UI - Tugas Akhir :: Kembali

UI - Tugas Akhir :: Kembali

Comparison of Swear Word Translation Procedures: Official vs. Fan-Made English to Indonesian Subtitles for Superbad (2007) = Perbandingan Prosedur Penerjemahan Kata-kata Sumpah Serapah: Terjemahan Resmi dan Terjemahan Buatan Penggemar dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia untuk Superbad (2007)

Haura Shabihah Fitrah; Haru Deliana Dewi, supervisor; Harwintha Yuhria Anjarningsih, examiner; Andika Wijaya, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025)

 Abstrak

This study explores the translation procedures employed for swear words or profanity in the English-to-Indonesian subtitles of the movie Superbad (2007), comparing the official subtitles provided by Netflix with a fan-made version from SUBDL. Swear words, often loaded with cultural and expressive significance, present various challenges in translation, especially in the context of Indonesian audiences where cultural norms are generally more conservative. A qualitative content analysis method is used to collect instances of swearing from the movie, followed by applying the Functional Equivalence, Accuracy, and Readability (FAR) model to evaluate the effectiveness of the procedures used in the subtitles. The findings revealed that Netflix frequently employs the deletion procedure to soften the impact of swear words, which aligns with cultural sensitivities of the target audience, while SUBDL relies more on the borrowing procedure that preserves the rawness of the source language. Netflix's translations align better with the FAR model's acceptability and readability criteria that ensures audience comprehension and cultural appropriateness. On the other hand, SUBDL excels in maintaining functional equivalence but occasionally struggles with readability due to overly literal translations.

Penelitian ini mengeksplorasi prosedur penerjemahan yang digunakan untuk kata-kata makian atau kata-kata tidak senonoh dalam takarir bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dari film Superbad (2007), membandingkan takarir resmi yang disediakan oleh Netflix dengan versi buatan penggemar dari SUBDL. Kata-kata makian, yang sering kali penuh dengan makna budaya dan ekspresif, menghadirkan berbagai tantangan dalam penerjemahan, terutama untuk penonton di Indonesia di mana norma-norma budaya pada umumnya lebih konservatif. Metode analisis konten kualitatif digunakan untuk mengumpulkan contoh-contoh makian dari film, diikuti dengan penerapan model FAR, yaitu kesetaraan fungsional, penerimaan, dan keterbacaan untuk mengevaluasi efektivitas prosedur yang digunakan dalam takarir. Hasil menunjukkan bahwa Netflix sering menggunakan prosedur penghapusan untuk memperhalus dampak kata-kata makian, yang sejalan dengan sensitivitas budaya audiens, sementara SUBDL lebih mengandalkan prosedur peminjaman yang menjaga niat awal dari bahasa sumber. Terjemahan Netflix lebih selaras dengan kriteria penerimaan dan keterbacaan model FAR yang memastikan pemahaman penonton dan kesesuaian budaya. Di sisi lain, SUBDL unggul dalam mempertahankan kesetaraan fungsional tetapi terkadang kesulitan dalam keterbacaan karena terjemahan yang terlalu harfiah.

 File Digital: 1

Shelf
 TA-Haura Shabihah Fitrah.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tugas Akhir
No. Panggil : TA-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
Bahasa : eng
Sumber Pengatalogan : libUI eng rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer (rdmedia)
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : 32 pages
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
TA-pdf 16-25-39252977 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920565818
Cover