Perjalanan bisnis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan auditor di PT X sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Testing, Inspection, and Certification (TIC). Mobilitas tinggi yang dituntut dari auditor berpotensi menimbulkan berbagai risiko terhadap keselamatan, kesehatan fisik dan mental, serta keseimbangan sosial, yang secara tidak langsung dapat memengaruhi kualitas hasil audit. Namun, sejauh ini belum dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap implementasi mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja (K3L) dalam konteks perjalanan bisnis auditor. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi mitigasi risiko K3L pada perjalanan bisnis di PT X berdasarkan persepsi auditor. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap lima informan yang dipilih secara purposive, meliputi auditor, auditor senior, dan head of division yang terlibat dalam perjalanan bisnis. Triangulasi sumber digunakan untuk memastikan validitas data, dengan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen internal perusahaan dan observasi pelaksanaan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun PT X telah memiliki beberapa prosedur terkait mitigasi risiko, seperti pemantauan K3L dan penanganan keadaan darurat, implementasinya belum spesifik untuk konteks perjalanan bisnis. Sebagian besar auditor belum mengetahui dan memahami prosedur tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara kebijakan formal dan praktik di lapangan. Perusahaan telah memenuhi aspek logistik dasar seperti transportasi dan akomodasi, namun belum menyediakan pelatihan risiko yang memadai, edukasi pra perjalanan, serta pemantauan kesehatan sebelum dan sesudah perjalanan. Auditor juga mengalami kelelahan, gangguan tidur, stres, dan keterbatasan waktu bersama keluarga akibat intensitas perjalanan yang tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi mitigasi risiko K3L di PT X masih bersifat reaktif dan belum terintegrasi secara sistematis ke dalam siklus perjalanan bisnis. Perusahaan disarankan untuk mengembangkan sistem mitigasi risiko yang kontekstual untuk setiap destinasi, meningkatkan sosialisasi dan pelatihan berbasis risiko, serta menyediakan mekanisme pemulihan pasca-perjalanan. Selain itu, keterlibatan auditor dalam penyusunan kebijakan serta dukungan terhadap kesehatan mental juga perlu ditingkatkan guna menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, aman, dan berkelanjutan.
Business travel is an inseparable part of the auditors' work at PT X, a multinational company operating in the field of Testing, Inspection, and Certification (TIC). The high mobility required from auditors poses various risks to their safety, physical and mental health, and social balance, which may indirectly affect the quality of audit results. However, a comprehensive evaluation of the implementation of occupational safety, health, and environmental (SHE) risk mitigation in the context of business travel has not yet been conducted. This study aims to evaluate the implementation of SHE policies related to business travel at PT X based on auditors' perceptions. This research employed a descriptive qualitative method with a case study approach. Data were collected through in-depth interviews with five purposively selected informants, including senior auditors, internal auditors, and division heads involved in business travel. Data validity was ensured through source triangulation by comparing interview results with internal company documents and field observations. The findings indicate that although PT X has several procedures related to risk mitigation—such as SHE performance monitoring and emergency response—their implementation is not specifically tailored to the business travel context. Most auditors are either unaware of or do not access these documents, resulting in a gap between formal policy and actual practice. The company has fulfilled basic logistical aspects such as transportation and accommodation, but lacks adequate risk-based training, pre-departure education, and health monitoring before and after travel. Auditors reported experiencing fatigue, sleep disturbances, stress, and reduced family time due to the high frequency of travel. The study concludes that the implementation of SHE risk mitigation at PT X remains reactive and is not yet systematically integrated into the business travel cycle. It is recommended that the company develop contextual risk assessments for each destination, enhance policy communication and risk-based training, and implement post-travel recovery mechanisms. Moreover, greater involvement of auditors in policy development and the provision of mental health support are essential to create a safer, healthier, and more sustainable work environment