Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Mahdiati
"Konsep pengelolaan Iingkungan rumah sakit di Indonesia telah dikenal sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Aplikasi konsep tersebut pada banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan seperti pencegahan infeksi nosokomial, penyehatan ruang dan bangunan, pengendalian vektor, dan pengolahan limbah rumah sakit dengan mendirikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah limbah cair yang diproduksi rumah sakit.
Salah satu kendala yang dihadapi pihak rumah sakit dalam upaya pembangunan instalasi pembangunan pengolahan limbah adalah berkaitan dengan keterbatasan teknologi pengolah limbah dan biaya. Akibatnya sering dijumpai penanganan limbah yang tidak efektif dan efisien serta pemilihan dan penerapan teknologi yang kurang tepat sehingga limbah cair yang telah diolah masih memiliki kualitas yang tidak sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Masalah pemilihan dan penerapan teknologi pengolah limbah yang kurang tepat akan mengakibatkan kerusakan Iingkungan terutama badan air penerima atau sungai.

In Indonesia, concept of hospital management had been known as a part of internal activities ln hospital. Its application concept in hospital doing through environmental sanitation practices such as protection of nosokomial lnfecdon, room and building sanitation, vector protection and wastewater treatment.
One of constraint in hospital for construction wastewater treatment plant was related with limitation of wastewater treatment technology and oost. Because of them almost meet ineffective and inefficient wastewater treatment cause of election and application aren?t right, so tl1at outlet did not meet the required standard quality. The problem of election and application wastewater technology are not right, will adverse effects towards the environment.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noni Chrissuda Anggraini
"Hasil pemeriksaan limbah cair yang dilakukan pada bulan Agustus tahun 2016, titik inlet dan outlet menunjukan kesenjangan hasil dimana hasil pemeriksaan di titik outlet lebih besar dari pada titik inlet untuk parameter TDS, TSS, pH, COD dan MBAS. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisi efektifitas pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Harapan Depok memenuhi baku mutu limbah cair tahun 2017. Dengan penelitian ini bersifat studi kasus.
Sumber penghasil Limbah cair Rumah Sakit Harapan Depok terbesar berasal dari seluruh aktifitas kegiatan di rumah sakit, jenis dan sumber terbesar air limbah yang dihasilkan di Rumah Sakit adalah limbah domestik, sisanya limbah yang terkontaminasi oleh infection agents kultur mikroorganisme, darah, buangan pasien pengidap penyakit infeksi, dan lain-lain. Debit output limbah cair rata-rata yang dihasilkan 3 m3/hari. Jaringan perpiaan yang digunakan sebagian terbuat dari pipa PVC sebagian terbuat dari beton yang masih terbuka. Proses pengolahan limbah cair di Rumah Sakit Harapan Depok melalui 3 proses pengolahan yaitu pengolahan pendahuluan pre treatment, pengolahan pertama primary treatment, pengolahan kedua secondary treatment, pengolahan ketiga tertiary treatment.
Berdasarkan perhitungan waktu tinggal diperoleh hasil yang belum efektif yaitu pada bak equalisasi didapatakan hasil 35,87 jam dengan kedalam bak ekualisasi 1,5 m. Pada bak sedimentasi belum efektif dalam menurunan kadar pencemar yaitu BOD 0,49 dan TSS 0,95 dengan waktu tinggal 41,6 jam. Kualitas inffluent dan effluent limbah cair dari hasil pemeriksaan sudah efektif dalam menurunkan beban pencemaran limbah cair sesuai dengan baku mutu yang dipersyarat KepMen LH RI No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

The results of the wastewater tests conducted in August 2016, the inlet and outlet sampling points indicate the results gap in which the checkout results at the outlet point is greater than the inlet point for TDS, TSS, pH, COD and MBAS parameters.This research aims to analyze effectivity of wastewater treatment plan at Harapan Depok Hospital fulfill wastewater quality standard in 2017. With this research is case study.
The largest source of wastewater from Harapan Depok Hospital comes from all activities in the hospital, the type and largest source of wastewater produced in the hospital is domestic waste, the rest of the waste contaminated by the infection agents culture of microorganisms, blood, diseases of patients with infectious diseases, and others. The average liquid waste discharge output produced 3 m3 day. The partial used network made of PVC pipe is partly made of open concrete. Wastewater treatment process at Harapan Hospital Depok through 3 processing process that is pre treatment, primary treatment, secondary treatment, tertiary treatment.
