Teknologi digital tidak hanya mengubah bagaimana rupa dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) tetapi juga bagaimana media dan jurnalisme harus beradaptasi dengan kebaruan tersebut. Penelitian ini melihat penggunaan jurnalisme lambat (slow journalism) oleh jurnalis dalam media daring yang dinilai sudah bisa mengonstruksi informasi secara presesi. Penelitian ini menggunakan konsep Habitus yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu untuk menjelaskan bagaimana internalisasi yang dialami oleh agen dalam menjalani profesinya sebagai jurnalis. Konsep tersebut ditujukan untuk menemukan proses Habitus agen yang memiliki premis posisi sebelumnya dan ketika sudah berada di dalam arena atau field, dalam hal ini adalah ruang berita, apakah terjadi perbenturan pandangan antara premis posisi miliknya dengan field tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengambil subjek pemimpin media daring Indonesia yang menggunakan konsep jurnalisme lambat dalam roda bisnisnya yakni Tirto.id dan Katadata.co.id. Hasil penelitian menunjukkan, habitus para jurnalis banyak dipengaruhi oleh habitus primer (orang tua dan keluarga inti) dan habitus sekunder (institusi pendidikan dan tempat kerja) dan bagaimana habitus itu mengarahkan orientasi usaha pencarian kapital dari para jurnalis ini. Jurnalis media daring ini juga menghadapi benturan dengan perubahan penggunaan teknologi digital yang tidak bisa sepenuhnya menafikan keberadaan fast-journalism tetapi juga memperhatikan kemampuan jurnalis media daring saat ini dalam hal penggunaan teknologi media.

---

Digital technology has not only changed the appearance and use of information and communication technology (ICT) but also how the media and journalism have to adapt to the novelty. This study sought the use of slow journalism by journalists in online media which has been able to construct information recessively. This study uses the Habitus concept proposed by Pierre Bourdieu to explain how the internalization experienced by agents in carrying out their profession as journalists. The concept is intended to find the Habitus process of agents who have the premise of their previous position and when they are in the arena or field, in this case the newsroom, whether there is a clash of views between the premise of his position and the field. The research was conducted by taking the subject of Indonesian online media leaders who use the concept of slow journalism in their business wheels, namely Tirto.id and Katadata.co.id. The results show that the habitus of journalists is heavily influenced by the primary habitus (parents and nuclear family) and secondary habitus (educational institutions and workplaces) and how this habitus directs the orientation of these journalists' efforts to seek capital. This online media journalist also faces a collision with changes in the use of digital technology which cannot completely deny the existence of fast-journalism but also pays attention to the current capabilities of online media journalists in terms of using media technology.