Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Elina Waiman
"Rumah sakit perlu menjaga mutu layanan yang diberikan kepada pasien. Waktu tunggu rawat jalan merupakan salah satu indikator mutu yang diukur oleh rumah sakit. Rerata waktu tunggu di Klinik Penyakit Dalam Charitas Hospital Palembang yang mencapai target hanya sebesar 54%. Penelitian ini merupakan penelitian operasional eksperimental untuk melihat bagaimana upaya perbaikan dengan penerapan Metode Lean Six Sigma (LSS) dapat mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan. Upaya perbaikan berupa penerapan sistem perjanjian dan simplifikasi alur pasien rawat jalan sesuai future state map dilakukan rumah sakit pada April 2021 sampai dengan Januari 2022. Data waktu tunggu pasien rawat jalan sebelum upaya perbaikan diambil dari sistem informasi dan manajemen rumah sakit (SIMRS) pada Maret 2021, sedangkan data sesudah upaya perbaikan diambil dari Februari sampai Maret 2022, dengan 222 subjek pada masing-masing kelompok. Terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sesudah upaya perbaikan, yaitu secara keseluruhan subjek sebesar 11% dari 79 menit menjadi 69 menit meskipun tidak bermakna secara statistik (p=0,110). Pada subjek tanpa pemeriksaan penunjang terdapat reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 16% dari 77 menit menjadi 65 menit (p=0,016), pada subjek dengan pemeriksaan laboratorium dari 151 menit menjadi 124 menit (p=0,176), dan pada subjek dengan pemeriksaan radiologi dari 120 menit menit menjadi 90 menit. Terdapat reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan definisi SPM sebesar 29%, yaitu dari 58 menit menjadi 41 menit (p=0,002). Terdapat 26% subjek dengan sistem perjanjian yang datang terlambat. Subjek yang datang terlambat dilakukan relokasi slot, yaitu mengisi slot kosong sesuai antrian pasien yang sudah datang. Apabila dilakukan analisis terhadap subjek yang datang tepat waktu saja, didapatkan adanya reduksi median waktu tunggu pasien rawat jalan sebesar 13%, yaitu dari 79 menit menjadi 69 menit (p=0,014) dan reduksi waktu tunggu rawat jalan berdasarkan SPM sebesar 36%, yaitu dari 58 menit menjadi 37 menit (p=0,000). Khusus pada kelompok pasien dengan pemeriksaan laboratorium, terjadi pengurangan variasi alur cabang dan proporsi pasien yang menjalani alur cabang (p=0,000), serta pengurangan frekuensi kunjungan ke kasir lebih dari satu kali. Rancangan upaya perbaikan yang disusun berdasarkan metode LSS bermanfaat dalam mereduksi waktu tunggu pasien rawat jalan, mengurangi variasi alur cabang di rawat jalan, dan menurunkan defek, dengan komitmen dari pimpinan rumah sakit, dokter, staf, dan pasien. Evaluasi berkala dan perbaikan berkesinambungan perlu dilakukan agar kontinuitas reduksi waktu tunggu pasien rawat jalan dapat berlangsung.

