Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4447 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Franks, B. Don
Champaign Illinois: Human Kinetics Books, 1989
R 631.71 FRA f
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dangsina Moeloek
"Telah dilakukan pemeriksaan kesegaran jasmani terhadap calon anggota MAPALA UI sebanyak 42 orang. Penelitian dilakukan mengingat peminat pencinta alam semakin banyak khususnya pendaki gunung dan hingga saat ini belum diketahui keadaan pendaki sebelum berangkat ataupun persiapan fisiknya. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana keadaan kesegaran jasmani calon anggota MAPALA UI khususnya pada aspek kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan sebagai langkah awal dalam pembinaan kegiatan MAPALA."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Zahara
"Pendahuluan: Manufaktur telah menjadi suatu industri penting dalam mendukung kemajuan perekonomian Indonesia. Indonesia telah berhasil mencapai peringkat keempat dunia di bidang industri manufaktur dan akan terus meningkatkan prestasinya. Produktivitas merupakan hal yang perlu ditingkatkan untuk memenangkan persaingan dunia. Salah satu faktor manusia dalam mencapai produktivitas adalah kebugaran. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama yang dilakukan oleh Direktorat Bina K3 dengan Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi FKUI di enam wilayah Indonesia dengan enam bidang industri manufaktur.
Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kebugaran kardiorespirasi pada pekerja manufaktur di Indonesia dan faktor-faktor yang berpengaruh.
Metode: Desain potong lintang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui profil kebugaran pekerja manufaktur di enam wilayah Indonesia dan faktor-faktor yang berpengaruh menggunakan uji jalan enam menit.
Hasil: Kebugaran kardiorespirasi pada 53,34% pekerja adalah rata-rata dan diatas rata-rata. Faktor individu yang berhubungan dengan kebugaran adalah lama tidur. Lama tidur yang kurang dari delapan jam sehari berhubungan dengan kebugaran.
Kesimpulan: Kebugaran pekerja manufaktur adalah rata-rata dan diatas rata-rata. Lama tidur kurang dari delapan jam sehari merupakan faktor individu yang berhubungan dengan kebugaran. Tidak didapatkan faktor pekerjaan yang berhubungan dengan kebugaran.

Background: Manufacture plays important role in Indonesian economic development. Indonesia had successfully achieved fourth rank in the world industrial manufacture and would always made improvement. Productivity must be encouraged to win the world competition. Physical fitness was one of the human factors that was needed to achieve productivity. This study is part of a joint study between Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ministry of Manpower Republic Indonesia and Occupational Medicine Specialist Program Faculty of Medicine Universitas Indonesia in six region of Indonesia with six different type of industrial manufacture.
Objective: This study was aimed to explore cardiorespiratory fitness among manufacture workers in Indonesia and its related factors.
Methods: A cross-sectional study design was conducted to 120 manufacture workers with heat stress hazard using six minute walking test and heat stress assessment in their workplace using heat stress monitor.
Results : The result showed that that physical fitness of 53,34% workers were above average. Individual factor that related to physical fitness of manufacture workers were sleep duration and age. Sleep duration that was less than eight hours a day and age more then 35 years-old was related to physical fitness.
Conclusions: The cardiorespiratory fitness of manufacture worker in Indonesia was average and above average. Sleep duration was related to physical fitness. There was no occupational factor related to physical fitness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Diah Tuntian
"ABSTRAK
Latar belakang. Tingkat aktivitas fisik ringan adalah salah satu penyebab status tidak bugar yang akan berdampak terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Perusahaan A merupakan industri vaksin dengan tingkat aktivitas fisik yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan status kebugaran jasmani pada pekerja bagian pengemasan.
Metode. Disain penelitian potong lintang dengan analisis regresi logistik. Subyek berasal dari bagian pengemasan. Tingkat aktivitas fisik dinilai dengan Global Physical Activity Questionairre. Sedangkan tingkat kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan metode YMCA-3 minute step test.
