Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Nasution, Azlaini Yus
"ABSTRAK Gelatin yang ada di pasaran mayoritas berasal dari babi dan sapi. Bahan baku pembuatan gelatin dari sumber lain terus diteliti karena erat kaitannya dengan kehalalan produk. Saat ini gelatin dari ikan merupakan salah satu alternatif pada pembuatan gelatin. Pangasius hypophthalmus adalah jenis ikan patin yang dikembangkan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau dan kulit ikan patin ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku pada pembuatan gelatin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gelatin hasil ekstraksi dari kulit ikan patin, memperoleh hasil karakterisasi gelatin tersebut, mengidentifikasi marker pada gelatin, dan membuat serta melakukan pengujian lapisan film dari gelatin ikan patin. Proses ekstraksi yang dilakukan adalah proses asam dan basa. Karakterisasi yang dilakukan meliputi perhitungan nilai rendemen, uji organoleptis, kadar air, pH, kadar abu, viskositas, kekuatan gel, dan analisis profil tekstur menggunakan texture analyzer. Kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl dan kadar asam amino menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT . Identifikasi marker menggunakan metode LC-QTOF-MS/MS dan pembuatan lapisan film dengan cara casting basah. Karakterisasi gelatin ikan patin dengan proses asam memberikan hasil sebagai berikut: rendemen 14,94 , kadar air 9,80 , pH 5,14 , kadar abu 0,19 , viskositas 3,12 cP , kadar protein 97,71 , dan kadar asam amino tertinggi yaitu glisin = 16,90 , prolin = 11,08 , asam glutamat = 9,10 . Hasil karakterisasi gelatin dengan proses basa: rendemen 14,30 , kadar air 7,25 , pH 5,35 , kadar abu 1,54 , viskositas 5,35 cP , kekuatan gel 141,5 g , kadar protein 91,92 , kadar asam amino paling banyak yaitu glisin = 18,15 , prolin = 12,30 , asam glutamat = 10,73 . Gelatin ikan patin melalui proses basa menunjukkan sifat yang lebih baik daripada proses asam, karena memiliki nilai kekuatan gel yang lebih besar dibandingkan proses asam. Marker gelatin ikan patin adalah fragmen dengan nilai m/z 494,5669, marker gelatin sapi yaitu fragmen dengan m/z 232,1410, dan marker gelatin babi adalah fragmen dengan m/z 244,1303. Gelatin dari kulit ikan patin dapat membentuk lapisan film.

ABSTRACT Gelatin in the majority market comes from pigs and cows. The raw material of gelatin manufacture from other sources continue to be studied because it closely related with halal product. Currently gelatin from fish is an alternative to gelatin production. Pangasius hypophthalmus is a catfish species developed in Kampar Regency of Riau Province and the skin can be used as raw material source in gelatin production. This study aims to obtain gelatin from catfish skin and characterized that gelatin, identification of marker of gelatin, casting and to evaluate film from catfish gelatin. Extraction using acid and alkaline pretreatment. Characterization includes calculation of rendement value, organoleptic test, moisture content, pH, ash content, viscosity, gel strength, and texture profile analysis using texture analyzer. Protein content with Kjeldahl method and analysis amino acid using High Performance Liquid Chromatography HPLC . Identification of marker using LC QTOF MS MS and film with wet casting. Characterization of catfish gelatin with acid process gives the following