Penelitian ini mengkaji praktik perjudian dalam Ma’Pasilaga Tedong di Toraja Utara menggunakan kerangka Kriminologi Budaya dengan metode kualitatif. Metode penelitian melibatkan wawancara mendalam dengan informan kunci, termasuk pemangku adat, masyarakat lokal, dan partisipan perjudian. Selain itu, observasi langsung dilakukan selama rangkaian upacara Rambu Solo’ untuk memahami konteks dan dinamika sosial dalam pelaksanaan Ma’Pasilaga Tedong. Temuan menunjukkan bahwa perjudian kini menjadi bagian dari ritual, meskipun awalnya tidak ada dalam tradisi asli. Perjudian berfungsi sebagai hiburan dan memperkuat ikatan sosial, tetapi menghadapi tantangan penegakan hukum karena partisipasi polisi dan perlindungan sosial dari komunitas. Pergeseran ini dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti modernisasi dan kebiasaan sabung ayam yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi masyarakat Toraja, termasuk peran pemangku adat dan pengaruh migran, turut berkontribusi pada integrasi perjudian dalam ritual. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya memahami dinamika perubahan budaya dalam konteks lokal, di mana norma-norma baru berkembang sebagai respons terhadap interaksi antara tradisi lokal dan pengaruh eksternal. Perubahan ini mencerminkan pergeseran norma kebudayaan dalam masyarakat Toraja, di mana elemen-elemen baru diintegrasikan ke dalam praktik tradisional mereka.
This research examines the practice of gambling in Ma’Pasilaga Tedong in North Toraja using a Cultural Criminology framework and qualitative methods. The research methods included in-depth interviews with key informants, such as traditional leaders, local community members, and gambling participants. Additionally, direct observations were conducted during the Rambu Solo' ceremonies to understand the context and social dynamics of Ma’Pasilaga Tedong. Findings indicate that gambling has now become part of the ritual, although it was originally not present in the traditional practices. Gambling serves as entertainment and strengthens social bonds but faces challenges in law enforcement due to police participation and social protection from the community. This shift is influenced by external factors such as modernization and the pre-existing practice of cockfighting. Furthermore, changes in the social and economic structure of Toraja society, including the role of traditional leaders and the influence of migrants, have contributed to the integration of gambling into the ritual. This study also highlights the importance of understanding the dynamics of cultural change in a local context, where new norms develop in response to the interaction between local traditions and external influences. These changes reflect a shift in cultural norms within Toraja society, where new elements are integrated into their traditional practices.