Status gizi anak merupakan salah satu determinan terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dalam jangka panjang. Sesuai dengan ketentuan WHO, kondisi malnutrisi pada anak dapat dikategorikan menjadi s
tunting, wasting, underweight, dan
overweight. Kondisi
stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis yang dampaknya terlihat dalam jangka panjang. Kondisi
wasting adalah kondisi malnutrisi kronis yang dampaknya dapat terlihat dalam jangka pendek dan memerlukan penanganan intensif sesegera mungkin. Sementara itu, kondisi underweight adalah kondisi yang menggambarkan kondisi
stunting dan
wasting yang terjadi bersamaan. Penelitian ini menggunakan metode PSM
(Propensity Score Matching) untuk mengestimasi dampak dari penerimaan remitansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa remitansi secara signifikan mempengaruhi kondisi
stunting dan
underweight anak. Sementara itu, penerimaan remitansi baru akan mempengaruhi kondisi
wasting pada anak yang tinggal di daerah perkotaan. Ditemukan juga bahwa remitansi berdampak pada peningkatan risiko seorang anak mengalami
overweight, khususnya pada anak yang tinggal di Pulau Jawa. Mekanisme dari kejadian ini dapat dijelaskan melalui kurangnya pengasuhan anak karena adanya anggota keluarga yang bermigrasi sehingga meskipun rumah tangga anak tersebut memiliki pendapatan tambahan dari remitansi, makanan yang dikonsumsi justru bukanlah makanan yang bergizi seimbang. Kemudian, apabila remitansi tersebut diperoleh dari ibu yang berperan sebagai migran, diketahui bahwa remitansi justru berdampak negatif terhadap kondisi malnutrisi anak, khususnya pada anak yang tinggal di luar Pulau Jawa dan tinggal di keluarga berpendapatan tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa peran seorang ibu dalam pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat digantikan dalam bentuk materil. Sementara itu, apabila remitansi tersebut diperoleh dari sosok ayah, maka ditemukan penurunan risiko seorang anak untuk mengalami malnutrisi pada ketiga indikator
stunting, wasting, dan
underweight, khususnya pada anak yang tinggal di Luar Jawa. Oleh karena itu, migrasi paternal memiliki dampak yang lebih baik dibanding migrasi maternal karena laki-laki memiliki kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dari wanita dan memiliki kemungkinan untuk memperoleh upah yang lebih besar, sehingga kemungkinan sosok ayah tersebut dapat mengirimkan remitansi menjadi semakin besar.
The nutritional status of children is one of the most important determinants in their long-term growth and development. According to WHO guidelines, malnutrition in children can be categorized into stunting, wasting, underweight, and overweight. Stunting is a condition of chronic malnutrition with long-term impacts, while wasting is acute malnutrition with short-term effects requiring immediate intensive care. Meanwhile, underweight can be defined a combination of stunting and wasting. This study uses the Propensity Score Matching (PSM) method to estimate the impact of remittances. The analysis shows that remittances significantly affect children's stunting and underweight conditions. Remittances then increase the possibilities of a children to be wasted only if that children live in urban areas. It was also found that remittances increase the risk of overweight, particularly for children living in Java. This can be explained by the lack of childcare due to migrating family members; despite additional income from remittances, the consumed food may not be nutritionally balanced. If the remittance comes from a mother who is a migrant that seeks for better job, it negatively impacts child malnutrition, especially for those living outside Java and in high-income families. This indicates that a mother's role in a child's growth and development cannot be replaced materially. In contrast, if the remittance comes from the father, there is a reduction in the risk of malnutrition (stunting, wasting, and underweight), especially for children living outside Java. Therefore, paternal migration has a more positive impact than maternal migration because men have better job opportunities and higher potential wages, increasing the likelihood of sending remittances.