Ketahanan ekonomi merupakan cita-cita luhur yang ingin dicapai dalam berbangsa dan bernegara, sebab ketahanan ekonomi merupakan salah satu unsur penting ketahanan nasional yang berperan penting bagi keberlangsungan hidup suatu negara. Dengan demikian untuk menjaga ketahanan ekonomi tersebut, salah satu kunci sukses yang dapat ditempuh adalah memiliki unsur industri yang kuat dan sumberdaya yang mencukupi dan berkelanjutan. Salah satu upaya agar menjaga sektor industri menjadi kuat selain ditopang oleh industri, juga ditopang oleh kehadiran UKM. Namun seakan berjalan sendirian, UKM tentu sangatlah rentan terhadap risiko baik yang datang dari internal maupun eksternal; transformasi proses bisnis dari orientasi pasar ke orientasi inovasi masih menjadi kendala klasik UKM. Dengan demikian, melalui kombinasi antara teori-teori manajemen stratejik-inovasi dan pemberdayaan masyarakat, studi ini bertujuan untuk menjembatani kajian ketahanan ekonomi dengan melibatkan tiga subjek UKM produk pakaian/garment tradisional yakni industri pada sektor Batik Pekalongan, Batik Yogyakarta dan Tenun Sutera Wajo untuk menjawab tentang bagaimana upaya koordinasi antar fungsi manajemen strategis dalam meningkatkan kinerja bisnis sebagai upaya dalam menjaga kualitas ketahanan usaha. Kedua, bagaimana dampak pemberdayaan dan inovasi yang telah dilakukan oleh pemerintah dan para pelaku UKM dalam meningkatkan ketahanan usaha. Ketiga, apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat daam upaya meningkatkan penetrasi persaingan. Disisi lain studi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan data primer dan sekunder dalam teknik pengumpulan datanya. Lokasi penelitian sendiri dilakukan di tiga wilayah Seperti Kabupaten Pekalongan, DIY Yogyakarta, dan Kabupaten Wajo- Sulawesi Selatan. Dari analisis yang dilakukan, diketahui bahwa pengusaha batik dan tenun sutera di Pekalongan, Yogyakarta, dan Sengkang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya memonitor inovasi dan strategi pesaing. Mereka menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan informasi dan menerapkan strategi yang memungkinkan mereka untuk mengadopsi dan mengadaptasi praktik terbaik yang ada. Pemerintah berperan aktif dalam menciptakan kondisi yang mendukung melalui pemberian pelatihan, akses sumber daya, dan pengembangan pasar. Selain itu, kolaborasi antara pengusaha, pemerintah, dan pemangku kepentingan lain terbukti krusial dalam mendorong pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan daya saing industri ini.
Economic resilience represents a noble aspiration in nation-building and governance, as it constitutes a crucial element of national security essential for a country's survival. To safeguard this economic resilience, a successful strategy includes fostering a strong industrial sector supported by sufficient and sustainable resources. Additionally, the strength of the industrial sector is bolstered not only by large industries but also by the presence of small and medium enterprises (SMEs). However, SMEs often operate independently and are particularly vulnerable to risks from both internal and external sources; transitioning from a market-oriented to an innovation-oriented business process remains a classical challenge for SMEs. Hence, this study seeks to bridge the gap in economic resilience research by incorporating strategic management and innovation theories along with community empowerment. It focuses on three traditional garment SMEs—Batik industries in Pekalongan and Yogyakarta, and Silk Weaving in Wajo—to explore how strategic management functions coordinate to enhance business performance as a means to sustain business resilience. Secondly, it examines the impact of empowerment and innovation initiatives by the government and SMEs on enhancing business resilience. Thirdly, it identifies the supportive and inhibitory factors in increasing competitive penetration. Employing a qualitative descriptive research approach, this study utilizes both primary and secondary data collection techniques. The research is conducted in three regions: Pekalongan District, DIY Yogyakarta, and Wajo District in South Sulawesi. Analysis reveals that batik and silk weaving entrepreneurs in Pekalongan, Yogyakarta, and Sengkang are highly aware of the importance of monitoring innovations and competitor strategies. They employ various methods to gather information and implement strategies that allow them to adopt and adapt best practices. The government plays an active role in creating supportive conditions through training, resource access, and market development. Moreover, collaboration among entrepreneurs, the government, and other stakeholders is crucial in fostering community empowerment and enhancing the competitiveness of this industry.