Hospital should maintain good quality of care for its patients. Outpatient waiting time is a quality indicator measured by hospital. Only 54% of outpatient waiting time in Internal Medicine Clinic of Charitas Hospital Palembang meets the standard. An experimental study was conducted to examine how Lean Six Sigma (LSS) Methodology would reduce outpatient waiting time. Improvement project comprised of appointment system and outpatient flow simplification was conducted from April 2021 to January 2022. Pre-implementation data was taken from hospital information system on March 2021 and post- implementation data from February to March 2022, with a sample size of 222 subjects in each group. There was an 11% reduction in overall median outpatient waiting time i.e, from 79 minutes to 69 minutes eventhough statistically insignificant (p=0.110), with 16% reduction from 77 minutes to 65 minutes in subjects without ancillary examination (p=0.016), 18% reduction from 151 minutes to 124 minutes in those with laboratory examination (p=0.176), and 25% reduction from 120 minutes to 90 minutes in those with radiology examination. There was a 29% reduction from 58 minutes to 41 minutes in median outpatient waiting time as defined by government minimal standard of care (p=0.002). As many as 26% subjects with appointment system came late, which were then relocated to the available slots. Comparison was conducted between waiting time before intervention and after intervention in groups of appointment patients who came on-time and resulted in a 13% reduction of median outpatient waiting time from 79 minutes to 69 minutes (p=0,014) as well as a 36% reduction in waiting time as defined by government minimal standard of care from 58 minutes to 36 minutes (p=0,000). In subjects with laboratory examination, there was a reduction in the number of patients undergoing branch lines flow (p=0.000). Improvement project designed using LSS methodology is beneficial in reducing outpatient waiting time, variation in outpatient flow, and defect, especially when supported by commitment of hospital leaders, doctors, staffs, and patients. Regular evaluation and continuous improvement are needed to ensure sustainable reduction of outpatient waiting time."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Cyndwiana Prastiwi
"Setiap fasilitas kesehatan diwajibkan melakukan pengukuran dan evaluasi mutu sesuai dengan indikator secara rutin. Menurut PMK No. 129 tahun 2008, SPM waktu tunggu di unit rawat jalan yaitu ≤ 60 menit. RSUI merupakan RS-PTN kelas B yang berlokasi di Depok. Hasil capaian indikator waktu tunggu rawat jalan RSUI masih dibawah 80% dan berdasarkan studi pendahuluan data rekam medik, waktu tunggu di poli penyakit dalam yaitu 122 menit. Poli penyakit dalam termasuk kedalam Indikator minimal ketersediaan pelayanan di unit rawat jalan dan memiliki jumlah pasien yang besar di RSUI namun sering mendapat keluhan waktu tunggu. Penelitian dilakukan secara time motion di poli penyakit dalam dengan membagi jenis pembayaran yaitu BPJS Kesehatan, Asuransi, dan Umum. Pengambilan data melalui observasi, wawancara, telaah dokumen, dan CDMG. Kriteria inklusi pasien yaitu pasien accidental jam 07.00-14.00 yang sudah membuat perjanjian dan bersedia diikuti selama pelayanan. Analisis data menggunakan metode Lean Six Sigma dengan tahapaan DMAI dan RCA Hasil penelitian yaitu perhitungan terbesar berada pada proses pelayanan registrasi pasien BPJS dengan VA 7,88% dan NVA 92,12%, serta pelayanan di ruang konsul dokter penyakit dalam dengan VA 14,20% dan NVA 85,80%. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada rumah sakit dibagi menjadi jangka pendek dan jangka panjang.

Every health facility is required to carry out quality measurements and evaluations according to indicators on a regular basis. According to PMK No. 129 of 2008, the SPM waiting time in the outpatient unit is ≤ 60 minutes. RSUI is a class B PTN Hospital located in Depok. The achievement indicator for outpatient waiting time at RSUI is still below 80% and based on a preliminary study of medical record data, the waiting time at the internal medicine polyclinic is 122 minutes. Internal medicine poly is included in the minimum indicator of service availability in the outpatient unit and has many patients at RSUI but often gets complaints of waiting time. The research was carried out in time motion in the internal medicine polyclinic by dividing the types of payments, namely BPJS Health, Insurance and General. Data collection through observation, interviews, document review, and CDMG. The patient inclusion criteria were accidental patients at 07.00-14.00 who had made an appointment and were willing to be followed during the service. Data analysis used the Lean Six Sigma method with DMAI and RCA stages. The results of the study showed that the largest calculation was in the BPJS patient registration service process with VA 7.88% and NVA 92.12%, as well as services in the consulting room of internal medicine doctors with VA 14.20% and NVA 85.80%. Recommendations that can be given to hospitals are divided into short term and long term."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Aditya Saputra
"Keterlambatan waktu mulai sebuah operasi elektif dapat mengakibatkan penundaanmulainya operasi berikutnya, mengurangi utilisasi kamar operasi, serta risikomenimbulkan keluhan pasien dan operator. Metode penelitian ini adalah action research,yaitu dengan melakukan observasi untuk mengamati alur proses pelayanan operasi elektifagar diperoleh rekomendasi dan usulan perbaikan dalam upaya mengurangiketerlambatan waktu mulai operasi elektif dan meningkatkan utilitas kamar operasidengan pendekatan lean thinking dan six sigma. Hasil penelitian menunjukkan bahwaaktivitas yang tidak memberi nilai tambah non value added selama proses operasi elektifadalah sebesar 62,92 pada pasien yang menggunakan jaminan asuransi, 59,80 padapasien umum, dan 52,34 pada pasien rawat inap. Usulan perbaikan denganmenggunakan pendekatan lean thinking dan six sigma menghasilkan perbaikan padaproses pelayanan operasi elektif dengan menurunkan kegiatan non value added secaraberturut-turut menjadi 34,62 untuk pasien asuransi, 36,41 untuk pasien umum, serta14,50 untuk pasien rawat inap.Kata kunci: waktu mulai operasi, metode lean thinking, six sigma, kegiatan value added,kegiatan non value added.