Based on the calculation of residence time obtained results that have not been effective in equalization obtained results 35.87 hours with 1.5 m in equalization basin. In the sedimentation has not been effective in decreasing levels of pollutants ie BOD 0.49 and TSS 0.95 with a residence time of 41.6 hours. The quality of inffluent and effluent of wastewater from the result of inspection has been effective in decreasing the burden of pollution of wastewater in accordance with the quality standard which is signed by Minister of Environment Decree of the Republic of Indonesia number 5 2014 on Quality Standard of Waste Water for Business and or Activity of Health Service Facility.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Savitri
"Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan crosssectional yang dilakukan pada periode rawat 4-15 Maret 2013 pada 114 pasien sebagai responden. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat inap RSU Bhakti Yudha Depok.
Hasil penelitian menggambarkan 66,7% responden menilai komunikasi perawat efektif, analisis lebih lanjut dengan regresi logistik menujukkan tidak ada hubungan signifikan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, tipe kepribadian dengan persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat. Hanya variabel motivasi yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat.
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada rumah sakit agar diadakan rencana pelatihan komunikasi terapeutik secara berkelanjutan bagi perawat. Selain itu, mengupayakan adanya penerapan komunikasi terapeutik perawat dengan optimal serta adanya pengawasan dari supervisor maupun kepala ruangan, dan pembinaan dari komite keperawatan bagi perawat.

The study was a quantitative cross sectional study conducted during the periodMarch 4th to March 15th 2013 and covering 114 client. The aim of the study was to determine the factors associated with patient's perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing inpatient unit.
The result was found 66,7% respondents think nurses have effectiveness communication and with the logistic regression analysis showed there was no association between age, sex, education, personality traits with patient’s perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing. It also found that there was association between motivation with patient's perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing.
This study recommends to hospital for make therapeutic communication periodic training. Besides that, seek the implementation of therapeutic communication nursing and monitoring from supervisor and the head of the room, also coaching from nursing committee for nurses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Sortaman
"Perkembangan pesat persaingan rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan memacu setiap institusi kesehatan mencari strategi yang terbaik. Peraturan perundang undangan juga memungkinan Rumah Sakit untuk dikelola secara bisnis tanpa melupakan fungsi sosial tentunya. Kebutuhan akan kesehatan yang merupakan kebutuhan primer menjadi area bidikan para pebisnis.
Rumah Sakit Bhakti Yudha yang sudah beroperasi selama 25 tahun juga mengalami hal sama, Pada 5 tahun terakhir dampak persaingan semakin terasa di Iihat dari kunjungan pasien dan sepak terjang Rumah sakit pesaing yang baru bermunculan.
Sebagai solusi untuk mengantisipasi persaingan sekaligus untuk mencapai visi dan misi RSBY, adalah menciptakan poliklinik jejaring sebagai satelit diwilayah Kota Depok. Namun pembuatan poliklinik jejaring ini sangat, membutuhkan investasi yang besar baik dari segi keuangan maupun dari segi SDM, sehingga muncul ide untuk membuat poliklinik jejaring tersebut secara waralaba yang artinya menjual merek dan sistim operasional poliklinik kepada masyarakat peminat bisnis kesehatan. RSBY mengadakan pelatihan dan pembuatan SOP kerja, sementara pembeli poliklinik (terwaralaba) tersebut membeli merek dan sistim dimaksud.
Penelitian ini mencoba mencari bentuk konsep waralaba terpilih yang lebih memungkinkan untuk diaplikasikan oleh RS Bhakti Yudha. Dengan analisis deskriptif secara kualitatif penelitian ini mencari konsep melaiui wawancara mendalam dari pihak : Pemilik RS Bhakti Yudha, Pengelola RS Bhakti Yudha, serta Calon Pembeli balk Mari Dokter, maupun dari kelompok non dokter.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa RS Bhakti Yudha sangat tepat untuk meluncurkan produk poliklinik jejaringnya secara waraiaba. Produk yang bisa dipasarkan adalah Layanan Dokter Umum, Layanan Dokter Gigi serta Iayanan Bidan. Untuk mewujudkan ide tersebut RS Bhakti Yudha harus melakukan :
1. Mematenkan merek RSBY sebagai usaha waralaba.
2. Membuat Training Center SDM
3. Membuat Buku Manual Oprarting, Standarisasi Pelayanan, Promosi, Pembiayaan serta Bentuk perjanjian yang baku.
Dengan mewujudkan waralaba poliklinik jejaring ini diharapkan RS Bhakti Yudha dapat berhasil memenangkan persaingan hingga mencapai visi dan misinya.

