Kanker paru merupakan penyakit dengan prevalensi, morbiditas, dan mortalitasnya yang tinggi, dengan beban biaya terkait kanker merupakan salah satu yang tertinggi. Financial toxicity merupakan istilah yang menggambarkan dampak dari tingginya biaya terkait kanker. Beban finansial yang tinggi ini berhubungan dengan kualitas hidup yang rendah, gangguan fungsi sosial, hingga penurunan kepatuhan pengobatan. Oleh karena itu, peneliti ingin mencari tahu mengenai gambaran biaya out-of-pocket dan financial toxicity pasien kanker paru di Indonesia serta faktor yang memengaruhinya. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross-sectional di RSUP Persahabatan Jakarta dengan metode wawancara di Poli Onkologi Paru, One Day Care, serta bangsal rawat inap untuk mendapat data sosiodemografis, biaya out-of-pocket, dan kondisi financial toxicity dan data karakteristik klinis dari rekam medis. Skor financial toxicity diukur dengan kuesioner FACIT-COST (Versi 2) versi Bahasa Indonesia. Pasien kanker paru di RSUP Persahabatan Jakarta memiliki rerata biaya out-of-pocket per bulan dengan rentang dari Rp54.166,00 hingga Rp19.749.166,00 dan sebanyak 58,3% dari pasien kanker paru tersebut mengalami toksisitas finansial. Hasil analisis bivariat menunjukan hubungan yang bermakna antara durasi sejak diagnosis (p=0,019), biaya out-of-pocket (p=0,035), dan persentase biaya out-of-pocket per pemasukan (p=0,012) dengan kondisi financial toxicity. Biaya out-of-pocket pasien kanker paru dapat digolongkan sebagai biaya katastrofik dan berpengaruh pada kondisi financial toxicity pasien.
Lung cancer has high prevalence, morbidity, mortality, and is one of the highest costing disease with not all costs are covered by insurance. Financial toxicity describes the impact of the high financial burden of cancer. High financial burden is associated with lower quality of life, impaired social functioning, and lower compliance to treatment. Therefor, researcher wanted to look into the out-of-pocket costs and financial toxicity in lung cancer patients and its associated factors. The study is done cross-sectionally in RSUP Persahabatan Jakarta by interviewing patients in Lung Oncology outpatient clinic, ODC unit, and inpatient wards to get sociodemographic, out-of-pocket cost, and financial toxicity data. Datas on clinical characteristics were obtained from patients’ medical records. Financial toxicity was measured using the Indonesian version of FACIT-COST (Version 2) questionnaire. Lung cancer patients at RSUP Persahabatan’s out-of-pocket cost ranges from Rp54.166,00 to Rp19.749.166,00 and 58,3% of patients reporting financial toxicity. Analysis showed significant associations between duration since diagnosis (p=0,019), out-of-pocket cost (p=0,035), and percentage of out-of-pocket cost per income (p=0,012), and financial toxicity. Out-of-pocket cost of lung cancer patients can be classified as catastrophic cost and is related to financial toxicity.