Beras merupakan sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia. Setiap tahun harga beras selalu mengalami kenaikan yang disebabkan oleh inflasi, sewaktu krisis ekonomi menimpa Indonesia tahun 1997 inflasi tidak dapat dikendalikan sehingga harga beras meroket. Tingginya harga beras berdampak terhadap menurunnya konsumsi masyarakat miskin, kondisi ini juga terjadi di kawasan lumbung padi nasional, tepatnya di Kabupaten Karawang yang mayoritas masyarakat bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan yang diterima buruh tani hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, dan jika harga beras naik mereka akan sangat terdampak. Untuk melindungi buruh tani serta masyarakat miskin dan rawan pangan pada umumnya pemerintah menetapkan pembentukan program subsidi terhadap harga beras untuk keluarga miskin (RASKIN) tahun 2002. Mayoritas penerima raskin di Kabupaten Karawang merupakan buruh tani, dan dalam pelaksanaan program raskin pendataan penerima manfaat adalah masalah utama yang selalu terjadi. Beberapa literatur yang mengangkat program raskin lebih berfokus ke efektivitasnya, sementara dalam penelitian ini membahas pelaksanaan program raskin di Kabupaten Karawang dengan mengangkat kerawanan pangan buruh tani dari tahun 2002 hingga 2006. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode sejarah yang berupa heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Rice is the main source of carbohydrates for Indonesians. Every year, the rice prices always increase due to inflation. When economic crisis hit Indonesia in 1997, inflation couldn’t be controlled then rice prices skyrocketed. The high price of rice has an impact on decreasing level consumption of the poor. This condition also occurs in the national rice granary, precisely in Karawang Regency where the majority of people work as farm laborers. Daily income farm laborers receive is only sufficient for their daily needs, and if the rice prices goes up they will be greatly affected. To protect them as well the poor and food insecure people in general, the government established a subsidy program on the rice prices for poor family (RASKIN) in 2002. In Karawang Regency, farm laborers are the majority of raskin recepients. In the implementation of the raskin program in Karawang, recepients data has always been a major problem. Previous research mostly focused on raskin program effectiveness, while this research discusses implementation of the raskin program in Karawang Regency with focus on food insecurity of farm workers from 2002 to 2006 using historical methods in the form of heuristic, critics, interpretation, and historiography.