results rendement 14.94 , water content 9.80 , pH 5.14 , ash 0.19 , viscosity 3.12 cP , protein content 97.71 , and highest amino acids, glycine 16.90 , proline 11.08 , glutamic acid 9.10 . The result of gelatin characterization with alkaline process rendement 14.30 , water content 7.25 , pH 5.35 , ash content 1.54 , viscosity 5.35 cP , gel strength 141.5 g , protein content 91.92 , the highest amino acid content is glycine 18.15 , proline 12.30 , glutamic acid 10.73 . Catfish gelatin through alkaline pretreatment exhibits better properties than acid pretreatment, because it has a greater gel strength. Marker of catfish gelatin have m z 494.5669, marker of bovine gelatin have m z 232.1410, and marker of porcine gelatin have m z 244.1303. Catfish gelatin formed a film."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T52051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Penelitian kriopreservasi spermatozoa ikan patin albino bertujuan untuk menganalisis ultrastruktur, fisiologi, dan molekuler spermatozoa ikan patin albino pasca kriopreservasi. Kriopreservasi dilakukan pada suhu -80°C selama 14 hari menggunakan kombinasi krioprotektan intraseluler yaitu metanol 10% dan krioprotektan ekstraseluler yaitu susu skim. Hasil ultrastruktur spermatozoa menunjukkan bahwa pada spermatozoa segar bagian membran sel kepala, mid piece, dan bagian flagel masih dalam kondisi utuh dan baik. Ultrastruktur spermatozoa pasca ekuilibrasi nampak ada perbesaran lebar dan panjang kepala spermatozoa dibandingkan spermatozoa segar, walaupun secara struktur masih tampak utuh. Ultrastruktur spermatozoa pasca pencairan tampak terjadi kerusakan membran bagian kepala dan flagel. Hasil pengukuran morfometri spermatozoa menunjukkan adanya peningkatan lebar kepala spermatozoa yaitu 1,59 µm pada spermatozoa segar menjadi 1,97 µm pada spermatozoa pasca ekuilibrasi dan 2,40 µm pada spermatozoa pasca pencairan. Demikian pula, terdapat perubahan panjang kepala spermatozoa yaitu 3,70 µm pada spermatozoa segar menjadi 3,81 µm pada spermatozoa pasca ekuilibrasi, dan 3,90 µm pada spermatozoa pasca pencairan. Analisis viabilitas spermatozoa didapatkan penurunan viabilitas spermatozoa pasca pencairan (61±2,30%) dibandingkan spermatozoa segar (92±0,58%) dan spermatozoa pasca ekuilibrasi (80±3,51%). Analisis fisiologi spermatozoa didapatkan penurunan fungsi mitokondria pada spermatozoa pasca ekuilibrasi (57±7%) dan spermatozoa pasca pencairan (42±3,2%) dibandingkan spermatozoa segar (98±2%). Analisis motilitas spermatozoa menunjukkan penurunan motilitas spermatozoa pasca ekuilibrasi (79±4,5%) dan spermatozoa pasca pencairan (30±3,2%) dibandingkan spermatozoa segar (87±1,5%). Penetasan telur pasca 24 jam fertilisasi pada perlakukan spermatozoa pasca ekuilibrasi didapatkan hasil lebih tinggi (64±17%) dibandingkan spermatozoa segar (38±4%), sedangkan spermatozoa pasca pencairan tidak ditemukan ada penetasan telur. Analisis molekular spermatozoa pada gen CO1 dan SOD2 didapatkan jumlah lesi gen SOD2 spermatozoa pasca ekuilibrasi yaitu 15,83 lesi / 10 kb dan spermatozoa pasca pencairan yaitu 17,14 lesi / 10 kb. Lesi gen CO1 pada spermatozoa pasca ekuilibrasi yaitu 9,24 lesi / 10 kb dan spermatozoa pasca pencairan yaitu 10,26 lesi / 10 kb. Sehingga disimpulkan kriopreservasi spermatozoa berpengaruh terhadap ultrastruktur, fisiologi, dan molekuler spermatozoa ikan patin albino.