Big competition development on hospital as health services push every health institution to find out the best strategic. The Government regulation give a possibility to hospital organized as business oriented without forgetting social function. The need to health services as a primer need is becoming businessmen target. Bhati Yudha Hospital has been operational for 25 year and has have the same experience, for the last 5 year, the competition impact can be seen from patient visit and new hospital building appeared as well.
As solution to anticipate the competitor and to achieve mission and vision of Bhakti Yudha Hospital, is to build the polyclinic networking as satellite in Depok city. However, to build the polyclinic network as satellite needs big recourses and investments, nor finance aspect either human resources. New idea created to develop polyclinic net work as franchise, means to sell the polyclinic brand and operational system to community who are willing to business in health. Bhakti Yudha hospital conduct training and make job operational standard, meanwhile the franchisor buy those brand and system.
This research tries to find the possibility of franchise concept promptly to Bhakti Yudha Hospital to be implemented. Based on descriptive analyses qualitatively, this research finds out the concept through deep interview from: Bhakti Yudha hospital owner, operational people in hospital, and buyer candidates like : general medical doctor, specialist doctor or non doctor.
The research result is that, Bhakti Yudha hospital could be appropriately implements the franchise polyclinic network product. Products that can be sold are general health services, dental health services and midwives health services. To gain the above ideas, Bhakti Yudha hospital should do:
1. Register Bhakti Yudha hospital brand legally as franchise company
2. Build the Human Resource Training Center
3. Compile the Operational Standard Manual, Health Services Standard, Promotion, and Budgeting and fix Memorandum of Understanding shape.
By achieving franchise polyclinic network, Bhakti Yudha hospital could win the competition and gain its mission and vision."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi Yapari
"Tidak tersedianya jumlah dan jenis tenaga yang cukup pada rumah sakit, tidak mungkin menyelenggarakan layanan kesehatan bermutu yang dapat mengantisipasi "demand" masyarakat yang selalu meningkat dari tahun ketahun.
Melihat besarnya alokasi biaya sektor ketenagaan di rumah sakit maka perlu direncanakan dengan teliti jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan, sehingga dapat memberikan layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mengumpulkan data melalui observasi langsung di rumah sakit, studi dokumentasi, kuesioner dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa jumlah dan jenis tenaga yang ada di rumah sakit Bhakti Yudha Depok, ternyata masih kurang bila dibandingkan dengan standar kebutuhan tenaga rumah sakit Tipe C (menurut DEPKES (PERMENKES 262/MENKES/VII/1979 dan Standar Kebutuhan Tenaga Minimal RSU Tipe C).
Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa perencanaan ketenagaan yang ada di rumah sakit menggunakan metode penghitungan kebutuhan tenaga berdasarkan petimbangan/perkiraan saja, dan hanya bersifat tahunan dikaitkan dengan perencanaan program kegiatan tahunan, yang berdasarkan hasil kegiatan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena belum adanya master plan rumah sakit. Selain itu peranan struktur organisasi rumah sakit dalam proses perencanaan ketenagaan belum optimal karena masih ada formasi yang dirangkap.
Untuk itu diterapkan penghitungan kebutuhan tenaga di RSU Bhakti Yudha Depok untuk meramal kebutuhan tenaga di rumah sakit itu. Untuk menilai penghitungan kebutuhan tenaga yang tepat di RSU Bhakti Yudha Depok, dibentuk Peer Group dari rumah sakit tersebut, penilaian dilakukan dengan melihat kontribusi, biaya dan kelayakan.