Hasil. Subyek penelitian adalah 126 pekerja laki-laki bagian pengemasan dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda yang berumur antara 18 ? 40 tahun. Sebanyak 46,8% subyek mempunyai status tidak bugar. Faktor risiko yang berhubungan dengan status tidak bugar adalah umur (p=0,04). Faktor pendidikan, masa kerja, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, kadar lipid dan tingkat aktivitas fisik tidak terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Sedangkan faktor status gizi dan kadar haemoglobin terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Subyek yang berumur 31 ? 40 tahun mempunyai risiko 3,16 kali terhadap status tidak bugar dibandingkan dengan umur 18 ? 30 tahun (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60).
Kesimpulan. Status kebugaran tidak berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik.

ABSTRACT
Backround. Low level physical activity can caused unphysical fitness which caused to work and productivity. A company is a vaccine industry with high physical activity in difference. The objective of this study is to determine the related between physical activity level with physical fitness to the workers in packaging division.
Method. Cross sectional study with logistic regression analysis. A subject is from packaging division. Physical activity level is marked by Global Physical Activity Questionairre. While physical fitness activity is measured by using YMCA-3 minute step test method.
Result. The subject of the study is 126 men workers of packaging division with different types of work. The workers age is between 18 ? 40 years old. 46,8% subjects has unphysical fitness. Risk factors that related to low physical fitness was age (p=0,04). Education level, working period, type of work, smoking, lipid level and physical activity were not likely correlated to unphysical fitness. While the factors of nutritional status and hemoglobin levels increase the risk proved unphysical fitness. Subjects were aged 31- 40 years have 3,16 times the risk of unphysical fitness compared with age 18-30 years (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60).
Conclusion. Physical fitness is not related to physical activity level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika
"Kebugaran merupakan masalah pada karyawan di Puskesmas kecamatan cengkareng. Tingkat kebugaran kurang karyawan adalah 55,9%. Tujuan Utama penelitian ini adalah menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran karyawan di Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Tujuan khususnya menjelaskan dan mengetahui hubungan antara faktor Umur, jenis Kelamin, Aktivitas Fisik, IMT, Kebiasaan Merokok, dan Kadar Hb dengan tingkat kebugaran karyawan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013. Metode penelitian dengan menggunakan Cross Sectional (Potong Lintang), dengan sampel 143 responden.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor umur (p=0,0005), Jenis kelamin (p=0,010), Aktivitas Fisik (p=0,0005), Kebiasaan merokok(p=0,047) dengan kebugaran. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi tingkat kebugaran adalah Umur, Jenis kelamin, dan Kadar Hb. Sedangkan Aktivitas fisik dan Kebiasaan merokok merupakan faktor confounding.Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tingkat kebugaran karyawan masih Kurang. Faktor yang berhubungan dengan kebugaran adalah Umur, jenis kelamin, Aktivitas Fisik, kebiasaan merokok, dan kadar Hb. Saran dari penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas fisik, Olah raga, dan Pola hidup sehat.

Fitness is a problem to the employees of Puskesmas Kecamatan cengkareng. Based on the fitnees test result obtained that the less-fit level of the employees is 55,9%. The main reason of this research is to explain factors that are related to the fitness of the employees of puskesmas Cengkareng. The specific research is to explain and knowing the relation of age factor, gender, physical activity, body mass index, smoking habit, and Haemoglobin level to the fitness of the employees. The Research was held on May - June 2013. The research methode is by using the Cross Sectional, with sample of 143 respondents.
