Studi ini meneliti bagaimana video game Genshin Impact merepresentasikan, mengadaptasi, dan membayangkan kembali konsep arsitektur serta spasial periode Edo. Penelitian dimulai dengan menganalisis peta era Tokugawa, rencana kota, dan literatur arsitektur untuk mengidentifikasi tipologi bangunan dan pola spasial khas Edo, yang kemudian dibandingkan dengan desain wilayah Inazuma dalam game. Alih-alih hanya menyoroti kemiripan visual, studi ini menekankan pada logika arsitektur, simbolisme spasial, dan kualitas pengalaman ruang. Analisis kualitatif ini didasarkan pada interpretasi peneliti terhadap hubungan spasial dalam sumber sejarah dan dunia digital. Studi ini juga mengeksplorasi bagaimana Genshin Impact berfungsi sebagai medium pembelajaran spasial dan keterlibatan historis. Inazuma, yang terinspirasi dari periode Edo, mengundang pemain untuk menjelajahi narasi sejarah melalui lingkungan yang penuh resonansi emosional dan simbolisme. Landmark seperti Tenshukaku dan Grand Narukami Shrine menyampaikan tema kekuasaan, spiritualitas, dan hierarki sosial, mengubah pengalaman bermain menjadi pengalaman spasial yang bermakna. Meskipun representasi dalam game ini tidak sepenuhnya akurat secara historis—sering kali disederhanakan atau dipadukan dengan elemen fantasi—hal ini sejalan dengan pandangan bahwa representasi sejarah dalam media digital bersifat selektif dan penuh makna. Kota Inazuma mencerminkan logika spasial kota kastil era Edo, dan gaya arsitektur tertentu seperti shoin-zukur serta desain kuil Shinto diadaptasi dengan detail yang mencolok. Pada akhirnya, Genshin Impact melampaui perannya sebagai hiburan, menawarkan pengalaman spasial yang imersif dan kaya simbolisme yang berkontribusi pada diskusi kontemporer tentang arsitektur, memori budaya, dan cara baru dalam memahami masa lalu.
This study investigates how the video game Genshin Impact reimagines Edo period architectural and spatial concepts. By analyzing Edo peirod maps, city plans, and architectural literature, the research identifies key typologies and spatial arrangements of Edo, which are then compared with the design of the Inazuma region in the game. Rather than focusing solely on visual resemblance, the study emphasizes architectural logic, spatial symbolism, and experiential quality. This qualitative analysis is based on the researcher’s interpretation of spatial relationships in both historical sources and the game. The study also explores how Genshin Impact serves as a medium for spatial learning and historical engagement. Inazuma, inspired by the Edo period, invites players to explore historical narratives through emotionally resonant and symbolically rich environments. Landmarks such as Tenshukaku and the Grand Narukami Shrine convey themes of power, spirituality, and social hierarchy, transforming gameplay into a meaningful spatial experience. While the game’s representations are not entirely historically accurate—often simplified or blended with fantasy elements—they align with the view that historical representations in digital media are selective and meaningful. Inazuma City reflects the spatial logic of an Edo-period castle town, and specific architectural styles, such as shoin-zukuri and Shinto shrine design, are adapted with notable detail. Ultimately, Genshin Impact transcends its role as entertainment, offering an immersive and symbolically rich spatial experience that contributes to contemporary discussions on architecture, cultural memory, and new ways of engaging with the past.