Karya sastra dapat menjadi medium untuk menyoroti permasalahan gender dalam masyarakat, baik modern maupun tradisional. Salah satu karya yang mengangkat isu ketimpangan gender dalam warna lokal adalah novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam karya Dian Purnomo. Novel ini bercerita tentang tokoh Magi Diela yang menjadi korban praktik kawin tangkap di Sumba. Praktik tersebut adalah bentuk penyelewengan tradisi akibat penyalahgunaan kekuasaan oleh Leba Ali. Hal ini menimbulkan tindakan seksisme terhadap Magi yang kemudian mendorongnya membuat strategi perlawanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi yang dilakukan Magi Diela untuk melawan seksisme, serta dampak dari strategi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Fokus penelitian terletak pada unsur intrinsik, yaitu tokoh dan penokohan Magi Diela. Penelitian ini menggunakan pendekatan dan teori gender dengan konsep seksisme ambivalen, feminisme multikultural, relasi kuasa, dan pembelajaran transformatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa strategi perlawanan yang dilakukan Magi Diela terdiri atas tiga fase, yaitu fase perlawanan awal, fase pembelajaran, serta fase aksi dan implementasi. Selain itu, hasil analisis data juga menunjukkan bahwa strategi tersebut memberikan dampak terhadap diri Magi sendiri, pandangan masyarakat adat di sekitarnya, serta penyelesaian masalah penyimpangan tradisi kawin tangkap dalam novel.
Literary works can serve as a medium to highlight gender issues in society, both modern and traditional. One such work that addresses gender inequality within a local context is the novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam by Dian Purnomo. This novel tells the story of Magi Diela, who becomes a victim of the kawin tangkap (bride kidnapping) practice in Sumba. This practice is a form of tradition misused due to the abuse of power by Leba Ali, leading to acts of sexism against Magi, which in turn motivates her to develop resistance strategies. This study aims to examine the strategies employed by Magi Diela to combat sexism and the impact of these strategies. The research method used is descriptive qualitative. The focus of the study is on the intrinsic elements, specifically the character and characterization of Magi Diela. This research uses gender approaches and theories with the concepts of ambivalent sexism, multicultural feminism, power relations, and transformative learning. The findings reveal that Magi Diela's resistance strategies consist of three phases: the initial resistance phase, the learning phase, and the action and implementation phase. Furthermore, the data analysis results also show that these strategies have an impact on Magi herself, the surrounding traditional community's views, and the resolution of the deviation of the kawin tangkap tradition in the novel.