Tesis ini menganalisis kompetisi teknologi kecerdasan buatan antara Amerika Serikat dan Tiongkok dan implikasi yang dihasilkan bagi keamanan nasional Amerika Serikat. Kajian terdahulu mengenai kompetisi teknologi kecerdasan buatan sudah banyak dilakukan dan dapat dibedakan dalam tiga paradigma: realisme, liberalisme, dan konstruktivisme. Dalam pandangan penulis, paradigma liberalis dan konstruktivisme belum menjelaskan secara keseluruhan dalam menganalisis kompetisi teknologi kecerdasan buatan dan implikasinya bagi keamanan nasional. Paradigma realisme dianggap lebih dapat menjelaskan analisis kompetisi teknologi kecerdasan buatan dengan bagaimana sebaran teknologi kecerdasan buatan serta kebijakan yang dipilih negara dalam melindungi keamanan nasionalnya seperti semakin meningkatkan kemampuan militernya dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan hingga melakukan pembatasan pasar suatu perusahaan. Dengan menggunakan kerangka analisis ofensif-defensif dan metode causal-process tracing, tesis ini menunjukkan bahwa implikasi keamanan Amerika Serikat yang terjadi merupakan hasil dari reaksi dari peningkatan teknologi kecerdasan buatan Tiongkok. Analisis tesis ini menunjukkan kekuatan suatu negara yang ditentukan oleh militer dan perekonomiannya. Apabila negara tidak memiliki militer dengan persenjataan yang baik, keamanan negara bahkan perekonomian dapat terancam, begitupun sebaliknya, tanpa perekonomian yang kuat, negara tidak akan mampu melakukan pemutakhiran senjata dan militernya.
This thesis analyzes the artificial intelligence technology competition between the United States and China and the implication for the national security of the United States. Previous studies on competition in artificial intelligence technology have been carried out and can be divided into three paradigms: realism, liberalism, and constructivism. In the author's view, the liberalist and constructivism paradigms have not fully explained in analyzing the competition for artificial intelligence technology and its implications for national security. The realism paradigm is considered to be more able to explain the analysis of artificial intelligence technology competition with how the spread of artificial intelligence technology and the policies chosen by the state in protecting its national security such as increasing its military capabilities with the help of artificial intelligence technology to limiting the market of a company. By using an offensive-defensive analysis framework and a causal-process tracing method, this thesis shows that the United States' security implications that occured are the result of a reaction to the increase in China's artificial intelligence technology. The analysis of this thesis shows that the strength of a country is determined by its military and economy. If the state does not have a military with good weapons, the security of the state and even the economy can be threatened, and vice versa, without a strong economy, the state will not be able to upgrade its weapons and military.