The delayed time of starting an elective operation can cause delay to the next scheduledoperation, decrease utilization of an operating room, increase risk of complaint frompatients and operator doctors. This study was an action research study by observing toanalyzing the current state of elective operating room process and value flow, in purposeto reduce the delayed starting time of elective operation and increasing the utilization ofoperating room using lean thinking and six sigma approach. The result of this study showsthat the non value added activities of elective operation process is 62,92 for patientwho use insurance, 59,80 for the out of pocket patient, and 52,34 for inpatientcategory. By the implementation of recommended solution for the operation process ableto decrease the non value added activities to 34,62 for patient with insurance, 36,41 for out of pocket patient, and 14,50 for inpatient category.Keyword start time of operation, lean thinking and six sigma method, value added, nonvalue added."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Athallaric
"Loyalitas merupakan suatu hal yang perlu dipertahankan oleh suatu perusahaan sebagai bentuk usaha untuk mempertahankan perusahaan di masa depan dengan memberikan pelayanan terbaik dalam industri dan jasa kepada pelanggan. Industri pengecoran logam merupakan suatu industri yang bergerak pada bidang manufaktur yang menyediakan produk bagi konsumen. Peningkatan kualitas pelayanan kepada pelanggan perlu dilakukan jika tujuan utamanya adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi nilai loyalitas konsumen terhadap perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan proses produksi, kecacatan produk dan memberikan solusi implementasi dengan memperhatikan nilai six sigma sehingga dapat memberikan produktivitas produksi dan meminimalisir nilai kecacatan sehingga pelanggan dapat memperoleh produk yang diinginkan dan limbah perusahaan dapat dikurangi dengan memperhatikan hal ini. Dengan bantuan metode lean manufacturing dan six sigma serta beberapa tools yang dapat membantu, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada perusahaan pengecoran logam.

Loyalty is something that needs to be maintained by a company as a form of effort to maintain the company in the future by providing the best service in the industry and services to customers. The metal casting industry is an industry that operates in the manufacturing sector which provides products for consumers. Improving the quality of service to customers needs to be done if the main goal is to find out what factors can influence the value of consumer loyalty to the company. This research was carried out by paying attention to the production process, product defects and providing implementation solutions by paying attention to the six sigma value so that it can provide production productivity and minimize the defect value so that customers can get the desired product and company waste can be reduced by paying attention to this. With the help of lean manufacturing and six sigma methods as well as several tools that can help, it is hoped that this research can improve the quality of service at metal foundry companies."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pitaloka Sri Mumpuni
"Latar Belakang : Waktu tunggu menjadi suatu permasalahan yang mendesak di rumah sakit karena semua rumah sakit saling berkompetisi untuk memberikan pelayanan yang tepat, cepat dan profesional. Di ruang rawat inap lantai 5 gedung baru RS Permata Cibubur kerap masih didapatkan keluhan pasien atau keluarga pasien terkait waktu tunggu pasien pulang dari rawat inap. Tujuan : Tercapainya perbaikan pelayanan pasien pulang dari rawat inap dengan menggunakan metode Lean Six Sigma. Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental dengan memberikan perlakuan perbaikan menggunakan metode Lean Six Sigma dan menghitung waktu tunggu pada proses pelayanan pasien pulang pada 2 kelompok pasien dengan jaminan pribadi dan pasien jaminan asuransi swasta, sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil : Setelah dilakukan observasi dan wawancara maka dilakukan identifikasi waste pada proses pelayanan pasien pulang dari rawat inap dan didapatkan 4 waste, yaitu waiting, defect, motion, dan overprocessing. Core problem dari proses pelayanan pasien pulang didapatkan bahwa DPJP tidak input sendiri resep pasien pulang, hal ini menyebabkan beberapa kegiatan yang tidak bernilai tambah dan membuat waktu tunggu proses pelayanan pasien pulang menjadi memanjang. Fokus perbaikan yaitu dengan menjadikan DPJP input sendiri resep pasien pulang dan didapatkan total waktu tunggu yang mengalami penurunan dan prosentase kegiatan bernilai tambah yang meningkat. Rata-rata waktu tunggu pasien pulang sebelum perlakuan dengan jaminan pribadi sebesar 61 menit dan dengan jaminan asuransi swasta sebesar 125,8 menit. Setelah dilakukan perlakuan upaya perbaikan dengan metode Lean Six Sigma didapatkan rata-rata waktu tunggu pasien pulang dengan jaminan pribadi sebesar 43,2 menit dan pasien dengan jaminan asuransi swasta sebesar 101,7 menit. Sedangkan prosentase kegiatan bernilai tambah sebelum perlakuan pada pasien dengan jaminan pribadi sebesar 57,4 % dan pasien dengan asuransi swasta sebesar 29,7%. Sesudah perlakuan upaya perbaikan didapatkan prosentase kegiatan bernilai tambah pada pasien pribadi sebesar 59,7 % dan pasien dengan asuransi swasta sebesar 30,4%. Kesimpulan : Metode Lean Six Sigma secara umum dapat dikatakan efektif untuk digunakan dalam melakukan evaluasi terhadap alur pelayanan di unit pelayanan kesehatan, karena terbukti khususnya pada penelitian ini terjadi pengurangan waktu tunggu pada proses pelayanan pasien pulang dari rawat inap.

