Pengelolaan struktur bangunan yang optimal memiliki peran penting dalam memastikan keselamatan dan daya tahan bangunan. Di Indonesia, peningkatan jumlah bangunan bertingkat sejak tahun 1990-an menyebabkan semakin banyaknya kasus kerusakan struktural. Kerusakan struktur bangunan diklasifikasikan ke dalam tiga tingkat: ringan, sedang, dan berat. Beberapa insiden kegagalan struktur di Indonesia, seperti runtuhnya lantai mezzanine di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018 dan ambruknya atap SDN Gentong pada tahun 2019, telah menimbulkan kekhawatiran terhadap kualitas konstruksi dan manajemen risiko. Kegagalan struktur tersebut berdampak langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi individu, komunitas, hingga kebijakan nasional terkait keselamatan bangunan. Penyebab utama kegagalan struktur meliputi metode konstruksi yang tidak terperinci, mutu material yang tidak sesuai, serta kurangnya pertimbangan risiko dalam proses konstruksi. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Permen PUPR No. 24 Tahun 2008) mengklasifikasikan perbaikan struktur ke dalam rehabilitasi, renovasi, dan restorasi. Restorasi, yang melibatkan modifikasi struktural tanpa mengubah fungsi arsitektural, menjadi aspek penting dalam memastikan keselamatan dan fungsionalitas bangunan dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode restorasi struktur kolom dan balok berbasis Work Breakdown Structure (WBS) yang terintegrasi dengan analisis risiko guna meningkatkan kinerja mutu struktur bangunan. Metode penelitian mencakup studi literatur, validasi ahli, survei, serta analisis menggunakan metode Delphi. Hasil yang diharapkan adalah pengembangan kerangka restorasi berbasis WBS yang mempertimbangkan risiko secara sistematis dan efektif. Dengan menerapkan metode restorasi berbasis risiko yang lebih terperinci, kerusakan struktur dapat dikendalikan sebelum menimbulkan dampak yang lebih besar di kemudian hari.
The optimal management of building structures plays a crucial role in ensuring structural safety and longevity. In Indonesia, the rapid increase in high-rise buildings since the 1990s has led to a rise in structural deterioration. Structural damage in buildings is classified into three levels: minor, moderate, and severe. Several incidents of structural failures in Indonesia, such as the collapse of the mezzanine floor at the Indonesia Stock Exchange (BEI) building in 2018 and the roof collapse at SDN Gentong in 2019, have raised concerns about construction quality and risk management. These failures resulted in direct and indirect impacts, affecting individuals, communities, and even national policies on building safety. The underlying causes of structural failures include inadequate construction methods, poor material quality, and lack of risk considerations in the construction process. The Indonesian Ministry of Public Works and Housing (Permen PUPR No. 24/2008) classifies structural repairs into rehabilitation, renovation, and restoration. Restoration, which involves structural modifications without altering architectural functions, is crucial for ensuring the long-term safety and functionality of buildings. This research aims to compare restoration methods for columns and beams based on a risk-integrated Work Breakdown Structure (WBS) approach to enhance structural quality performance. The study involves literature reviews, expert validation, surveys, and analysis using the Delphi method. The expected outcome is a structured restoration framework that integrates risk considerations into WBS, allowing for systematic and effective restoration processes. By implementing a detailed risk-based restoration methodology, structural damage can be mitigated before causing severe consequences.