Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1660 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Davison, Julian
[Singapore]: Periplus, 1999
R 720.9 DAV b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Davison, Julian
Jakarta : Periplus, 1999
720.959 86 DAV b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Davison, Julian
Singapore : Periplus, 2003
720.959 86 DAV i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Amaris Naura Shaliha
"Bali, dengan keindahan alamnya dan nilai-nilai spiritual yang kuat, telah lama menjadi destinasi pemulihan yang populer. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana arsitektur tradisional Bali, khususnya filosofi Tri Hita Karana, diterapkan dalam desain fasilitas pemulihan di Bali untuk menciptakan atmosfer penyembuhan yang holistik. Konsep Tri Hita Karana yang mengajarkan harmoni antara manusia, Tuhan, dan alam, diterjemahkan dalam desain ruang yang memadukan elemen-elemen alami dan spiritual, seperti penggunaan material alami, tata ruang terbuka, serta hubungan dengan alam sekitar. Penelitian ini juga membahas tentang keautentikan arsitektur Bali yang dibagi menjadi frontstage authenticity (keaslian yang tampak di ruang wisata) dan backstage authenticity (keaslian yang berasal dari budaya asli Bali), yang keduanya berperan dalam menciptakan pengalaman pemulihan yang bermakna bagi wisatawan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada fasilitas pemulihan di Bali, The Yoga Barn dan Ubud Traditional Spa, untuk menganalisis bagaimana penerapan filosofi Tri Hita Karana dan integrasi elemen-elemen alami mendukung keseimbangan fisik, mental, dan spiritual pengunjung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan arsitektur tradisional Bali yang autentik mampu menciptakan atmosfer yang mendalam, mendukung proses penyembuhan secara holistik, dan memberikan pengalaman reflektif yang mendalam bagi para wisatawan yang mencari kedamaian batin di tengah kehidupan modern yang serba cepat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang peran penting arsitektur tradisional Bali dalam menciptakan ruang yang mendukung pemulihan holistik dan kesejahteraan.

Bali, with its natural beauty and strong spiritual values, has long been a popular destination for wellness. This study explores how traditional Balinese architecture, particularly the philosophy of Tri Hita Karana, is applied in the design of wellness facilities in Bali to create a holistic healing atmosphere. The Tri Hita Karana concept, which teaches harmony between humans, God, and nature, is translated into spatial design that integrates natural and spiritual elements, such as the use of natural materials, open layouts, and connections with the surrounding environment. This study also discusses the authenticity of Balinese architecture, which is divided into frontstage authenticity (authenticity visible in tourist spaces) and backstage authenticity (authenticity rooted in Balinese culture), both of which play a role in creating a meaningful healing experience for visitors. The research method used is a case study of wellness facilities in Bali, The Yoga Barn and Ubud Traditional Spa, to analyze how the application of the Tri Hita Karana philosophy and integration of natural elements support the physical, mental, and spiritual balance of visitors. The research findings show that the application of authentic traditional Balinese architecture creates a profound atmosphere, supports holistic healing processes, and provides a deep reflective experience for visitors seeking inner peace in the midst of a fast-paced modern life. This study is expected to provide insights into the important role of traditional Balinese architecture in creating spaces that support holistic recovery and well-being."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warren, William
London: Thames and Hudson, 1995
R 712.5 WAR b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Davison, Julian
[Singapore]: Periplus, 1999
R 726.1 DAV h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Tettoni, Luca Invernizzi, photographer
New York : Thames and Hudson, 1996
712.5 TET b (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Davison, Julian
Singapore: Berkeley Books, 1999
726.1 DAV b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyawati
"ABSTRAK
Penelitian ini mengarahkan perhatian pada masalah perubahan kebudayaan, terutama melihat perubahan yang terjadi pada arsitektur rumah tinggal tradisional Bali.
