Kredit informal masih tetap menjadi salah satu alternatif pilihan aktivitas pinjaman uang yang masih digemari bagi masyarakat Indonesia, walau tingkat suku bunganya tinggi. Studi sebelumnya menjelaskan pengambilan keputusan seseorang berkaitan dengan literasi keuangan dan akses kepada kredit. Masyarakat di negara miskin dan berkembang memiliki literasi yang rendah sehingga mereka dengan mudah memutuskan untuk menggunakan kredit informal (Lusardi, 2007). Selain itu, kemudahan untuk fasilitas pelayanan keuangan dan persyaratan yang lebih mudah mendorong masyarakat menggunakan kredi informal (Ruddle, 2011). Kelemahan pada literasi keuangan adalah tidak ada perbaikan subtantif yang didapatkan dari literasi keuangan. Edukasi keuangan hanya dapat mendidik individu untuk mendapatkan pengetahuan terkait keuangan. Kelemahan akses kredit yaitu akses kredit bukan hanya sekadar masalah ketersediaan lembaga dan persyaratan yang mudah tetapi hubungan antara peminjam dan pemberi pinjaman karena akses kredit ditentukan oleh hubungan sosial bukan hanya sekedar ketersediaan lembaga. Argumen peneliti melihat bahwa rasionalitas menjadi dasar dari proses pengambilan keputusan. Di dalam proses, rasionalitas seseorang akan memiliki keterbatasan dan jaringan sosial akan menjadi kontributor bagi individu untuk menghasilkan konstruksi sosial tentang kredit informal. Nantinya, proses ini akan menghasilkan keputusan untuk satuan keluarga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus Batak Kredit (Bakri) di Desa Cikalong, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.
Informal credit is still one of the alternative choices for money lending activities that are still popular for the people of Indonesia, even though the interest rate is high. Previous studies have explained that one’s decision making is related to financial literacy and access to credit. People in low and middle-income countries do not have or have low financial literacy so they easily decide to use informal credit (Lusardi,2007). Also, easier access to loan facilities and easier requirements will encourage people to choose informal credit (Ruddle, 2011). The frailty of financial literacy is there are no substantial improvements to be obtained from financial literacy. Financial education can only educate individuals to have financial knowledge. Credit access does not only depend on availability and easy requirements but also on the interaction between debtor and creditor. This research argues that rationality is the basis of the decision-making process. In the process, rationality will have limitation and social networks will become contributors to individuals to make decisions because social networks will play a role in generating social constructs about informal credit. At the end, this process will produce a decision for the household unit. This study used a qualitative research method with the Bakri case study in Cikalong Village, Cikalongwetan, West Bandung Regency.