Penelitian ini mengkaji potensi pengulangan kata asli dan non-kata terhadap anak yang mengalami keterlambatan bicara untuk melakukan intervensi dini. Tugas pengulangan kata asli dan non-kata dibuat berdasarkan adaptasi penelitian Dollaghan & Campbell (1998) yang telah disesuaikan dengan bahasa Indonesia. Tugas pengulangan terdiri dari 32 butir tugas, terdiri dari 16 kata asli dan diikuti oleh 16 non-kata serta empat kata pada masing-masing empat panjang suku kata (satu, dua, tiga, dan empat suku kata). Urutan suku kata terdiri dari konsonan-vokal dan diakhiri oleh huruf konsonan. Total keseluruhan fonem dalam setiap set adalah 96 fonem. Penelitian ini melibatkan 24 anak usia 5;0 sampai dengan anak usia 7;10 (tahun;bulan) yang terdiri dari 22 anak yang bahasanya sedang berkembang dan 2 anak yang memiliki riwayat terlambat bicara. Ditemukan bahwa anak-anak baik yang bahasanya sedang berkembang dan anak yang mengalami keterlambatan bicara ternyata mengalami kesulitan ketika melakukan pengulangan non-kata pada rentang suku kata satu, tiga suku kata dan empat suku kata. Namun, anak- anak dapat mengulangi dengan baik pada pengulangan non-kata rentang dua suku kata. Berbeda dengan pengulangan non-kata, anak-anak yang bahasanya berkembang memperoleh nilai akurasi yang baik saat melakukan pengulangan kata asli. Ditemukan juga bahwa dalam melakukan tugas pengulangan non-kata, anak yang mengalami keterlambatan bicara memperoleh nilai yang signifikan lebih rendah dari anak yang bahasanya sedang berkembang terutama pada pengulangan empat suku kata non-kata dan kata asli. Penelitian ini masih membutuhkan penyempurnaan lebih lanjut agar dapat memastikan bahwa pengulangan non-kata bisa dijadikan penanda klinis untuk bahasa Indonesia sama halnya dengan bahasa-bahasa Eropa yang sudah lebih dahulu diteliti.
This study examines the potential real-word and non-word repetition in the children who have speech delays for early intervention. The repetition task was made based on the research adaptation of Dollaghan & Campbell (1998) which had been adapted to the Indonesian language. The repetition task consisted of 32 task items, consisting of 16 real-words followed by 16 non-words and four words in each of four syllable lengths (one, two, three, and four syllables). A syllable sequence consists of a consonant-vowel and ends with a consonant letter. The total number of phonemes in each set is 96 phonemes. This study involved 24 children aged 5;0 to 7;10 (years; months) consisting of 22 children whose language was developing and 2 children who had a history of speech delay. It was found that both children whose language was developing and children who had speech delays had difficulty performing non-word repetitions in the ranges one syllable, three syllable and four syllable. However, children can repeat well on non-word repetitions of two syllable. In contrast to non-word repetition, children whose language is developing get good accuracy scores when repeating the real-word. It was also found that in performing the non-word repetition task, speech-delayed children scored significantly lower than children whose language was developing, especially on four-syllable repetition of non-words and real-words. This research still needs further refinement in order to ensure that non-word repetition can be used as a clinical marker for Indonesian as well as European languages that have been studied previously.