Kelompok berpendapat untuk menghitung kebutuhan tenaga RSU Bhakti Yudha Depok yang benar-benar rasionil, masih diperlukan pembahasan yang lebih mendalam, namun demikian sebagai pedoman Indicator of Staff Need dapat digunakan di RSU Bhakti Yudha Depok dan untuk data-data kegiatan rumah sakit perlu dilengkapi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Widowati
"ABSTRAK
Instalasi Gizi merupakan subsistem unit pelayanan penunjang medik, yang tidak kalah pentingnya, sebagai selayaknya pelayanan medik. Pelayanan yang diberikan oleh instalasi gizi adalah nutrisi untuk pasien yang dirawat inap, disamping pegawai rumah sakit seperti dokter jaga, tamu rumah sakit dan sebagainya. Pelayanan gizi ini amat penting dalam membantu pemulihan kesehatan pasien dan mempercepat kesembuhan serta memperpendek hari rawat (length of stay) yang merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan / citra dari pelayanan suatu rumah sakit. Dalam pelayanan gizi rumah sakit ini diperlukan biaya, yang dikeluarkan oleh rumah sakit, dan biaya ini dikelola penggunaannya oleh Departemen Gizi.
Maka sebaiknya penggunaan biaya ini dipertanggung jawabkan, dan pelaksanaannya sesuai dengan hal-hal yang telah direncanakan semula oleh rumah sakit.
Pada tahun 1995 di Rumah Sakit Bhakti Yudha telah terjadi kesenjangan dalam pemakaian dana atau anggaran yang pada pelaksanaannya melebihi dari rencana semula, sedangkan jumlah hari rawat yang telah ditetapkan oleh rumah sakit pun tidak tercapai. Bertolak dan permasalahan tersebut maka penelitian ini memperkirakan berapa besar selisih biaya tersebut. Hari rawat yang tidak tercapai itu berapa persen-kah besarnya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif laralitatif, dengan: mengolah data primer dan data sekunder yang didapat dari Departemen Keuangan, informatika, ruang perawatan dan tim pengadaan bahan makanan rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Pada tahun 1995 di Departemen Gizi memang terjadi selisih biaya, yang besarnya menurut Departemen Keuangan adalah sebesar Rp. 12.321.262,- ; atau sebesar 7 %.
2. Jumlah hari rawat yang tidak tercapai adalah 868 hari rawat atau sebesar 3 %.
Pada saat perencanaan anggarcm, harus diperhitungkan dengan teliti jumlah kebutuhan bahan makanan pasien berdasarkan jumlah standar nilai gizi; berupa : kalori, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin yang jumlahnya sudah baku. Jumlah bahan makanan ini sangat erat kaitannya dengan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk anggaran belanja makan pasien selama satu tahun. Untuk hal itu harus dibuat rencana kebutuhan bahan makanan, yang juga mengacu kelas rawat.
Cara perhitungan rencana biaya, dipengaruhi beberapa faktor yang tidak dapat diperkirakan; seperti banyaknya pasien dan tingginya harga pada hari-hari raya, Tahun Baru, Natal dan selama bulan Ramadhan, maka seyogyanya dipakai sistem standar deviasi.
Maka dengan pemakaian sistem tersebut pada akhir tabun anggaran tidak terjadi kekeliruan dalam penilaian atau evaluasi.
Menu yang telah ditetapkan harus dilaksanakan dengan konsekwen, dengan demikian tidak akan terjadi pelanggaran harga makanan perhari rawat yang telah ditetapkan. Guna menjaga citra rumah sakit, perlu kiranya setiap empat sampai enam bulan diadakan modifikasi menu.
Efisiensi pada Departemen Gizi dengan Cara pengelolaan yang baik dan efektif serta mempertahankan mutu harus menjadi dasar falsafah.
Daftar kepustakaan : 33, (1979 - 1996).

ABSTRACT
The Nutritional Service is a subsystem of the unit for medical services support which is not less important, appropriate to medical services.
The services offered by the nutritional services is nutrition for patients staying at the hospital beside the employee of the hospital such as the ward physician, the hospital guests and others.
This nutrition services is very important to help the patient's recovery, to make the recovery of health of the patient faster and to make the length of stay shorter, which is one of the criteria of success I trademark of the hospital's services.
The nutrition services require expenses, supplied by the hospital, the usage of this expenses is managed by the Department of Nutrition.
