Penelitian ini melakukan eksplorasi kaitan antara Hak Asasi Manusia (HAM) dan Sungai Segah dalam perspektif ontologis. Melalui pendekatan Actor-Network Theory (ANT), penelitian ini berusaha memperpanjang konsepsi HAM dengan tidak terikat pada dikotomi biner antara manusia (subjek) dengan alam (objek). Dalam hal ini, kasus penyelewengan HAM melalui bencana yang terjadi akibat kasus kerusakan lingkungan, khususnya bencana banjir yang terjadi akibat luapan air sungai pada sungai Segah, Berau, Kalimantan Timur. Penelitian ini berupaya memberikan ruang bagi suara mereka (entitas non-manusia) yang dimediasi oleh penceritaan (storytelling). Tujuannya, agar konsepsi HAM tidak hanya terikat pada manusia sebagai subjek. Namun, juga untuk mencakup entitas non manusia dalam analisisnya. Wawancara dilakukan kepada salah satu tokoh masyarakat yang bermukim di sekitar bantaran aliran Sungai Segah sebagai upaya mendapatkan penceritaan intersubjektif mengenai peran aktif Sungai Segah dalam membentuk realitas sosial mereka. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada salah satu staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau yang sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana sebagai usaha pengimplementasian HAM. Harapannya, agar dapat mendorong perubahan positif dalam praktik sosial untuk melindungi masyarakat dan lingkungan (entitas non manusia) yang rentan.
This research explores the relationship between human rights and the Segah River from an ontological perspective. Through the Actor-Network Theory (ANT) approach, this research seeks to extend the conception of human rights by not being bound to the binary dichotomy between humans (subjects) and nature (objects). In this case, the case of human rights abuse through disasters that occur due to cases of environmental damage, especially flood disasters that occur due to overflowing river water in the Segah river, Berau, East Kalimantan. This research seeks to provide space for their voices (non-human entities) mediated by storytelling. The aim is that the conception of human rights is not only tied to humans as subjects. But it also includes non-human entities in its analysis. An interview was conducted with one of the community leaders who lives around the Segah River in an effort to get intersubjective storytelling about the active role of the River in shaping their social reality. In addition, an interview was also conducted with one of the staff of the Regional Disaster Management Agency (BPBD) of Berau Regency who is the party responsible for disaster management as an effort to implement human rights. The hope is to encourage positive changes in social practices to protect vulnerable communities and the environment (non-human entities).