Background: Waiting time is an urgent problem in hospitals because all hospitals compete with each other to provide precise, fast and professional services. In the inpatient room on the 5th floor of the new building of Permata Cibubur Hospital, there are often still complaints from patients or patients' families related to the waiting time for patients to return home from hospitalization. Objective: To achieve the improvement of patient services discharged from hospitalization by using the Lean Six Sigma method. Method: This study uses a quasi-experimental research design by providing improvement treatment using the Lean Six Sigma method and calculating the waiting time in the process of returning patients to 2 groups of patients with personal insurance and private insurance patients, before and after the treatment. Results: After observation and interviews, waste identification was carried out in the service process of patients returning from hospitalization and 4 wastes were obtained, namely waiting, defect, motion, and overprocessing. The core problem of the service process for discharged patients is found that the DPJP does not input the prescriptions of discharged patients themselves, this causes several activities that are not value-added and makes the waiting time for the process of serving discharged patients prolonged. The focus of improvement is to make the DPJP input its own prescription for patients to go home and get a decrease in the total waiting time and an increase in the percentage of value-added activities. The average waiting time for patients to go home before treatment with personal insurance is 61 minutes and with private insurance guarantee is 125.8 minutes. After the treatment of improvement efforts with the Lean Six Sigma method, the average waiting time for patients to go home with personal insurance was 43.2 minutes, and for patients with private insurance, guarantees were 101.7 minutes. Meanwhile, the percentage of value-added activities before treatment for patients with personal insurance was 57.4% and for patients with private insurance was 29.7%. After the treatment of improvement efforts, the percentage of value-added activities in private patients was 59.7% and for patients with private insurance was 30.4%. Conclusion: The Lean Six Sigma method in general can be said to be effective to be used in evaluating the service flow in health service units because it is proven that especially in this study there is a reduction in waiting time in the service process of patients returning from hospitalization."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Saputera
"Latar Belakang : Service time merupakan salah satu indikator mutu pelayanan IGD RS, dengan target pencapaian yang berbeda-beda. Secara global, service time yang tidak mencapai target masih menjadi masalah yang belum dapat diselesaikan, termasuk di IGD RS St. Carolus Summarecon Serpong. Pencapaian service time ≤ 3 jam di IGD RS St. Carolus Summarecon Serpong hanya 74,3% dari target > 90% keseluruhan total pasien rawat inap dari IGD.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain penelitian operational research dengan menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif (blended method) dan teknik probability sampling untuk metode pengambilan sampel dengan jumlah sebanyak 32 pasien IGD.
Hasil: Hasil penelitian dengan pendekatan lean six sigma berhasil mengidentifikasi waste waiting pada tahap transfer pasien IGD ke ruang rawat inap sebagai penyebab akar masalah, menurunkan lead time dari 4 jam 14 menit menjadi 2 jam 39 menit 2 detik (↓ 37,4%) pada tahap post intervensi dan menjadi 2 jam 19 menit 46 detik (↓ 12,1%) pada tahap control; menurunkan aktivitas non value-added dari 1 jam 38 menit 19 detik menjadi 32 menit 22 detik (↓ 67,1%) pada tahap post intervensi dan menjadi 25 menit 23 detik (↓ 21,6%) pada tahap control. Pada tahap control, pendekatan lean six sigma berhasil mengeliminasi waste transport dan menurunkan waktu waste waiting.