Kita mengetahui bahwa kebudayaan suatu masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Pengertian perubahan kebudayaan dalam kajian ini adalah suatu proses pergeseran, berupa pengurangan, atau penambahan unsur-unsur sistem budaya karena adanya penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Ini dapat terjadi karena adanya dinamika dalam masyarakat itu sendiri, dan karena interaksi dengan pendukung kebudayaan lain. Hal ini berlaku dan terwujud pula pada Masyarakat Bali yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang selalu berubah, karena daerah tersebut cukup banyak dikunjungi wisatawan. Sehubungan dengan perubahan itu, penelitian ini terfokuskan pada arsitektur rumah tinggal tradisionalnya. Arsitektur merupakan salah satu wujud budaya yang memuat unsur-unsur sistem budaya. Arsitektur tradisional Bali amat terkait dengan sistem budayanya seperti unsur kepercayaan, pengetahuan, nilai, aturan, dan norma.
Beberapa pakar berpendapat bahwa kebudayaan Bali telah banyak berubah, perubahan itu telah sampai kepada hal-hal yang amat mendasar misalnya perubahan pada sistem nilainya. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa walaupun gelombang pengaruh luar yang begitu besar melanda budaya Bali, tetapi pengikisan budaya yang dikhawatirkan itu tidak terjadi. Hubungan dengan dunia luar itu malahan menyebabkan mereka semakin bergairah mencari dan mempertahankan identitasnya. Perbedaan pandangan inilah yang merupakan salah satu faktor yang mendorong penulis untuk meneliti masalah seperti berikut ini.
Masalah pokok penelitian ini telah dirumuskan dalam beberapa pertanyaan (research questions). Apakah wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali di Desa Adat Kuta telah mengalami perubahan yang cukup berarti? Apakah perubahan itu terjadi pada keseluruhan unit bangunan atau hanya pada unit tertentu saja. Kalau telah terjadi perubahan, faktor-faktor apa yang telah mempengaruhinya. Apakah perubahan arsitektur itu disebabkan oleh perubahan sistem budaya secara mendasar ?
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola perubahan dan faktor yang mempengaruhi wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali. Variabel yang dipakai adalah variabel tergantung dan variabel bebas. Variabel tergantung pada arsitektur rumah tinggal tradisional Bali adalah penentuan pola dan orientasi, bentuk dan struktur, bahan, ukuran, fungsi, upacara, nilai sakral dan nilai profan, konsultasi dengan ahli dan sembilan pendaerahan. Variabel bebas terdiri dari pendidikan, mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan.
Untuk menunjang masalah di atas, penulis berpangkal pada hipotesis berikut ini. Perubahan pada wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali dipengaruhi oleh perubahan sistem budayanya. Namun perubahan pada arsitektur itu tidak selalu sejalan dengan perubahan sistem budaya. Perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali hanya terjadi pada unit-unit tertentu saja. Faktor pendidikan, mata pencaharian, tingkat kakayaan dan luas pekarangan berpengaruh terhadap perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali.
Lokasi penelitian adalah Desa Adat Kuta dengan melihat tiga banjar dengan ciri-ciri tersendiri yaitu dekat pantai, pusat desa dan dekat pertanian. Pengambilan sampel dengan cara sistematik sebanyak 103 responden. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara berstruktur, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Data dianalisis secara deskriptif, dan uji Chi-Square (X2).
Penelitian ini memperoleh beberapa temuan. Wujud arsitektur rumah tinggal tradisional Bali umumnya sudah mengalami perubahan pada tingkat sedang. Berbagai aspek arsitektur mengalami perubahan mulai dari tingkat besar sampai tingkat kecil. Urutan tingkat perubahan itu mulai dari bahan bangunan, alat ukur, bentuk dan struktur, sembilan pendaerahan (Nava sanga), konsultasi dengan ahli (Tri pramana), nilai sakral dan nilai profan (Tri loka), fungsi, pola dan orientasi dan upacara. Unit bangunan yang mengalami perubahan seperti lumbung (jineng), ruang tidur kakek nenek (bale dangin), ruang tidur bujang (bale daub), dapur (paon), ruang tidur gadis (bale data), tempat upacara dan menerima tamu (bale delod), pintu gerbang (pemesuan), tempat sembahyang (meraian). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan sistem budaya pada masyarakat Desa Adat Kuta lebih lambat daripada perubahan wujud atau benda budayanya. Perubahan tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional Bali. Namun jika dilihat dari aspek tertentu maka faktor pendidikan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi dengan ahli (Tri pramana) dan aspek upacara. Tingkat kekayaan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi, sedang luas pekarangan berpengaruh nyata terhadap aspek konsultasi.
