Penelitian ini membahas proses ekranisasi cerita rakyat ‘Bawang Merah & Bawang Putih’ ke dalam bentuk animasi pendek berjudul ‘The Twisted Lore: Bawang Merah & Bawang Putih’. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dan bertujuan untuk menganalisis perubahan naratif dan visual yang terjadi selama proses adaptasi. Adaptasi ini tidak hanya mengalihkan medium dari cerita rakyat ke animasi, tetapi juga melakukan reinterpretasi terhadap tema, karakter, dan struktur cerita agar lebih sesuai dengan selera dan pola konsumsi media generasi modern, khususnya dalam konteks media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi transformasi dalam bentuk pengurangan, penambahan, dan perubahan variasi. Pengurangan mencakup elemen magis, karakter pendukung, dan latar realistis; penambahan meliputi simbolisme visual, gaya visual kontras, dan musik intens; sementara perubahan variasi terjadi pada penyusunan alur, penokohan, dan atmosfer cerita yang kini lebih gelap dan simbolik. Penelitian ini menegaskan bahwa adaptasi cerita rakyat melalui animasi pendek dapat menjadi strategi pelestarian budaya yang efektif sekaligus membuka ruang bagi ekspresi kreatif dan interpretasi ulang yang lebih kontekstual dan relevan dengan audiens masa kini.
This study explores the ecranisation (screen adaptation) process of the Indonesian folktale ‘Bawang Merah & Bawang Putih’ into a short animated film titled ‘The Twisted Lore: Bawang Merah & Bawang Putih’. Conducted through a qualitative descriptive approach, the research aims to analyze the narrative and visual transformations involved in adapting the original story into a new medium. The adaptation does not merely convert the story into animation but also reinterprets its themes, characters, and plot structure to align with contemporary audience preferences, particularly within the context of social media content. The findings indicate three key adaptation strategies: reduction, addition, and variation. Reductions include the removal of magical elements, supporting characters, and realistic settings; additions involve symbolic visuals, contrasting visual styles, and intense music; and variations reflect narrative restructuring, character reinterpretation, and a darker, more symbolic atmosphere. This study highlights that adapting traditional folktales into short animation can serve as an effective cultural preservation strategy while offering space for creative expression and relevant reinterpretation for modern viewers.