Research of cryopreservation on albino Pangasius catfish spermatozoa aims to analyze about ultrastructure, physiology, and molecular spermatozoa of albino Pangasius catfish post cryopreservation. Cryopreservation was carried out at -80°C for 14 days using a combination of intracellular cryoprotectants which is 10% methanol and extracellular cryoprotectant which is skim milk. The results of the spermatozoa ultrastructure showed that the cell membrane of the spermatozoa head, the midpiece, and the flagellum of fresh spermatozoa were still intact and good. The spermatozoa ultrastructure after post equilibration, shown enlargement of the head width and length compared to the fresh spermatozoa, although structurally were still intact. The ultrastructure of frozen-thawed spermatozoa, appeared a membrane damage at the head and flagellum. The results of spermatozoa morphometric measurements showed an increase at the head width of spermatozoa from 1.59 µm in fresh spermatozoa to 1.97 µm in post-equilibration spermatozoa and 2.40 µm in frozen-thawed spermatozoa. Similarly, there was an increase in the head length of spermatozoa, from 3.70 µm in fresh spermatozoa, to 3.81 µm in post-equilibration spermatozoa, and 3.90 µm in frozen-thawed spermatozoa. The viability analysis showed a decrease of frozen-thawed spermatozoa viability (61±2.30%) compared to fresh spermatozoa (92±0.58%) and post-equilibration spermatozoa (80±3.51%). The analysis physiology of spermatozoa showed a decrease in mitochondrial function in post equilibration spermatozoa (57±7%) and frozen-thawed spermatozoa (42±3.2%) compared to fresh spermatozoa (98±2%). The analysis of motility of spermatozoa showed a decrease in post equilibration spermatozoa (79±4.5%) and frozen-thawed spermatozoa (30±3.2%) compared to fresh spermatozoa (87±1.5%). Egg hatching after 24 hours of fertilization for the post-equilibration spermatozoa was higher (64±17%) than fresh spermatozoa (38±4%), whereas frozen-thawed spermatozoa were not hatched. The analysis of molecular on CO1 and SOD2 genes obtained the number of gene lesions in the spermatozoa SOD2 gene after equilibration were 15.83 lesions/10 kb and frozen-thawed were 17.14 lesions/10 kb. The CO1 gene lesions in post-equilibration spermatozoa were 9.24 lesions/10 kb, while the CO1 gene lesions in frozen-thawed spermatozoa were 10.26 lesions/10 kb. It can be concluded that there is an effect of cryopreservation on ultrastructure, physiology, and molecular in spermatozoa of albino Pangasius catfish."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amila Tikyayala
"Latar Belakang: Luka bakar masih menjadi masalah kesehatan yang berat khususnya di Indonesia. Pada kasus luka bakar mayor, penutupan luka sementara dengan menggunakan xenograft terbukti memberikan keuntungan. Akan tetapi tidak semua jenis xenograft tersedia akibat latar belakang kultur, biaya, dan agama disamping tampilan bersisik pada jenis xenograft ikan tilapia yang kurang estetik. Patin siam (Pangasius hypophthalmus) adalah ikan tidak bersisik yang memiliki banyak kandungan kolagen tipe I. Studi ini bertujuan untuk melakukan komparasi kulit ikan patin siam terhadap kulit ikan tilapia dan babi yang telah umum dijadikan material xenograft pada luka bakar.
Metode: Studi ini merupakan studi eksperimental menggunakan sembilan sampel berbeda dari kulit ikan patin siam, ikan tilapia, dan babi. Setiap sampel dilakukan preparasi dan dilakukan evaluasi secara histologi dengan menggunakan pewarnaan hematoxylin-eosin stained. Dilakukan dokumentasi dan analisa pada tampilan makroskopik dan mikroskopik setiap sampel.
Hasil: Tampilan makroskopik kulit ikan patin siam menggambarkan kulit yang tidak berbulu, tidak bersisik, berwarna hitam – perak, dan memiliki ketebalan yang moderat. Tampilan mikroskopik kulit ikan patin siam memiliki ketebalan epidermis (8.49±1.60 μm) yang berbeda secara signifikan terhadap ikan tilapia (2.18±0.37 μm; p<0.001) dan babi (42.22±14.85 μm; p=0.002). Ketebalan dermis kulit ikan patin siam (288.46±119.04 μm) menyerupai ikan tilapia (210.68±46.62 μm; p=0.783) namun berbeda signifikan terhadap babi (1708.44±505.12 μm; p<0.001). Integritas dan susunan kolagen ikan patin siam serupa dengan tilapia berdasarkan penilaian histologi semi-kuantitatif (p>0.05).
Kesimpulan: Ikan patin siam memiliki tampilan makroskopik dan tampilan mikroskopik yang dapat dibandingkan dengan ikan tilapia; tampilan makroskopik lebih halus, epidermis lebih tebal, dan tebal dermis yang serupa. Oleh karena itu, kulit ikan patin siam dipercaya dapat menjadi materi xenograft. Studi lanjutan diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas dan kelayakan xenograft patin siam dalam tata laksana luka bakar.