Therefore it is better that the usage of this expenses be accountable, and the usage conform to the cases formerly programmed by the hospital.
In the year of I995 at the hospital of Shakti Yudha has occurred a discrepancy in the execution of expenses or budget in which the usage differs in excess from the former program, while the length of stay plan by the hospital was not reached.
Commencing from the said discrepancy this study predicts the amount of the difference of the budget. The amount in percentage of the unreached length of stay.
The methods of study used is descriptive qualitative, in which the primary data and the secondary data obtained from the Department of Nutrition, the Department of Finance and Administration, informatics, cure rooms and the team of hospital raw material procurement for food are processed.
The result of the study discloses that :
1. In the year of 1995 at the Department of Nutrition a difference in budget has occured, at the amount of Rp. 12.321.262; , or 7 % ; conform to the Department of Finance and Administration.
2. The total amount of unreached length of slay was 868 days or 3 %.
During the planning of budget, proper calculation of the amount of food material proposed based on the amount of carbohydrate, fat, protein, minerals and vitamins; conform to the standard of nutrition. The amount of food is closely related to the amount of budget for the purchase of food for the patients for one year. For that reason the plan of food requirement has to be performed, and must comply to rooms category.
Misleading standard method of cost expenses plan due to some unpredictable factors, such as the number of patient and the higher price during holidays, New Year, Christmas and during the month of Ramadhan, it is appropriate to use the standard deviation system.
Hence by using the method, the discrepancy of calculation evaluation in costing at the end of the year can be eliminated
The Menu plan must be performed consequently, so that discrepancy from the plan of the cost per meal per day is checked. The well establishment of the hospital must be maintained by adopting menu modifications every four, or six months.
Efficiency in the Department of Nutrition by means of well and effectively management, and keeping quality is the idea to be the fundamental principle.
List of references : 33, (1979 - 1996).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti
"ABSTRAK
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pelayanan rumah sakit. Sedangkan pelayanan Unit Rawat Jalan merupakan pelayanan terdepan dan menampilkan citra rumah sakit, dimana kunjungannya dapat mempengaruhi pemakaian pelayanan rawat inap dan pelayanan penunjang. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang analisis kepuasan pasien di Unit Rawat Jalan RSBY menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional terhadap 110 sampel. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa 23 sampel (20,9%) menyatakan puas dan 87 sampel (79,1%) menyatakan tidak puas terhadap seluruh proses pelayanan di Unit Rawat Jalan RSBY.

ABSTRACT
Patient satisfaction is one of many indicators of hospital success key service measurement. Meanwhile outpatient unit service act out as the front liner in conveying the hospital image, whereas every visitation will effect the number of inpatient unit stay and support service utilization. This research analyzed patient satisfaction level in outpatient unit at RSBY using cross sectional quantitative method from110 samples. Research found that out of the total sample, 23 samples (20,9%) are satisfied while 87 other (79,1%) are not satisfied with the whole service thet outpatient unit in RSBY offer.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T40855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krishna Susanti
"Tesis ini membahas analisis pelaksanaan bauran pemasaran jasa pada RS Bhakti Yudha. Pcnelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan survey dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode triangulasi, dengan menggabungkan antara hasil analisis data primer dan sekunder, yaitu kuesioncr dari pasien scbagai responden serta hasil wawancara dengan pihak manajemen rumah sakit pada setiap aspek bauran pemasaran. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlunya disusun rencana kegiatan pemasaran yang ter-integrasi, strategi promosi yang efektif dan disusun organisasi pemasaran yang bettanggung jawab atas semua aktititns pemasaran termasuk memelihara dan rnengembangkan hubungan baik dengan mitra bisnis.

