Dengan penurunan tren kasus malaria yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir, beberapa wilayah di Indonesia masih memiliki tingkat endemisitas yang lebih tinggi dibanding wilayah lainnya, termasuk salah satunya Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan total 17.192 kasus malaria pada tahun 2018, Provinsi NTT menempati posisi ketiga dengan nilai API tertinggi (3,42) dengan tingkat endemisitas sedang. Dengan demikian, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penting yang berpotensi menyebabkan tingginya Annual Parasite Incidence (API) malaria di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2018 dengan menganalisis hubungan faktor kependudukan, serta faktor risiko lingkungan. Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan unit analisis kabupaten/ kota dengan data yang didapatkan dari dokumen Profil Kesehatan Provinsi NTT (Dinas Kesehatan Provinsi NTT), Provinsi NTT dalam Angka (Badan Pusat Statistika) dan Riset Kesehatan Dasar NTT (Kementerian Kesehatan). Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat (uji korelasi Spearman) dan spasial (teknik overlay). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah masyarakat dengan pendidikan rendah, pekerjaan berisiko malaria, serta perilaku pembuangan air limbah yang kurang baik masih sangat tinggi. Selain itu, didapatkan hasil bahwa variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan API malaria mencakup pendidikan rendah (P-value = 0,005; r = 0,588), perilaku BABS/ Buang Air Besar Sembarangan (P-value = 0,008; r = 0,564), lantai lembab (P-value = <0,003; r = 0,613), dan atap dedaunan (P-value = 0,001; r = 0,652). Selanjutnya, diketahui bahwa variabel perilaku BABS juga berkorelasi secara spasial dengan API malaria. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pentingnya upaya pencegahan malaria yang harus berfokus pada peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (terutama dalam menggunakan jamban sehat dan membersihkan rumah sesuai dengan kondisi masyarakat). Terlebih, dalam memperkuat upaya pencegahan dan pengendalian malaria, hal lain yang harus ditingkatkan mencakup pemberian penyuluhan yang efektif agar informasi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Although the decreasing number of malaria cases has been happening in Indonesia since the past few years, some regions in Indonesia still have higher malaria endemicity, including East Nusa Tenggara (ENT) Province. With total malaria cases of 17,192 in 2018, ENT Province was in the third place of province with the highest Annual Parasite Incidence number (3.42) making ENT Province as the province with moderate malaria endemicity. Thus, this thesis aims to discover important factors which have the potential in increasing the number of Annual Parasite Incidence (API) of malaria in ENT Province year 2018 by analyzing correlation of demographic and environmental risk factors. This study used ecological study design with analysis unit of districts/ city and data gotten from document of ENT Province Health Profile (Public Health Office of ENT Province), ENT Province in Number (Central Bureau of Statistics), ENT Province Health Survey (Ministry of Health). Data were analyzed using univariate, bivariate (Spearman correlation test), and spatial (overlay technique) analysis. The result showed that the number of societies with low education, high risk jobs, and unproper waste disposal behavior are still high. Further, variables which have a significant correlation with malaria API are low education level (P-value = 0,005; r = 0,588), behavior of open defecation (P-value = 0,008; r = 0,564), humid floor (P-value = <0,003; r = 0,613), and roof made from leaves (P-value = 0,001; r = 0,652). Besides, behavior of open defecation was found to be spatially correlated with malaria API. The result of this study highlights the importance of malaria prevention that should focus on intensifying clean and healthy lifestyle (especially the using of healthy latrine and right ways of cleaning the house which has been adapted by societies’ condition). Besides, in strengthening malaria prevention and control measures, other efforts that need to be escalated including providing comprehensive knowledge with more effective ways so that the information of malaria prevention can be well absorbed by the societies.