Webtun semakin populer di kalangan berbagai generasi dalam beberapa tahun terakhir, yang berdampak pada perluasan komunitas penggemar internasionalnya. Untuk mendukung komunitasnya, WEBTOON meluncurkan WEBTOON Translate, sebuah platform yang memungkinkan para penggemar untuk menerjemahkan webtun favorit mereka secara legal. Namun, baik fan translation maupun penerjemahan profesional, keduanya menghadapi tantangan yang signifikan. Penelitian ini mempelajari perbedaan prosedur dan ideologi dalam penerjemahan Culture Specific Items (CSI), sebuah tantangan umum dalam penerjemahan, yang dilakukan oleh dua tim fan translation pada webtoon yang sama, yaitu Pasutri Gaje. Data dianalisis menggunakan analisis konten untuk mengidentifikasi unit CSI berdasarkan kategorisasi Newmark (2010), kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan prosedur penerjemahan CSI dari Aixela (1996), ideologi penerjemahan Venuti (2001), dan sintesis kedua teori dari Kuleli (2020). Penelitian ini bertujuan menyoroti pendekatan berbeda dalam menerjemahkan CSI berdasarkan keputusan dan pengetahuan budaya penerjemah, yang mempengaruhi ideologi terjemahan mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua tim menggunakan pendekatan prosedural yang hampir sama meskipun ada perbedaan mencolok dalam pemilihan kata, sehingga keduanya berada pada spektrum ideologi penerjemahan yang sama.
In recent years, webtoons have risen in popularity among various generations, resulting in the expansion of an international fan community. To support this, WEBTOON launched WEBTOON Translate, a platform enabling fans to legally translate their favorite webtoons. However, whether it’s fan translations or professional translations, both face significant challenges. This research examines the procedural and ideological differences in translating Culture Specific Items (CSI), a frequent challenge in translation, by two fan translation teams working on the same webtoon, "Pasutri Gaje." The data was analysed using content analysis to identify CSI units based on Newmark's (2010) categorization, which were then further examined using Aixela's (1996) CSI translation procedures, Venuti's (2001) translation ideology, and a synthesis of both theories by Kuleli (2020). This research intends to highlight different approaches in translating CSI of the same text based on the translator’s decision and cultural knowledge, which also influence their translation ideology. It was found that both teams employed similar procedural approaches despite notable differences in word choices, resulting in both teams aligning with the same translation ideology spectrum.