Penelitian ini mengidentifikasi dampak dari moratorium terhadap deforestasi dan produktivitas sawit di Indonesia, yang difokuskan pada penerapan moratorium di tingkat kabupaten/kota di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Metode yang digunakan adalah difference-in-differences (DiD) dengan pencarian skor kecenderungan atau propensity score matching (PSM). Hasil dari penelitian ini adalah moratorium berdampak signifikan pada peningkatan produktivitas tandan buah segar (tbs) kelapa sawit, tetapi tidak berdampak signifikan pada deforestasi. Temuan ini menandakan insentif untuk intensifikasi lahan yang dihadapi oleh pelaku perkebunan sawit ketika moratorium terjadi dan kurangnya efektivitas pelaksanaan moratorium dalam upaya tindakan pencegahan deforestasi di tingkat kabupaten/kota.
This study quantifies the effects of the moratorium on both deforestation and oil-palm productivity in Indonesia, with particular emphasis on its implementation at the district (kabupaten) and city (kota) levels across Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, and Papua. Employing a difference-in-differences (DiD) framework coupled with propensity-score matching (PSM), we find that the moratorium has a statistically significant positive effect on fresh oil-palm fruit bunch (ffb) productivity, whereas its impact on deforestation is statistically indistinguishable from zero. These results underscore the intensification incentives facing plantation operators under the moratorium and highlight its limited efficacy as a tool for forest-conversion prevention at the subnational level.