The result of research show that are significant correlation between age factor (p=0,0005), gender (p=0,010), physical activity (p=0,0005), smoking habit (p=0,047) with fitness. Based on the most dominant factors that affect the fitness level are age, gender, and Hb level. While the physical activity and smoking habit are confounding factors. The conclusion of this research is the fitness level of the employees is still lacking factors related to fitness are age, gender, physical activity, and smoking habit. Advice from this research is to increase physical activity, exercise, and healthy lifestyle.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Priscilla Amanda
"Latar belakang: Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dipengaruhi oleh kebugaran fisik yang dimiliki seseorang. Kapasitas fungsional seseorang dapat dilihat berdasarkan beberapa parameter seperti ambilan oksigen maksimal, metabolic equivalent of tasks (METs), dan jarak tempuh uji latih. Uji latih yang umum dilakukan adalah six minute walking test (6MWT), sedangkan uji latih yang saat ini sudah mulai banyak digunakan adalah incremental shuttle walking test (ISWT). Kelebihan ISWT adalah bersifat external paced sehingga dapat mengambarkan toleransi latihan seseorang lebih baik dibandingkan 6MWT. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kebugaran kardiorespirasi, di antaranya adalah kelembaban, suhu, hemoglobin, kadar laktat darah, serta karakteristik demografis dan antropometri seperti usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan. Penelitian ini berfokus pada faktor demografis dan antropometri.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berkorelasi dengan jarak tempuh ISWT pada orang dewasa sehat sedenter.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang dilakukan pada 85 subjek. Subjek melakukan ISWT sebanyak dua kali, dengan jarak tempuh yang diambil adalah jarak tempuh yang terbesar. Variabel independen (usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan) diuji dengan analisis bivariat untuk melihat korelasi dengan jarak ISWT. Selanjutnya, dilakukan analisis multivariat untuk melihat variabel yang paling berpengaruh pada jarak ISWT.
Hasil: Subjek penelitian ini sebanyak 60 orang berjenis kelamin perempuan. Median jarak tempuh ISWT orang dewasa sehat sedenter pada laki-laki sebesar 630 m dengan rentang 440-750 m, sedangkan perempuan sebesar 500 m dengan rentang 330-710 m. Berdasarkan hasil analisis multivariat, didapatkan bahwa jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan memiliki korelasi dengan jarak tempuh ISWT (p<0,05)
Kesimpulan : Jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan berhubungan dengan jarak tempuh ISWT pada dewasa sehat sedenter.

Background: In carrying out daily activities, it is influenced by a person’s physical fitness. A person’s functional capacity can be seen based on several parameters such as maximal oxygen uptake, metabolic equivalent of tasks (METs), and exercise testing distance. A common exercise testing is the six minute walking test (6MWT), while another exercise testing that is currently being applicated is incremental shuttle walk test (ISWT). The advantage of ISWT is external paced so it can describe person’s exercise tolerance better than 6MWT. There are various factors that affect cardiorespiratory fitness including humidity, temperature, hemoglobin, blood lactate levels, as well as demographic and anthropometric characteristics such as age, gender, height, and weight. This study focused on demographic and anthropometric factors.
Objective: To determine the factors that correlate with ISWT distance in sedentary healthy adults
Methods: This study was a cross-sectional study conducted on 85 subjects. Subjects performed ISWT twice, with the greatest distance was included in analysis. The independent variables (age, gender, height, weight) were analyzed using bivariate analysis to see the correlation with ISWT distance. Furthermore, multivariate analysis was done to see the most influential variable on the ISWT distance.
Results: The subjects of this study were 60 women. The median ISWT distance for men was 630 m with a range of 440-750 m while for women was 500 m with a range of 330-710 m. Multivariate analysis showed gender, body height, and body weight correlated with ISWT distance (p<0,05)
Conclusion: Gender, body height, and body weight correlated with ISWT distance in sedentary healthy adults.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Setyaningrum
"Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan program pemerintah sebagai salah satu upaya mengurangi faktor risiko penyakit tidak menular yang makin meningkat. Program ini dilakukan dengan upaya peningkatan perilaku hidup sehat, diantaranya peningkatan aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik diharapkan dapat mempengaruhi keseimbangan energi dan diharapkan dapat mengurangi faktor risiko kardiometabolik. Aktivitas fisik yang dilakukan sesuai kaidah kesehatan akan memberikan adaptasi metabolik, neuromuskuler dan kardiorespirasi yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran yang baik merupakan faktor protektif terhadap risiko kardiometabolik dan penyakit tidak menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran aktivitas fisik, kebugaran, dan faktor risiko kardiometabolik dan hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani dan faktor risiko kardiometabolik di instansi pemerintah pada era GERMAS.
Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer. Aktivitas fisik dinilai dengan PAL Physical Activity Level, waktu sedentary. Penilaian kebugaran jasmani meliputi komposisi tubuh, kelenturan, kekuatan otot dan daya tahan jantung paru. Faktor risiko kardiometabolik meliputi: tekanan darah, kadar kolesterol total, kadar gula darah sewaktu, dan HbA1C. Subjek penelitian adalah ASN di instansi X sebanyak 89 orang.
Hasil: Diperoleh data 23,6% subjek dengan tingkat aktivitas fisik ringan, rerata waktu sedentary 10,5 jam dan 95,5% subjek memiliki waktu sedentary ≥ 7 jam. 56,2% subjek obesitas, 87,6% fleksibilitas baik, 58,2% kekuatan otot kurang, serta 68,5% subjek memiliki daya tahan jantung paru kategori baik dan cukup. Prevalensi hipertensi 20,2%, hiperkolesterolemia 37,1%, pre diabetes 6,7% dan diabetes mellitus 1,1%. Didapati hubungan antara aktivitas fisik dengan IMT dan faktor risiko kardiometabolik.
Kesimpulan Terdapat kecenderungan subjek dengan faktor risiko kardiometabolik, berat badan berlebih dan obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih baik.

Community Healthy Life Movemement or Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) is a government program to reduce risk factors of non-communicable diseases. This program is purposed to improve healthy living behaviors, including increased physical activity. The increasing of physical activity is expected to affect balance energy and to reduce cardiometabolic risk factors. Physical activity according to health principles will enhance metabolic, neuromuscular and cardiorespiratory adaptations that can improve physical fitness. Good level of fitness is a protective factor against cardiometabolic risk and non-communicable diseases. The purpose of this study is the description of physical activity, physical fitness, cardiometabolic risk factors and the relationship between physical activity and physical fitness and cardiometabolic risk factors in one of a Ministry in the GERMAS era.
Method: Cross-sectional study using primary data. Physical activity was assessed by the PAL Physical Activity Level, sedentary time. The assessment of physical fitness includes body composition, flexibility, muscle strength and cardiorespiratory fitness. Cardiometabolic risk factors include: blood pressure, total cholesterol levels, blood sugar levels, and HbA1C. The subjects of this research were worker in Ministry X approximately 89 people.
Results: 23.6% of subjects with mild physical activity, the mean sedentary time about 10.5 hours and 95.5% of subjects had a sedentary time of jam 7 hours. 56.2% of subjects were obese, 87.6% had good flexibility, 58.2% lacked muscle strength, and 68.5% of subjects had good and sufficient pulmonary heart endurance. The prevalence of hypertension is 20.2%, hypercholesterolemia 37.1%, pre-diabetes 6.7% and diabetes mellitus 1.1%. There was an association between physical activity and BMI and cardiometabolic risk factors.
Conclusion There is a tendency for subjects with cardiometabolic risk factors, overweight and obesity to have a better level of physical activity"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Indrawati
"Health-related physical fitness adalah komponen kebugaran jasmani yang memiliki hubungan dengan kesehatan yang baik. Health-related physical fitness terdiri dari komposisi tubuh (body composition), kebugaran otot (musculoskeletal fitness) dan daya tahan kardiorespirasi (cardiorespiratory fitness). Rescuer adalah salah satu pekerja yang membutuhkan kebugaran dalam pencarian dan pertolongan (search and rescue) korban khususnya untuk pertolongan di air. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan health related physicl fitness rescuer dengan intervensi renang gaya dada. Metode. Penelitian ini menggunakan metode one group pre-post eksperimental design yang dilakukan pada 15 subjek. Intervensi dilakukan 3 kali seminggu selama 8 minggu dengan intensitas sedang (64%–<76% denyut jantung maksimal). Hasil. Ppenelitian ini mendapatkan adanya perubahan signifikan secara statistik pada komponen kebugaran otot (sit and reach test p <0,001, sit up test p <0,001) dan daya tahan kardiorespirasi (tes renang 12 menit p <0,001) tetapi tidak ada perubahan signifikan secara statistik pada komposisi tubuh (IMT p=0,053). Kesimpulan. Intervensi renang gaya dada terbukti dapat meningkatkan health-related physical fitness rescuer pada komponen kebugaran otot dan kebugaran kardiorespirasi tetapi tidak meningkatkan komponen komposisi tubuh.