Background: Burn injury remains a health problem, specifically in Indonesia. In major burns, xenograft had been proved to be useful as temporary wound coverage. However, some xenografts are not widely available due to cultural, financial, and religious backgrounds or have unesthetic appearance, such as scaly appearance of tilapia fish xenograft. Striped catfish (Pangasius hypophthalmus) is a scaleless fish that has abundant type 1 collagen. This study aimed to compare striped catfish skin to commonly used xenograft (Nile tilapia and porcine skin) as xenograft material for burn wound.
Methods: In this experimental study, nine different skin samples of striped catfishes, Nile tilapias, and porcines were prepared and histologically examined using hematoxylin- eosin stained samples. Macroscopic and microscopic features of each samples were documented and analysed.
Results: The macroscopic skin appearances of striped catfishes were hairless and scaleless with black-silver color and moderate thickness. As for microscopic features, the epidermal thickness of striped catfish’s skin (8.49±1.60 μm) was significantly different to both Nile tilapia (2.18±0.37 μm; p<0.001) and porcine skin (42.22±14.85 μm; p=0.002). The dermal thickness of striped catfish’s skin (288.46±119.04 μm) was similar to Nile tilapia (210.68±46.62 μm; p=0.783) but differs significantly to porcine skin (1708.44±505.12 μm; p<0.001). The integrity and collagen organization of striped catfishes was also similar to tilapia based on semi-quantitative histology scoring system (p>0.05).
Conclusion: Striped catfishes had potential macroscopic appearance and comparable microscopic features to Nile tilapia; smoother macroscopic appearance, thicker epidermis, and similar dermis thickness. Therefore, we believe it can be potentially used as a xenograft material. Further studies are required to evaluate the effectiveness and feasibility of striped catfish xenograft in burn wound management.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wayan Nirmala Asty
"ABSTRAK
Nama : Wayan Nirmala AstyProgram Studi : Magister Ilmu KelautanJudul : Karakteristik Semisolid Isinglass Berbahan Baku Gelembung Renang Ikan Patin Pangasius sp. dengan Perbedaan Perendaman Konsentrasi Asam Asetat dan Asam Sitrat. Ikan patin Pangasius sp. merupakan salah satu produksi perikanan budidaya yang saat ini sedang dikembangkan oleh Indonesia, yang memiliki potensi ekspor serta harga jual yang cukup tinggi. Perkembangan produksi budidaya, sejalan dengan peningkatan industri pengolahan. Salah satu masalah yang timbul pada industri pengolahan, adalah limbah yang dihasilkan seperti darah, kulit, kepala, sisik, tulang, gelembung renang dan tulang. Limbah industri pengolahan yang masih dapat dimanfaatkan dan menghasilkan nilai ekonomis, adalah gelembung renang. Gelembung renang dapat diolah menjadi semisolid isinglass, yang merupakan produk antara intermediate product berbasis protein yang dapat berfungsi sebagai fining agent dan edible coating. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik semisolid isinglass yang meliputi nilai pH, kadar air, protein, lemak, abu, dan asam amino. Gelembung renang ikan patin Pangasius sp. diberi perlakuan berupa perendaman dalam larutan asam asetat dan asam sitrat dengan konsentrasi 1 , 1,5 dan 2 .Berdasarkan hasil analisis, karakteristik semisolid isinglass yang direndam dalam larutan asam asetat dengan konsentrasi 1 , 1,5 dan 2 memiliki rata-rata nilai pH antara 2,41-2,69; kadar air antara 98,97 -99,08 ; kadar abu 0 ; kadar lemak antara 0,20 -0,21 ; dan kadar protein antara 0,49 -0,53 . Semisolid isinglass yang direndam dalam larutan asam sitrat dengan konsentrasi 1 , 1,5 dan 2 memiliki rata-rata nilai pH antara 1,75-1,94; kadar air antara 97,62 -98,55 ; kadar abu 0 , kadar lemak antara 0,11 -0,20 ; dan kadar protein antara 0,34 -0,49 . Hasil analisis 15 jenis asam amino, baik semisolid isinglass yang direndam dalam asam asetat maupun asam sitrat, hanya glisin dan prolin yang dapat dilakukan analisis karena keterbatasan deteksi limit detection .Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan perendaman semisolid isinglass dalam larutan asam asetat dan asam sitrat sitrat dengan konsentrasi 1 , 1,5 dan 2 memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai pH dan kadar air, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein, lemak, prolin dan glisin. Kata Kunci : Asam asetat, asam sitrat, gelembung renang, ikan patin Pangasius sp. , isinglass.

