Bibir dan langit-langit sumbing merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi. Operasi langit-Iangit biasanya merupakan tahap kedua rekonstruksi dan dilakukan pada usia kurang lebih 1 - 2 tahun, dengan rata-rata usia 1,5 tabun. Kejadian fistula pascapalatoplasti primer berkisar antara 10 sampai 23 persen dari semua teknik operasi yang dilakukan. Kejadian fistula sering dihubungkan . dengan lebar celah dan ketegangan yang terjadi pada saat insetting flap palatum setelah . dibebaskan. Fistula dapat dicegah bila ketegangan dapat diatasi dengan baik atau lebar celah kecil. Fistula dapat diamati dalam 3 minggu pertama pascabedah. Tujuan penelitian ini adalah mencari korelasi nilai rasio lebar celah dan lebar palatum dengan kejadian fistula pascapalatoplasti primer. Penelitian kohort prospektif dilakukan pada 16 subjek penelitian (kemaknaan 0,05 dan kekuatan 0,95). Sepuluh subjek laki-laki dan 6 subjek wanita dengan usia rata-rata 22,31 C± 5,86) bulan. Rerata kadar hemoglobin 11,46 C± 1,20) g%, rerata hitung lekosit 9500 C± 2515,55) fmm3
• Rerata berat badan 10,18 C± 1,32) kg, dan nilai z antropometri berat badan berdasarkan usia rata-rata -1,66 C± 1,22). Lebar celah secara keseluruhan paling lebar di bagian junction (13, 50 ± 2,94 mm) palatum molle dan palatum durum dan yang paling sempit di anterior (9,68 ± 2,35 mm). Lebar sisa palatum yang paling lebar pada bagian posterior (26,56 ± 3,17 rnrn) sedangkan yang paling sempit pada daerah anterior (21,53 ± 3,96 mm). Lebar arkus palatum yang terbesar ada pada daerah posterior (39,93 ± 4,40 mm) dengan lebar arkus tersempit pada daerah anterior (31,22 ± 3,17 mm). Pada semua subjek dilakukan palatoplasti dengan menggunakan teknik two flap - three layers suturing. Kejadian fistula adalah 1 dari 16 subjek penelitian (6,25%). Analisis korelasi menggunakan regresi logistik antara kejadian fistula dengan faktor-faktor pra-bedah, nilai rasio lebar celah dengan lebar sisa palatum dan rasio lebar celah dengan lebar arkus palatum tidak berrnakna secara statistik (95% CI melalui angka 1).
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi ahli bedah agar tidak terlalu kuatir dengan kondisi lebar celah langit-Iangit pada setiap pasien, dan teknik two flap - three layers suturing dapat dipertimbangkan sebagai teknik operasi yang cukup sederhana narnun dapat memberikan hasil kejadian fistula yang cukup rendah.