Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1542 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Perum Perhutani
Jakarta : Perum Perhutani, 1989,
R 910. .202 Per o
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perum Perhutani, 1989
R 910 IND o
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Gilhooly, Helen
Chicago : McGraw-Hill, 2004
495.06 GIL w (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Wibowo
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015
892.73 AGU t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adams, Mark, 1967-
New York: Dutton, 2016
918.537 ADA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nengah Bawa Atmadja
"Hutan Kera Sangeh adalah kawasan hutan asli yang diperkirakan telah ada sekitar abad ke XVII, dan terus bisa bertahan kelestariannya sampai sekaranq. Bahkan sejalan dengan adanya kenyataan bahwa Bali sebaaai salah satu daerah tujuan wisata, maka hutan tersebut berkembang pula menjadi Objek wisata yang terkenal di Bali. Meskipun demikian, kelestarian hutan tersebut tetap terjaga. Penael c l aan obyek wisata tersebut sepenuhnya ditangan oleh Desa adat Sangeh. Kelestarian Hutan Kera Sangeh disebabkan oleh berbagai faktor, yakni kepercayaan masyarakat setempat bahwa hutan itu adalah milik dewa, sehingga Desa adat Sangeh berusaha melindunginya agar dewa tidak memarahi mereka, dengan Cara membuat aturan-aturan tertentu yang mengatur hubungan antar manusia dengan hutan. Kemudian yang tidak kalah pentingnya, perlindungan tersebut di sebabkan pula oleh kepercayaan mereka bahwa mata air yang terdapat di Yeh Mumbul, yang sangat berguna untuk pengairan pada Subak Sangeh di anggap bersumber di Hutan Sangeh. Karena itu perlindungan terhadap hutan tersebut berarti pula perlindungan terhadap air yang mereka butuhkan. Peranan Pemerintah Hindia Belanda, yang kemudian diteruskan oleh pemerintah Indonesia, tidak bisa pula di abaikan dalam memperkuat posisi Hutan Kara Sangeh, yaitu melalui penetapan hutan itu sebagai hutan yang dilindungi, dengan status cagar alam, sejak tahun 1919. Selanjutnya, pemanfaatan hutan itu sebagai obyek wisata justru memperkuat usaha masyarakat setempat untuk menjaga kelestariannya, sebab mereka melihat kelestarian Hutan Kara Sangeh berarti pula mereka menjaga kelestarian sumber finansial yang sengat berguna bagi Desa Adat Sangeh maupun warganya.
Perkembangan Hutan kera Sangeh sebagai obyek wisata, dieebabkan oleh daya tarik yang dimilikinya, yaitu bersumber dari lingkungan alam dan pura-pura yang ada di dalamnya, terutama Pura Bukit Sari. Hal ini diperkuat pula oleh keterbukaan masyarakat setempat terhadap kunjungan wisatawan dan penyediaan fasilitas pariwisata yang dibutuhkan, baik yang di prakarsai oleh Desa adat Sangeh beserta warganya, maupun yang disediakan oleh pemerintah daerah. Obyek wisata tersebut sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara sejak tahun 1900-an. Kunjungan wisatawan ke obyek tersebut terus meningkat, dan sejalan dengan itu maka desa adat pun manatanya secara bertahap sehingga akhirnya mencapai tahap kemapanan.
Pengelolaan obyek wisata itu sepenuhnya ditangani oleh Desa adat Sangeh. Agar desa adat bisa berperan seperti apa yang diharapkan, yakni menangani bidang adat dan agama, serta sekaligus sebagai pengelola Qbyek wisata, maka desa adat Sangeh melakukan pembaharuan kelembagaan, yakni menambah organ-organ baru dalam struktur pemerintahan Desa Adat, yang meliputi LKMD Adat, Seksi Pengelola Obyek wisata, Seksi pembangunan Pura Bukit Sari, PT Bank Desa Sangeh, dan LPD (Lembaga Perkreditan Desa). Selain itu, desa adat juga membentuk organisasi bisnis sejenis, yakni Perkumpulan Pedagang dan Perkumpulan Tukang Foto Langsung Jadi, lengkap dengan awig-awignya. Selanjutnya, sebagai pengelola obyek wisata, desa adat memainkan beberapa peranan, yakni : (1) menyediakan lokasi fasilitas pariwisata; (2) mendistribusikan lokasi kios dan kesempatan kerja yang ada; (3) mengatur dan mengawasi kegiatan usaha pariwisata; (4) menerima dan menjaga keamanan tamu; (5) mengelola masukan financial; dan (6) menjaga kelestarian dan kebersihan obyek?"
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nur
"ABSTRAK
Taman Rekreasi Wiladatika (TRW) memiliki manfaat terukur (tangible)
dan manfaat tidak terukur (intangible). Manfaat tangible adalah nilai uang yang
dihasilkan oleh TRW sebagai salah satu sumber pendapatan pengelola TRW.
Sedangkan manfaat intangible adalah manfaat immaterial atau tidak dapat diraba
namun dapat dirasakan seperti pemandangan taman, udara yang bersih dan
kondisi lingkungan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi
nilai ekonomi TRW dan mengevaluasi tawaran dari konsorsium perusahaan
swasta nasional. Jumlah responden yang diobservasi berjumlah 200 orang.
Dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) diperoleh nilai
willingness to pay (WTP) terhadap obyek wisata TRW sebesar Rp. 28.302,- per
individu per kunjungan. Nilai ekonomi TRW adalah Rp. 7.428.850.470,- yang
diperoleh dari hasil perkalian nilai WTP dengan jumlah wisatawan dalam satu
tahun. Nilai WTP individu tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
menentukan harga tiket masuk. Namun keuntungannya harus dapat digunakan
untuk menjaga dan melestarikan keberadaan ekosistem TRW. Dari perhitungan
pendapatan dan pengeluaran yang diterima oleh pengelola TRW, seharusnya
pengelola Taman Rekreasi Wiladatika mendapatkan pendapatan sewa lebih dari
Rp 6.274.670.000,- per tahun.

ABSTRACT
Wiladatika Recreation Park has measurable benefits (tangible) and
intangible benefits (intangible). Tangible benefit is worth the money generated by
Wiladatika Recreation Park as one of revenue source for the Wiladatika
Recreation Park management. While the intangible benefits are advantages in the
form of immaterial or can not be felt but could be perceived as unique, beautiful
park scenery, clean air and good environmental condition. The aims of this study
are to estimate the economic value and evaluate rents utilization of Wiladatika
Recreation Park. Using the travel cost method we obtained that the willingness to
pay (WTP) for tourist attractions in Wiladatika Recreation Park is IDR 28,302 -
per individual per visit. The economic value of Wiladatika Recreation Park is IDR
7.428.850.470. This value is resulted by multiplying WTP and the number of
tourists in a year. WTP value can be considered to raise the price of admission,
However profit obtained should be used to maintain and preserve the Wiladatika
Recreation Park ecosystems. Based on the calculation of income, the value of
investments, assets under management and estimated operating costs of the
company, the Wiladatika Recreation Park management possibly could obtain
income more than IDR 6.274.670.000 per year."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T38648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sendang (spring) Sriningsih is a spiritual tour object that has a beatiful scenery because it is located between two maountains areas, mentorogo and Ijo. The other attraction from this sendang is that in the night before thrusday kliwon (Javanese calender system) and friday kliwon, many pilgrims come from various places to lead a religious there...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>