UI - Skripsi Membership :: Kembali

UI - Skripsi Membership :: Kembali

Konsep Suwung Pada Pendopo: Sebuah Interpretasi Ruang Melalui Pagelaran Wayang Kulit Purwa = The Concept of Suwung in Pendopo: A Spatial Interpretation Through the Performance of Wayang Kulit Purwa

Nindya Kirana Murti; Hendrajaya, supervisor; Dita Trisnawan, examiner; Sukisno, examiner (Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025)

 Abstrak

Ruang kosong bukanlah kehampaan yang tidak bernilai, melainkan wadah penuh potensi yang menunggu diaktifkan oleh pengalaman personal manusia yang beraktivitas di dalamnya. Pengalaman ruang ini terbentuk melalui interaksi inderawi, emosi, dan pikiran yang telah dibentuk oleh budaya. Dalam konteks budaya Jawa, kekosongan tersebut dimaknai sebagai suwung, yaitu keadaan hening dan kosong yang justru menjadi dasar hadirnya kesadaran spiritual. Salah satu wujud ruang kosong yang khas terdapat pada pendopo dalam arsitektur tradisional Jawa, yang berfungsi sebagai ruang sosial sekaligus medium ekspresi budaya. Pagelaran wayang kulit purwa, sebagai salah satu bentuk ekspresi tersebut, mengaktifkan kekosongan pendopo menjadi ruang pengalaman yang kompleks yang menggabungkan aspek fisik, simbolik, dan spiritual. Melalui struktur dan elemen pertunjukan, pagelaran wayang kulit purwa yang mengangkat lakon Perang Baratayudha menyampaikan proses penjelmaan dan pengaliran kembali dalam spiritualitas kejawen sebagaimana tertuang dalam Serat Dewaruci. Dengan demikian, pendopo sebagai ruang kosong bukanlah kehampaan semata ataupun sekadar wadah teknis pertunjukan, tetapi sebagai ruang batin yang merefleksikan perjalanan spiritual manusia dan bertindak sebagai cerminan kosmis.

Void is not meaningless or without value, but rather a concept full of potential, awaiting activation through the personal experience of those who inhabit it. Spatial experience is shaped by sensory interactions, emotions, and thoughts that are formed by culture. In the context of Javanese culture, such emptiness is understood as suwung, a state of silence and stillness that forms the foundation for spiritual awareness. A distinctive form of this void can be found in the pendopo, a traditional Javanese architecture, which serves both as a social space and a medium for cultural expression. The performance of wayang kulit purwa, as one such expression, activates the emptiness of the pendopo into a complex experiential space that combines physical, symbolic, and spiritual dimensions. Through its structure and elements, the performance (particularly when presenting the Baratayudha narrative) conveys the processes of divine emanation and return, central to Javanese spirituality as described in the Serat Dewaruci. Thus, the pendopo as a void is neither meaningless nor simply a technical performance area, but a spiritual space that reflects the inner journey of the human soul and acts as a cosmic mirror.

 File Digital: 1

Shelf
 S-Nindya Kirana Murti.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Skripsi Membership
No. Panggil : S-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LIbUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : xv, 75 pages : illustration
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaam UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S-pdf 14-25-91772316 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920571602
Cover