Tesis ini membahas mengenai representasi peran ganda perempuan dalam film Korea. Film yang dianggap oleh sebagian masyarakat Korea Selatan, mengusung nilai-nilai yang melawan nilai-nilai kultural. Sementara ini, film ini juga dianggap sebagai film yang menggugah dan memberdayakan perempuan, sehingga tak sedikit kaum perempuan Indonesia yang menonton dan memuji film ini. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah film ini mengusung nilai-nilai yang berperspektif feminis sebagaimana dipahami sebagian masyarakat yang menujinya. Tujuan penelitian ini melihat bagaimana representasi peran ganda perempuan dalam film. Penelitian ini menggunakan teori representasi Stuart Hall, peran ganda perempuan dan paradigma konstruktivis-interpretatif dengan pendekatan kualitatif. Analisis teks dilakukan dengan menggunakan metode semiotika Barthes. Unit analisisnya scene, dan beberapa scene dipilih sesuai dengan kriteria peran ganda perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film ini memperlihatkan peran perempuan di ranah domestik yang harus berpegang teguh dengan nilai-nilai sebagai ibu rumah tangga Korea, yaitu mengurus anak dan suami di rumah; patuh kepada ibu mertua; bertanggung jawab terhadap anak, suami, dan keluarga suami; dan mendukung pekerjaan suami. Selain itu film ini juga mempromosikan bahwa perempuan bisa menjadi perempuan karir yang kompeten dalam pekerjaannya, sulit mendapatkan eksekutif, mampu mendirikan perusahaan sendiri, dan melepaskan diri dari ketidakadilan yang diterima dalam pekerjaan. Pada akhirnya film ini memperlihatkan bahwa perempuan Korea masih dalam kegamangan antara perannya sebagai perempuan karir yang modern, namun tuntutan keluarga, lingkungan dan masyarakat mengharuskan perempuan tetap pada posisi peran-peran domestik.
This thesis discusses the representation of the double burden of women in Korean film. This movie is considered by some South Korean as a film that carries values that go against cultural values. Meanwhile, this film is also considered a film that inspires and empowers women, so it attracts many Indonesian women to watch and praises this film. This study was conducted to see whether this film carries values with a feminist perspective, as understood by some people who criticize it. The purpose of this study is to see how the representation of women's double burden in the film. This study uses Stuart Hall's representation theory, women’s double burden theory, and constructivist-interpretive paradigm with a qualitative approach. Text analysis is analyzed by using Barthes' semiotics. The unit of analysis is the scene, and several scenes were selected according to the criteria for women's double burden. The results of the study shows that this film tells the role of women in the domestic sphere who must adhere to the values as Korean housewives, for example: taking care of children and husband at home; obedient to mother-in-law; responsible for children, husband, and husband's family; and support her husband's work. In addition, this film also shows that as career women: competent in their work, find it difficult to get executives, be able to build their own companies, and resisting the injustices they receive in their work. In the end, the film explains that Korean women are still indecisive, as their role as modern career women, but also in the family, and society that require them to remain in domestic roles.