Kesimpulan: Kombinasi berbagai tools lean six sigma dalam penelitian ini (heijunka, standardized work, 5 S, Single Exchange Minutes of Dies, dan visual management) mampu menurunkan lead time sebesar 55% pada tahap control, apabila dibandingkan dengan intervensi menggunakan satu tools saja.

Background: Service time is an indicator of the quality hospital emergency room (ER) services, with achievement targets that can vary. Globally, service time that does not achieve the target is still a problem that can’t be resolved, including in St. Carolus Summarecon Hospital. Achievement of service time ≤ 3 hours in the St. Carolus Summarecon Hospital ER only 74,3%, from the target > 90% of the total number ER inpatients.
Methodology : This research is operational research with quantitative and qualitative method (blended method) and the data were collected by probability sampling with total 32 patients.
Result: The result of this study succeeded in identifying waste of waiting at the transfer stage of emergency room patients to the inpatient room as the root cause of the problem, reducing lead time from 4 hours 14 minutes to 2 hours 39 minutes 2 seconds (↓37,4%) in the post-intervention stage and became 2 hours 19 minutes 46 seconds (↓ 12,1%) in the control stage; reduced non value-added activity from 1 hour 38 minutes 19 seconds to 32 minutes 22 seconds (↓ 67,1%) in the post-intervention stage and became 25 minutes 23 seconds (↓ 21,6%) in the control stage. At the control stage, the lean six sigma approach succeeded in eliminating waste of transport and reducing waste waiting time.
Conclusion: The combination of various lean six sigma tools in this study (heijunka, standardized work, Single Exchange Minutes of Dies, and visual management) was able to reduce lead time by 55% in the control stage, compared with intervention using just one tool.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Arimby
"Waktu tunggu merupakan salah satu indikator dari mutu pelayanan di rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pelayanan rawat jalan poli penyakit dalam di RS Simpangan Depok melalui pendekatan Lean Six Sigma (LSS). Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan pengumpulan data yang didapatkan melalui pengamatan dan pencatatan waktu (time motion) dalam setiap tahapan proses rawat jalan, penggalian informasi secara mendalam kepada informan dan pertanyaan terbuka kepada tiga puluh enam responden serta telaah dokumen. Pemilihan informan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling dan dilakukan wawancara terbuka kepada pasien untuk mendapatkan value dari perspektif customer. Data yang didapatkan kemudian dianalisis untuk mendapatkan faktor penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan di rawat jalan dengan menggunakan fishbone diagram sehingga dapat diberikan rekomendasi perbaikan yang dapat dilakukan oleh rumah sakit. Hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2023 didapatkan rata-rata waktu tunggu pelayanan di rawat jalan adalah 03:05:23 (dengan nilai VAR 10%) yang berarti masih kurang dari 30% dan dikategorikan sebagai Un-Lean. Beberapa faktor penyebab terjadinya waste adalah keterlambatan dokter, keterbatasan SDM, prosedur rawat jalan kurang praktis, belum ada penerapan e-resep, dan keterbatasan sarana prasarana.

Waiting time is one indicator of the quality of outpatient services. This study aims to analyze the process of outpatient internal medicine services at Simpangan Depok Hospital through the Lean Six Sigma (LSS) approach. The design of this study was qualitative with data collection obtained through observation and recording of time (time motion) in each stage of the outpatient process, in-depth exploration of informants and open-ended questions to thirty-six respondents as well as document review. Informants were selected using a purposive sampling technique and open interviews were conducted with patients to obtain value from a customer perspective. The data obtained is then analyzed to obtain the factors causing the long waiting time for outpatient services using a fishbone diagram so that recommendations for improvements can be given by the hospital. The results of research conducted in June-July 2023 found that the average waiting time for outpatient services was 03:05:23 (with a VAR value of 10%), which means that it is still less than 30% and is categorized as Un-Lean. Some of the factors that cause waste are delays in doctors, limited human resources, less practical outpatient procedures, no e-prescription implementation, and limited infrastructure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Annisa Firdaus
"Indikator Standar Pelayanan Minimal waktu tunggu pelayanan obat pada di depo farmasi rawat jalan RSUD Koja belum mencapai standar. Selisih terbesar antara pencapaian dengan standar terjadi pada pelayanan obat jadi pasien BPJS. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan dengan pendekatan Lean Six Sigma. Jenis penelitian ini adalah operational research dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menyatakan rata-rata waktu tunggu adalah 1 jam 21 menit 48 detik dengan kegiatan value-added sebesar 7,40% dan non- value-added sebesar 92,60%. Kategori waste terbesar ada pada kategori waiting, dan disusul oleh kategori lainnya yaitu motion, defects, overprocessing, human potential, dan inventory. Proses yang menjadi bottleneck adalah proses persiapan obat. Akar penyebab utama pada bottleneck yang dianalisis dengan fishbone adalah kategori man.
