Latar belakang: Bidang obstetri dan ginekologi tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan pada daerah abdomen dan pelvis serta memerlukan keadaan kolon dan rektum yang bersih dari massa feses untuk mengurangi risiko infeksi luka operasi. Tindakan rutin untuk membersihkan rektum dari massa feses sebagai persiapan praoperasi di departemen obstetri dan ginekologi RSCM adalah klisma pagi (sebelum operasi) dan sore/malam (sehari sebelum operasi) dengan gliserin. Banyak keluhan yang muncul pada pemakaian klisma gliserin berupa rasa tidak nyaman, mulas dan nyeri perut serta adanya kemungkinan penyebaran penyakit yang menular melalui darah atau cairan tubuh seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV. Cara lain yang dikatakan lebih nyaman adalah pemberian larutan dekusat sodium (campuran dioctyl sodium sulfosuccinatelDSS dan Sorbitol) perrektal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara pemakaian DSS-Sorbitol dengan klisma gliserin untuk persiapan pra operasi dalarn hal efektifitas, kenyamanan dan keluhan (efek samping) yang ditimbulkan keduanya. Rancangan: Uji klinis tersamar tunggal Bahan dan Cara Kerja: Penelitian ini dilakukan pada 180 orang pasien yang akan menjalani pembedahan elektif di departemen obstetri dan ginekologi RSCM, dibagi atas 2 kelompok yaitu kelompok yang diberi DSS-Sorbitol (90 orang) dan kelompok yang dilakukan klisma gliserin (90 orang). Pengambilan sampel dilakukan secara random. Setelah perlakuan, pasien ditanyakan keluhannya dan dicatat pada kuesioner kemudian selama operasi berlangsung dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah ada feses yang keluar di meja operasi. Hasil: Pada kelompok gliserin didapatkan 3 pasien (3,3%) keluar feses saat operasi sedangkan pada kelompok DSS-Sorbitol didapatkan 1 pasien (1,1 %). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Hampir sebagian besar pasien merasa nyaman dengan pemberian DSS-Sorbitol (SI orang) hanya 9 orang yang menyatakan tidak nyaman. Sedangkan pada kelompok gliserin terdapat 30 orang yang merasa tidak nyaman dan perbedaan ini sangat bermakna (p = 0.000; OR = 4.50 (1.99 - 10.ISĀ». Terdapat 5S pasien (32,2%) yang mengeluh saat dilakukan klisma atau pemberian DSS-Sorbitol dengan 9 orang diantaranya mempunyai keluhan lebih dari satu ( S orang dari kelompok gliserin dan 1 orang dari kelompok DSS-Sorbitol). Dari 58 pasien tersebut, 42 orang diantaranya diberikan gliserin (46,7%) dan sisanya, 16 orang diberikan DSS-Sorbitol (17,8%). Keluhan yang paling banyak adalah mulas, dikeluhkan oleh 40 pasien dari kelompok gliserin dan 10 pasien dari kelompok DSS-Sorbitol. Keluhan yang lain adalah mual (2 dari kelompok DSS-Sorbitol, 1 dari kelompok gliserin), pusing (2 dari kelompok DSS-Sorbitol, 1 dari kelompok gliserin), dan feses tidak keluar (I dari kelompok DSS-Sorbitol, 3 dari kelompok gliserin) ditemukan pada kedua kelompok sedangkan keluhan kembung (3 orang), feses berdarah (3 orang) dan alat panas (1 orang) hanya ditemukan pada kelompok gliserin. Sebanyak 114 pasien menyatakan betsedia untuk diulangi persiapan pra operasi pembersihan rektum ini, dengan proporsi lebih banyak yang bersedia dari kelompok DSS-Sorbitol, tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna. Dari perhitungan statistik ternyata kesediaan pasien untuk diberikan kembali klisma gliserin atau DSS-Sorbitol sangat dipengaruhi oleh rasa nyaman dan keluhan yang ditimbulkan oleh masing-masing cara. Kesimpulan: Pemakaian klisma gliserin sama efektifnya dengan pemberian DSS-Sorbitol, namun pemberian DSS-Sorbitollebih nyaman dan menimbulkan keluhan yang lebih sedikit. Kata kunci: DSS-Sorbitol, Gliserin, persiapan pra operasi.