke kursi dan terjungkal ke belakang; seorang selebriti vegetarian kepergok di lorong bagian penjualan keju; seorang pengemudi yang agresif menyalip dan memotong jalan kita. lalu dihentikan polisi; seseorang menyerobot antrian di ATM. Lalu kartunya tertelan mesin; teman kita yang selalu menarik lawan jenis tanpa harus berusaha ditinggalkan pacarnya. Kita semua mengenal kenikmatan yang dirasakan atas kemalangan orang lain. Orang Jerman menamakan kenikmatan yang diam-diam atas kemalangan orang lain ini Schadenfreude (dari kata Schaden yang berarti kerusakan dan Freude yang berarti sukacita). Dan ini telah membingungkan para filsuf dan psikolog selama berabad-abad. Mengapa menyaksikan kemalangan orang lain bisa terasa sangat memuaskan? Dan bila memang begitu. apa yang harus kita lakukan? Buku ini memberikan penjelasan tentang emosi tersembunyi ini. mengajak kita merenungkan kenikmatannya. Dan bagaimana kita menggunakan penderitaan orang lain untuk merasa lebih baik tentang diri sendiri. Ditulis dengan jelas dan gamblang. buku ini juga mencantumkan contoh-contoh Schadenfreude dari karya sastra, filosofi, film, dan musik, sekaligus pengalaman pribadi dan analisis sejarah serta budaya. Buku yang menghibur dan dekat dengan keseharian ini mengajak kita memikirkan kembali peran emosi yang dianggap jahat ini dalam hidup kita—dan mungkin malah merangkulnya.