Health-related physical fitness is a component of physical fitness that has a relationship with good health. Health related physical fitness consists of body composition, musculoskeletal fitness and cardiorespiratory fitness. Rescuer is one of the workers who needs fitness in the search and rescue of victims, especially for help in water. This thesis aims to determine the increase in health-related physical fitness rescuer with breast stroke intervention. Method. This study used the method of one group pre-post experimental design carried out on 15 subjects. Interventions were carried out 3 times a week for 8 weeks with moderate intensity (64% - <76% maximum heart rate). Results. This study found a statistically significant change in the musculoskeletal fitness component (sit and reach test p <0.001, sit-up test p <0.001) and cardiorespiratory fitness (12-minute swimming test p <0.001) but no statistically significant changes in body composition (BMI p = 0.053). Conclusion. Breaststroke intervention has been shown to improve health-related physical fitness rescuers in musculoskeletal fitness components and cardiorespiratory fitness but does not increase the body composition component."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan Aktivitas fisik rendah menyebabkan kebugaran jasmani kurang, yang berdampak pada produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terkait pekerjaan yang rendah dan faktor risiko lainnya terhadap kebugaran jasmani pekerja. Metode Subjek penelitian yang dilakukan pada bulan bulan Februari 2008 ini adalah pekerja di 15 departemen yang dipilih secara purposif di PT Semen Padang, Sumatera Barat. Tingkat aktivitas fisik diketahui dari kuesioner Panduan Pengalaman Belajar Lapangan I dan Program Integrasi Hipertensi ? Lansia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2003. Tingkat kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan Harvard Step Test. Hasil Subjek penelitian adalah 937 laki-laki berusia 18?56 tahun. Subjek mempunyai tingkat kebugaran jasmani rendah sebesar 15,9%. Faktor risiko dominan terhadap kebugaran jasmani rendah adalah aktivitas fisik pekerjaan yang rendah, kebiasaan merokok, tidak berolahraga, hipertensi, diabetes melitus, dan asma. Subjek dengan aktivitas fisik terkait pekerjaan yang rendah dibandingkan subjek dengan aktivitas fisik tinggi mempunyai risiko 10,71 kali untuk kebugaran jasmani kurang [rasio odds suaian (ORa) = 10,71; interval kepercayaan (CI 95% = 4,71 ? 24,33)]. Subjek yang tidak berolahraga dibandingkan dengan yang berolahraga mempunyai risiko 6,3 kali untuk kebugaran jasmani kurang (ORa = 6,30; CI 95% = 3,69-10,75). Kesimpulan Aktivitas fisik pekerjaan yang rendah, kebiasaan merokok, tidak berolahraga, hipertensi, diabetes melitus, dan asma merupakan faktor dominan terhadap kebugaran jasmani rendah. Oleh karena itu, selain memperlihatkan faktor-faktor berpengaruh tersebut, pekerja dengan tingkat aktivitas fisik rendah perlu melakukan latihan fisik.

