COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.
COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.
COVID-19 is a respiratory tract infection caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). There is a population that high risk to infection with the SARS-CoV-2 virus, one of which is a comorbid disease that many COVID-19 patients experience, namely Congestive Heart Failure (CHF). Patients with comorbid CHF are more susceptible to infection with SARS-CoV-2 and may experience more severe clinical manifestations. It is thought to be related to the inflammatory process that increases the permeability of the pulmonary blood vessels. Some of the fluid from the blood vessels will be pushed out and into the alveoli. The volume of blood returns from the left ventricle and atrium to the pulmonary veins which then causes pulmonary oedema. Pulmonary oedema is one of the signs of hypervolemia, so it needs to be prevented through fluid management. In this case study, the author reports woman 54 years old with complaints of shortness of breath after activities. The patient said it was difficult to sleep due to shortness of breath at night and after coughing up phlegm, and there was oedema in both legs. The patient is confirmed positive for COVID-19 and has a history of CHF. after the intervention of fluid management for nine days of treatment, the patient experienced improvement, including an increase in oxygen saturation, complaints of shortness of breath and a reduced degree of oedema. This case study shows that fluid management is an effective intervention to treat the problem of hypervolemia in patients.