ABSTRACT
ABSTRACT Name Wayan Nirmala AstyStudy Program Marine ScienceTitle Characteristic of Semisolid Isinglass from Catfish Pangasius sp. Swimbladder Based on Different Concentration in Acetic and Citric Acid Solution. Catfish Pangasius sp. culture, currently is being developed in Indonesia. It has potential export value and high selling price. Fishing industry produce waste, such as blood, skin, head, scales, bones, swim bladder and intestine. Swim bladder has potency as raw material for edible coating and fining agent. Swim bladder has economic value and can be processed into semisolid isinglass, which is a based protein intermediate product. This research was aimed to analyse semisolid isinglass characteristics pH, moisture, protein, fat, ash and amino acid content . Catfish Pangasius sp. swim bladder were soaked in acetic and citric acid solution consists of concentration 1 , 1,5 and 2 . Protein, fat and amino acid content were analysed using Kjeltec, Wellbull and UPLC respectively.Result of analysis showed that, the characteristics of semisolid isinglass that soaked in acetic acid solution consists of concentration 1 , 1,5 and 2 has average pH range between 2,41 2,69, moisture range between 98,97 99,08 , 0 for ash content, fat range between 0,20 0,21 and protein range between 0,49 0,53 .The characteristics of semisolid isinglass that soaked in citric acid solution consists of concentration 1 , 1,5 and 2 has average pH range between 1,75 1,94, moisture range between 97,62 98,55 , 0 for ash content, fat range between 0,00 0,47 and protein range between 0,11 0,20 . From 15 amino acids that has been observed, only glycine and proline can be processed using analysis of variance.Semisolid isinglass that soaked in acetic and citric acid solution consists concentration of 1 , 1,5 and 2 has significant effect on the pH value and moisture content, but did not has significant effect on protein, fat, proline and glycine content. Keywords Acetic acid, citric acid, catfish Pangasius sp. , isinglass, swim bladder."
2017
T47114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hendra Siswoyo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman air terhadap derajat penetasan telur ikan patin (Pangasius pangasius) dan untuk mengetahui kedalam berapa yang terbaik yang menghasilkan kelulusan hidup tertinggi pada benih ikan patin. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Ikan Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman air berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap derajat penetasan telur ikan patin. Perlakuan A (kedalaman 5 cm) adalah perlakuan terbaik yang menghasilkan derajat penetasan telur ikan patin sebesar 90,33%."
Universitas Dharmawangsa, 2016
330 MIWD 49 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rudiyanto
"Makalah ini menjelaskan tentang model simulasi pengendalian suhi air untuk pembenihan ikan patin (pangasius sp.) pada sistem resirkulasi tertutup dengan logika fuzzy. Model matematika dibuat berdasarkan keseimbangan energi pindah panas dan massa. Persamaan model diselesaikan secara numerik dengan metode finite difference Euler implisit dan dipecahkan secara simultan dengan metode Gaus Jordan. Simulasi dilakukan untuk memprediksi dan mengendalikan suhu air pada sistem resirkulasi tertutup. Hasil verifikasi model menunjukkan bahwa model yang dibuat mampu memprediksi suhu air bak pembenihan. Simulasi pengendalian suhu pada sistem resirkulasi menunjukkan bahwa sistem kendali logika fuzzy mampu mengendalikan suhu air pembenihan ikan patin pada suhu setpoint (30C) dengan baik."
2002
JIKT-2-2-Nov2002-19
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Research has been carried out to know the effect of irradition and storage on total bacteria of patin sausage."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>