Abstract
Aim Low physical activity causes poor physical fitness, which leads to low productivity. The objective of this study was to determine the effects of low work-related physical activity and other risk factors on physical fitness. Methods This study was done in February 2008. Subjects were workers from 15 departments in PT Semen Padang, West Sumatera (Indonesia). Data on physical activities were collected using the questionnaire from the Student Field Work I Guidebook and Hypertension ? Geriatric Integrated Program of the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia 2003. Physical fitness was measured using the Harvard Step Test. Results A number of 937 male workers aged 18 ? 56 years participated in this study. Poor physical fitness was found in 15.9% of the subjects. Low work-related physical activity, smoking, lack of exercise, hypertension, diabetes mellitus, and asthma were dominant risk factors related to poor physical fitness. Subjects with low compared to high work-related activity had a ten-fold risk of poor physical fitness [adjusted odds ratio (ORa) = 10.71; 95% confidence interval (CI) = 4.71?24.33]. In term of physical exercise, subjects who had no compared to those who had physical exercise had a six-fold risk of poor physical fitness (ORa = 6.30; 95%CI = 3.69-10.75). Conclussion Low work-related physical activities, smoking, lack of exercise, hypertension, diabetes mellitus, and asthma were correlated to poor physical fitness. It is, among others, therefore necessary to implement exercises for workers with poor physical fitness."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rafikana Desi Darmastuti
"Anggota Brimob adalah salah satu bagian dari Kepolisian Republik Indonesia yang ditugaskan pada situasi-situasi darurat seperti penanganan demonstrasi dan huru hara, penanggulangan bencana, dan penugasan di daerah konflik. Seorang anggota Brimob perlu didukung oleh kondisi kesamaptaan jasmani yang baik sehingga selalu siap siaga, mempunyai daya tahan dan kekuatan fisik yang yang optimal dalam melaksanakan tugasnya. Kesamaptaan jasmani adalah kondisi jasmani yang menggambarkan kesegaran jasmani untuk melaksanakan tugas tertentu dengan hasil yang optimal tanpa memperlihatkan keletihan yang berarti.
Dari hasil tes kesamaptaan periode I tahun 2014 didapatkan 30 % dari anggota yang mengikuti tes mendapatkan nilai kurang dari 60, pada periode II tahun 2014 juga didapatkan 30 % dari anggota yang mengikuti tes mendapatkan nilai kurang dari 60, pada periode I tahun 2015 didapatkan 40% dari anggota yang mengikuti tes mendapatkan nilai kurang dari 60. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor ? faktor yang berhubungan dengan penurunan tingkat hasil tes kesamaptaan dan diketahuinya faktor yang paling berhubungan. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, menggunakan data sekunder hasil tes kesamaptaan periode II tahun 2014 dan periode I tahun 2015 pada Anggota Brimob di Kelapa Dua Depok, serta data hasil pemeriksaan kesehatan rutin tahun 2015.
Dari 382 subyek penelitian, terdapat penurunan tingkat kategori hasil kesamaptaan jasmani sebesar 146 (38,1%), didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol dengan penurunan tingkat kesamaptaan jasmani (p=0,000) dan terdapat hubungan antara pangkat dengan penurunan tingkat kesamaptaan jasmani (p=0,009).

Members of Mobile Brigade are one part of the Indonesian National Police assigned to emergency situations such as the handling of demonstrations and riots, disaster management, and assignments in conflict areas. A member of Mobile Brigade should be supported by good physical fitness, so it is always ready, has endurance and optimal physical strength in performing their duties. Physical fitness is a physical condition that describes the good condition to perform certain tasks optimally without any significant fatigue.
The result of the first periode of physical fitness test in 2014, there were 30 % participants got score under 60. The second periode in 2014, the rate of the score almost the same. For the first periode in 2015, there were 40 % of participant got score under 60. The purpose of this study to determine the factors related with decrease level of the physical fitness test score and knowing the most related factors.This research using cross sectional method, using secondary data of the second periode physical fitness test in 2014 and the first periode in 2015, and data from routine medical check up in 2015.
Out of the 382 subjects, there was a decrease in the level of physical fitness category results for 146 (38.1%), it was found a significant related between total blood cholesterol with a decrease in the level of physical fitness (p = 0.000) and between Police Rank with a decreased level of physical fitness (p = 0.009).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>