Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shelley, Mary Wollstonecraft, 1797-1851
London : Everyman's Library, 1992
823.7 SHE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shelley, Mary Wollstonecraft, 1797-1851
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018
823.7 SHE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rohmah Fauziah
"Karena nilai budayanya, metafora disetujui sebagai salah satu masalah penerjemahan, terutama dalam penerjemahan sastra. Dengan demikian, makalah ini menggabungkan teori prosedur penerjemahan yang dikemukakan oleh Peter Newmark (1988) dan Gideon Toury's (1995) serta teori foreingnisasi dan domestikasi yang dikemukakan oleh Venuti (1995). Makalah ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana prosedur penerjemahan metafora, serta strategi penerjemahan foreignisasi dan domestikasi, diterapkan dalam dua terjemahan bahasa Indonesia dari novel berjudul Frankenstein yang ditulis oleh Mary Shelley. Penelitian ini menggunakan dua hasil terjemahan yang berbeda untuk mengumpulkan data. Terjemahan pertama (TT1) diterbitkan oleh Gramedia Publisher, dan terjemahan kedua (TT2) diterbitkan oleh Qanita Publisher. Penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh prosedur yang digunakan, hanya satu yang tidak diterapkan. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kedua terjemahan tersebut menggunakan strategi foreignisasi dan domestikasi. Namun, TT1 condong ke arah foreignisasi dan TT2 cenderung lebih menggunakan strategi domestikasi.

Because of its cultural value, metaphor is agreed as one of the translation problems, especially in literary translation. Thus, this paper combines theories of translation procedures proposed by Peter Newmark (1988) and Gideon Toury’s (1995) and foreignization and domestication theories proposed by Venuti (1995). This paper aims to analyze how the procedure of metaphor translation, as well as the translation strategies of foreignization and domestication, are applied in two Indonesian translations of a novel titled Frankenstein by Mary Shelley. This research uses two different translations of the novel to collect the data. The first translation (TT1) is published by Gramedia Publisher, and the second translation (TT2) is published by Qanita Publisher. The research shows that out of the seven procedures that are utilized, only one that is not applied. Also, this research reveals that the two translations use both of foreignization and domestication strategy. However, TT1 leans towards foreignization and TT2 tends to involve domestication moreBecause of its cultural value, metaphor is agreed as one of the translation problems, especially in literary translation. Thus, this paper combines theories of translation procedures proposed by Peter Newmark (1988) and Gideon Toury’s (1995) and foreignization and domestication theories proposed by Venuti (1995). This paper aims to analyze how the procedure of metaphor translation, as well as the translation strategies of foreignization and domestication, are applied in two Indonesian translations of a novel titled Frankenstein by Mary Shelley. This research uses two different translations of the novel to collect the data. The first translation (TT1) is published by Gramedia Publisher, and the second translation (TT2) is published by Qanita Publisher. The research shows that out of the seven procedures that are utilized, only one that is not applied. Also, this research reveals that the two translations use both of foreignization and domestication strategy. However, TT1 leans towards foreignization and TT2 tends to involve domestication more."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Donohue, Keith
"
ABSTRACT
Ever since he nearly drowned in the ocean three years earlier, 10-year-old Jack Peter Keenan has been deathly afraid to venture outdoors. Refusing to leave his home in a small coastal town in Maine, Jack Peter spends his time drawing monsters. When those drawings take on a life of their own, no one is safe from the terror they inspire. His mother, Holly, begins to hear strange sounds in the night coming from the ocean, and she seeks answers from the local Catholic priest and his Japanese housekeeper who fill her head with stories of shipwrecks and ghosts. His father, Tim, wanders the beach, frantically searching for a strange apparition running wild in the dunes. And the boy's only friend, Nick, becomes helplessly entangled in the eerie power of the drawings. While those around Jack Peter are haunted by what they think they see, only he knows the truth behind the frightful occurrences as the outside world encroaches upon them all. In the tradition of The Turn of the Screw, Keith Donohue's The Boy Who Drew Monsters is a mesmerizing tale of psychological terror and imagination run wild, a perfectly creepy read for a dark night."