The focus of this thesis is to conduct an analysis regarding the implementation of the sewice marketing mix at Bhakti Yudha hospital. This research uses a descriptive-quantitative and qualitative method by using survey and interview approach. Data analysis method applied in this research is the triangulation method, by combining the results of the findings fiom the primary and secondary data, i.e. from the questionnaire targeted at the patients as well as from the interviews with hospital management on each aspect of the marketing mix. The results suggest the need for organizing an integrated marketing activity plan, constructing an effective promotional strategy as well as developing a structure of marketing organization that will be responsible for overall marketing activities including maintaining and developing good relationships with business partners."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32091
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Silviana
"Kompetensi tenaga kesehatan adalah faktor yang sangat berpengaruh pada pencapaian kinerja rumah sakit. Pengukuran kompetensi tenaga kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kompetensi tenaga kesehatan di Rumah Sakit Bhakti Yudha dengan menggunakan standar kompetensi organisasi tenaga kesehatan nasional Indonesia kepada delapan unit tenaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok belum memenuhi ekspektasi manajemen. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa lama kerja dan banyaknya jumlah pelatihan yang diterima merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi tenaga kesehatan.

Competency of healthcare provider has significant impact on performance of the hospital. Measuring competency of healthcare provider are essential to improve better quality of service provisioned. The study evaluates competency of healthcare provider at Bhakti Yudha Hospital by using the competency standards established by multiple organizations of Indonesian national healthcare provider association mapped against eight units of health provider. The result stated that competency level of healthcare providers at Bhakti Yudha Hospital have had not met the expectations. It is concluded that working experiences and number of relevant training received has significant impact on competency level of healthcare provider."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Arminsih Wulandari
"ABSTRAK
Pelayanan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan pada umumnya, yang memerlukan penanganan dan perhatian yang seksama. Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, rumah sakit juga merupakan tempat yang memungkinkan untuk terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit, yang disebut dengan infeksi nosokomial. Ruangan yang potensial untuk terjadi penularan antara lain kamar operasi, ruang perawatan, ruang UGD, ruang umum. Upaya pengelolaan sanitasi rumah sakit merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, mengingat rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Salah satu upaya sanitasi lingkungan rumah sakit dalam mengontrol pertumbuhan mikroorganisme adalah kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Dalam mencapai visinya sampai dengan saat ini RSU Bhakti Yudha Depok belum melakukan kegiatan pemeriksaan mikrobiologi udara ruangan (pengukuran angka kuman) dimana kegiatan pengukuran ini dapat mendeteksi terjadinya infeksi nosokomial. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada kamar operasi dan ruang UGD dalam menurunkan jumlah total kuman di udara.
Dalam pertumbuhannya mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban, pencahayaan dan sebagainya yang mana semua itu diatur dalam Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Hasil penelitian menunjukkan. jumlah koloni kuman di kamar operasi I pada minggu ke I. sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi ada 2 koloni, sedangkan sesudah kegiatan ada 1 koloni sehingga efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi adalah 50%. Sedangkan untuk minggu ke 11 jumlah koloni kumannya 59 koloni dimana 31 koloni diantaranya adalah bakteri. Tidak dapat dilihat efektivitasnya karena tidak dilakukan kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Identifikasi bakteri menunjukkan jenisnya adalah bukan sterplococcus. Faktor lingkungan yang berpengaruh disini adalah pencahayaan, hasil pengukurannya adalah berkisar antara 16-52 lux.
Jumlah koloni kuman untuk kamar operasi II sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada minggu ke I adalah 2 koloni, untuk minggu ke 11 ada 29 koloni dimana 26 koloni diantaranya adalah bakteri. Untuk kegiatan sesudah disinfeksi dan sterilisasi untuk minggu ke I tidak ada hasilnya karena tidak dilakukan kegitan, sedangkan untuk minggu ke II hasilnya adalah 3 koloni, 2 koloni diantaranya adalah bakteri. Efektivitas kegiatan ini memberikan basil 89.66%. Parameter pencahayaan masih di bawah standar yaitu 37-186 lux
Untuk ruang UGD jumlah koloni kuman sebelum kegiatan disinfeksi adalah 60 koloni sedangkan hasil sesudah kegiatan adalah 84 koloni. Justru terjadi peningkatan pada kegiatan sesudah disinfeksi sehingga efektivitasnya memberikan hasil -44%. Untuk pencahayaan di ruang UGD juga masih di bawah standar yaitu 13-27 lux.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan disinfeksi dan sterilisasi dapat menurunkan jumlah koloni kuman udara di kamar operasi walaupun pada pada kenyataannya masih ada bakteri yang tertinggal karena faktor lingkungan yaitu pencahayaan yang masih dibawah standar yang ditetapkan oleh Permenkes."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>