Berbagai alternatif yang mungkin menunjang kelestarian wujud budaya arsitektur rumah tinggal tradisional Bali adalah pembinaan masyarakat. Dalam pelestarian arsitektur rumah tinggal tradisional Bali tidak perlu dibedakan tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian, tingkat kekayaan dan luas pekarangan yang ditempati.
Berdasarkan temuan penelitian, kasus Bali bisa dijadikan model untuk meneliti, menyimak atau mengelola masyarakat daerah lain yang berkaitan dengan kepariwisataan.

ABSTRACT
The members of tourist coming to Bali are increasing every year. The tranquil atmosphere, the unique culture ingrained in the Balinese way of life, the white sandy beaches and of course the excellent facilities for staying, made Bali extremely attractive for travelers who either travel for pleasure or intend to combine both business and pleasure.
The relatively small size of the island is also very convenient for those who do not have much time for leisure, but are anxious to know more about other people's culture. In less than a day's sweep, with a car, one can cover almost the entire island and see that is worth seeing. It is true that tourists bring about prosperity. But with the arrival of tourist inevitably, come along ideas about life and living.
The question now arises: To what extend do these foreign ideas affect the Balinese way of life, attitudes and traditionally accepted values?
Some scholars suggested that tourism has shaken Balinese tradition to its very foundation. Changes are already there and quite obvious for every one to see. Other scholars disagreed, commenting that in spite of assaults by tourism, Bali tradition stood its ground on its solid foundation. This second group of scholars voiced the opinion the Balinese tradition and culture are almost unblemished, and is fully capable of protecting its from foreign influence.
It is in the wake of these two opposing views that this research in this thesis has been carried out. The investigation was focused on the village of Kuta, which is most frequented by foreign tourist, who are not prepared to stay in luxury hotels. They rather stay in the homes of the villagers. It is here that foreigners mixed deeply with the natives and so where exchange of ideas are expected most to occur.
The author does not pretend that she will come up with a clear-cut answer to the question of change. But if the investigation is carried out well, it is expected that it will throw some light into the problems of change in attitudes and values, which will ultimately manifest in the changes in the physical environment of the village.
The result of the investigation clearly showed that minor changes did take place, especially in the functions of the element of the Balinese home in Kuta, which is obviously due to outside influence and education.
As might have been know, a Balinese home consists of two parts. One part is the family temple and the other is the family quaters. Both parts are found on one yard surrounded by a wall. The family quater consists of six buildings, where each building is assigned a special function. One building functions as the sleeping quater of the head of the family, another building where the girls of the family spend the nights, then you have the quater for the boys; further there is the building where the family receive guests and carry out ceremonies; then there is the kitchen and finally the barn where the harvest and farming tools are stored.
With greater involvement of the villagers in Kuta with tourism more and more farmers transformed their homes into inns by altering the architectural style of the buildings to suit new demands. Separate rooms have to be constructed, complete with bath and rest rooms in order to guarantee privacy for the guests. Needless to say, that all these modifications resulted in changes in many different ways to the traditional Balinese home, because the former traditional farmer is now an innkeeper.
Changes in the style and architecture of the Balinese home come together with progress. Nobody can prevent progress from changing society. Changes that come too fast, may put society off balance, and so will cause disturbances. May the changes that take place in Balinese society do not create instabilities.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Made Sutjaja
Singapore: Tuttle Publishing, 2009
R 499.22383 IGU t
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>