Studi ini dilatarbelakangi dari paradoks yang muncul seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi digital. Di satu sisi Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah pengguna telepon pintar terbanyak di dunia. Di sisi lain masih banyak kelompok perempuan, terutama dari kalangan menengah bawah, yang menghadapi kesenjangan digital dan belum sepenuhnya mampu mengakses serta memanfaatkan teknologi telepon pintar secara optimal. Penelitian ini menekankan pentingnya mempertimbangkan perspektif perempuan dalam proses pembangunan di tengah semakin meluasnya penggunaan telepon pintar pada masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode narasi dengan pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan melibatkan 5 (lima) perempuan, khususnya ibu, sebagai informan penelitian, sedangkan observasi dilakukan pada penggunaan telepon pintar serta aktivitas sehari-hari informan yang dilakukan selama 6 bulan yaitu selama Agustus 2022 hingga Februari 2023. Penelitian ini berargumen bahwa teknologi dan masyarakat saling membentuk satu sama lain, oleh karena itu penting dilakukan penelitian yang melihat bagaimana teknologi diintegrasikan dalam konteks sehari-hari penggunanya. Melalui sudut pandang teori domestikasi teknologi, penelitian ini fokus pada pertanyaan tentang bagaimana teknologi telepon pintar dimaknai oleh perempuan dan kemudian menyatu dalam keseharian. Penelitian ini mengungkapkan bahwa praktik domestikasi teknologi di kalangan perempuan dari keluarga menengah bawah merupakan proses dialektik dinamis dalam konstruksi sosial gender dan teknologi, yang bukan hanya membentuk praktik penggunaan telepon pintar tetapi juga berdampak pada potensi pemberdayaan dan manfaat yang diperoleh dari teknologi. Perempuan pada penelitian ini menunjukkan mobilitas, kapabilitas, dan keagenan dalam praktik penggunaan teknologi dengan menjangkau khalayak yang lebih luas. Walaupun begitu harapan budaya dan kontrol sosial membatasi pemberdayaan sampai batas tertentu sehingga mengharuskan ibu untuk mereorientasi praktik teknologi mereka demi kepentingan keluarga. Penelitian ini menawarkan sudut pandang tambahan dalam memahami praktik domestikasi teknologi perempuan kelompok menengah bawah yaitu dengan mempertimbangkan fokus pada aspek kapital, kontekstual, kultural, dan struktural untuk mendapatkan esensi sosial dari penggunaan teknologi yang dapat digunakan pada kalangan atau kelompok spesifik lainnya.
This study is driven by the paradox arising alongside the massive development of digital technology, in which, despite Indonesia being one of the world’s largest smartphone markets, many women from lower-middle-class backgrounds remain digitally marginalized, with limited access and inadequate use of the technology. This research underscores the need to integrate women’s perspectives into development processes amid the growing ubiquity of smartphones in society. This study adopts a narrative approach, with data collected through interviews and participant observation. Five mothers served as key informants, while observations were conducted to capture their smartphone use and daily routines over a six-month period, from August 2022 to February 2023. Grounded in the view that technology and society are mutually shaped, this research emphasizes the importance of examining how technology is embedded in everyday life. Drawing on the theory of technology domestication, the study investigates how women make sense of and integrate smartphones into their daily practices. The findings demonstrate that the domestication of technology among lower-middle-class women is a dynamic and dialectical process within the social construction of gender and technology. This process not only shapes how women engage with smartphones, but also influences their potential for empowerment and the extent to which they gain actual benefits from technological use. The women in this study exhibit mobility, capability, and agency in their use of technology enabling them to reach broader audiences. However, cultural expectations and social norms continue to constrain their empowerment to some extent, forcing them to adjust their technological practices in favor of family interest. This study offers an additional perspective on understanding women’s technology domestication practices by proposing an analytical focus on capital, contextual, cultural, and structural dimensions to capture the social essence of technology use that may also be applied to other specific social groups.