New York: Picador, 2014
813.6 DON b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Paramaditha
"Mary dan Percy Shelley hidup pada masa yang sama, yaitu pada zaman Romantik yang identik dengan kebebasan dan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan. Karena itulah mitos Promotheus --- yang menjadi inspirasi bagi suami istri Shelley --- dianggap sesuai dengan semangat zaman ini. Pada saat yang sama Prometheus juga dikenal dengan aspek kreativitasnya. Aspek ini menurut zaman Romantik menjadikan Prometheus sebagai simbol kekuatan imajinasi manusia. Di sinilah letak pengalaman sublim. Pada dasarnya pengalaman sublim adalah keadaan di mana seseorang, dengan berkontemplasi dan menggunakan imajinasinya, mampu menjangkau a living spirit di balik alam. Pengalaman ini membuat si subyek mampu merasakan inward greatness of the soul (kebesaran jiwa) dan mengantarkannya kepada tahap diri yang lebih tinggi. Inilah yang dicari oleh Frankenstein dan Prometheus. Yang ditelaah di sini adalah bagaimana pencarian pengalaman sublim mereka terkait dengan ideotogi gender.
Sublim diasosiasikan dengan alam yang serba besar, megah, dan kuat atau dengan kata lain, alam yang bersifat maskulin. Sedangkan lawannya adalah beauty (keindahan) yang terdapat pada segala sesuatu yang kecil, halus, cantik, dan feminin. Pengkontrasan maskulin-feminin di sini digunakan untuk membedakan sublim dengan yang non-sublim. Sebaliknya, konsep sublim pun ikut mengkonstruksi hubungan antargender dengan menjadi legitimasi penyingkiran perempuan dari wilayah sublim. Namun ternyata penggambaran pengalaman sublim dalam kedua karya ini tidak mencerminkan pola yang seragam. Dalam Frankenstein memang tercermin penyingkiran itu, yaitu dengan kebisuan dan bahkan kematian tokoh-tokoh perempuan saat Frankenstein mencari mimpi maskulinnya. Sebaliknya, dalam Prometheus Unbound Shelley justru menggoyahkan kestabilan maskulinitas sublim dengan menjadikan Asia sebagai pahlawan dengan kekuatan cintanya yang sebenarnya lebih identik dengan keindahan dari pada sublim.
Maka saya mencoba mencari jawaban seperti apa sebenarnya ideologi gender kedua pengarang sehingga pengalaman sublim dalam kedua karya ini menjadi sangat berbeda. Saya menemukan bahwa Mary Shelley masih berpegang pada pandangan konvensional dengan membuat batasan tajam antara maskulin-feminin, namun terlihat bagaimana ia mencoba mengkritiknya dengan mengakhiri cerita dalam bentuk tragedi sebagai efek destruktif ambisi egois Frankenstein. Sebaliknya, memang terkesan bahwa pandangan Shelley lebih maju dari Mary. Tetapi ternyata di akhir cerita Asia berangsur menghilang dalam diri Prometheus yang saat itu justru dipuja-puja. Saya menyimpulkan adanya ambiguitas dalam ideologi gender Shelley. Di satu sisi ia ingin selangkah lebih maju dari Mary dengan mengaburkan hierarki maskulin-feminin, namun di sisi fain ia justru mengokohkan oposisi biner tersebut. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S14095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelley, Mary Wollstonecraft, 1797-1851
"
ABSTRACT
Eager science student Victor Frankenstein uses body parts of the dead to bring a creature to life. Although initially excited that his experiment is a success, Frankenstein becomes horrified at the grotesque being that stands before him and flees. Angered by the rejection, The Monster retaliates by taking the lives of those dearest to Frankenstein. The decision to play God torments both Frankenstein and The Monster he created until the end of their days. "
Bandung: Qanita, 2015
823.7 SHE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shelley, Mary Wollstonecraft, 1797-1851
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994
823.7 SHE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shan, Darren
"Mr. Crepsley leads Darren Shan on a dangerous trek to Vampire Mountain, the very heart of the vampire world, to be presented to the Council, but an encounter with the Vampanese along the way means trouble"
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002
813 SHA vt IV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shan, Darren
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007
823.914 SHA kt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Blatty, William Peter
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013
808.3 BLA e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>