Gangguan mental emosional merupakan peristiwa yang terus meningkat di Indonesia, utamanya pada usia 15-24 tahun yang merupakan usia remaja akhir hingga dewasa awal. Kejadian kesepian diyakini sebagai salah satu faktor potensial yang menyebabkan gangguan kesehatan mental dari waktu ke waktu di masa remaja. Utamanya di masa pandemi COVID-19, yang dapat memicu maupun memperburuk situasi dalam penanganan kesehatan mental akibat dari pemberlakukan kebijakan untuk 'meratakan kurva', atau mencegah penularan virus COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan gangguan mental emosional pada mahasiswa domisili kota Depok di masa pandemi COVID-19. Desain studi dari penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis univariat, bivariat dan stratifikasi. Penelitian ini menggunakan data primer dalam bentuk google form yang disebar secara daring kepada mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 234 (78,8%) mahasiswa domisili kota Depok yang mengalami gangguan mental emosional di masa pandemi COVID-19. Hasil penelitian berhasil membuktikan hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian kesepian berat (PR= 4,42; 95% CI: 2,30-8,49; p: 0,006), kesepian sedang (PR=4,20; 95% CI : 2,18-8,07; p: 0,0001) dan kesepian ringan (PR=3,51; 95% CI : 1,81-6,76; p: 0,000) dengan gangguan mental emosional pada mahasiswa domisili Kota Depok di masa pandemi COVID-19. Pembentukan program atau layanan terkait konseling dan promosi pencegahan kesehatan mental melalui platform yang mudah digunakan oleh mahasiswa oleh pemerintah dan memperbanyak kegiatan positif serta interaksi dengan orang terdekat dapat membantu mencegah dan mengurangi resiko terjadinya gangguan mental emosional dan kejadian kesepian.
Emotional mental disorders are the issue that continue to increase in Indonesia, especially among aged 15-24 which is the period of late adolescent and early adulthood. Loneliness believed to be one of the potential factor that causes emotional mental disorder from time to time in adolescent period. Especially, during COVID-19 pandemic, that trigerred and worsen mental health situation as the consequences of implementing public policy for ‘flatten the curve’ or prevent the transmission of COVID-19 virus. This study aims to determine the association between loneliness with Emotional Mental Disorders on College Students in Depok during the COVID-19 Pandemic. The study design of this study was cross-sectional with univariate, bivariate and stratified analysis. This study uses primary data that taken from google forms which are distributed online to college student. The results of this study showed that there are 234 (78.8%) students in Depok who experienced emotional mental disorders during the COVID-19 pandemic. The results of this study have been able to prove a statistically significant relationship between the incidence of severe loneliness (PR = 4.42; 95% CI: 2.30-8.49; p: 0.006), moderate loneliness (PR = 4.20; 95% CI: 2.18-8.07; p: 0.0001) and mild loneliness (PR=3.51; 95% CI: 1.81-6.76; p: 0.000) with emotional mental disorders among college students in Depok during COVID-19 pandemic. The establishment of programs or services related to counseling and promotion of mental health prevention through the platforms that are easy to use for college student by the government and increasing positive activities and interactions with those closest to them can help to prevent and reduce the risk of emotional mental disorder and loneliness.