Artikel ini ditulis untuk melestarikan dan mempromosikan salah satu upacara adat di tanah Bima NTB yang dikenal dengan Hanta Ua Pua yang merupakan warisan budaya islam. Upacara ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammmad SAW. sehingga dalam bahasa Bima juga sering disebut dengan Hanta Ua Pua Ade Wura Molu atau MOLU ( Pengantaran Ua Pua di dalam bulan maulid). Dalam Perkembangan sejarah Bima, upacara Hanta Ua Pua dilaksanakan pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin, sultan Bima kedua (1640-1682 M). Sejak saat itu, Hanta Ua Pua ditetaptakan sebagai perayaan rutin kesultanan Bima yang dikenal dengan Rawi Na’e Ma Tolu Kali Samba’a, termasukl upacara besar yang dilaksanakan dalam tiga kali setahun. Perayaan tersebut yaitu Ndiha Aru Raja Na’e (Perayaan Idul Adha), Ndiha Aru Raja To’i (Perayaan Idul Fitri), dan Ndiha Ua Pua (Perayaan Hanta Ua Pua). Studi ini menguraikan sejarah Islam di Tanah Bima karena Hanta Ua Pua berkaitan dengan proses penyiaran agama Islam di Bima, makna dan tujuan Ua Pua, rangkaian upacara Ua Pua, perlengkapan ritual Ua Pua, serta kesenian pengiring upacara Hanta Ua Pua.