Usulan perbaikan terdiri dari realisasi perhitungan beban kerja, 5S, standarisasi pekerjaan, visual management, kaizen, perbaikan sistem, counter nomor antrian obat, perluasan ruangan, serta poli cepat dan perubahan layout. Dari usulan perbaikan, didapatkan hasil future state map yang menunjukkan waktu tunggu mengalami penurunan menjadi 49 menit 8 detik dengan value-added sebesar 12,38% dan non-value-added sebesar 87,62%.

The waiting time for medicine services in outpatient pharmacy RSUD Koja has not reached the standard. The biggest difference between achievement and standard occurs in the service of noncompounding medicine for BPJS patients. This study was conducted to analyze the waiting time of outpatient medicine services using Lean Six Sigma approach. This research is operational research with qualitative and quantitative approaches.
The results of this research that the average of waiting time is 1 hour 21 minutes 48 seconds with 7.40% of value-added and 92.49% of non-value-added. The biggest waste category is waiting, followed by other categories, such as motion, defects, overprocessing, human potential, and inventory. The bottleneck of medicine service is the process of medicine preparation with the root cause of problem using fishbone diagram is man category.
The suggestion for process improvements consist of realization of workload calculations, 5S, standardization of work, visual management, kaizen, software repairs, machine for queue number, room expansion, poli cepat and layout changes. Based on that suggestions, future state map results show that waiting time decreased to 49 minutes 8 seconds with 12.38% of value-added and 87.62% of non-value- added.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Junivia Aisyah
"Pelayanan resep obat merupakan serangkaian aktivitas mulai dari penerimaan penerimaan resep, pengkajian resep, pemberian harga obat, penyiapan obat, pengemasan, dan pemberian etiket, pemeriksaan kembali, penyerahan obat kepada pasien. Waktu tunggu pelayanan resep obat jadi belum dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh Rumah Sakit (≤10 menit) dan standar yang ditetapkan Pemerintah dalam Kepmenkes RI Nomor 129 Tahun 2008 (≤30 menit). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memberikan rekomendasi perbaikan pada waktu tunggu proses pelayanan resep obat jadi menggunakan pendekatan Lean Six Sigma meliputi tahap Define, Measure, Analyze, dan Improve. Desain penelitian berupa kualitatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian operational research. Hasil pengmatan pada waktu tunggu pelayanan obat jadi digambarkan dengan Value Stream Mapping (VSM) yang memperlihatkan rata-rata waktu keseluruhan proses pelayanan resep obat jadi selama 35,94 menit dengan kegiatan bernilai tambah (value-added activi) 11,2 menit (31,26%), kegiatan tidak memberi nilai tambahan (non-value-added activities) 24,74 menit (68,83%). Pemborosan (waste) paling banyak terjadi adalah menunggu (waiting) dari seluruh pemborosan (waste) yang ditemukan. Berdasarkan hasil analisis pada setiap aktivitas pemborosan (waste) dalam proses pelayanan resep obat jadi maka dihasilkan usulan perbaikan berupa visual management, 5S, membuat jadwal pemeliharaan peralatan, melakukan pengadaan peralatan penunjang, menambah fitur dalam sistem e-press, membuat gudang khusus, menghitung beban kerja petugas, dan mengadakan layar tampilan status resep, dan melakukan perbaikan berkelanjutan. Dihasilkan Future VSM dengan leadtime proses pelayanan resep obat jadi menjadi 20,42 menit.

Prescription drug service is a series of activities from receipt prescription, review of prescription, administration of drug prices, preparation, packaging, checking, and delivery of drugs to patients. The waiting time for prescription drug services has not been able to meet the standards set by the Hospital (≤10 minutes) and the standards set by the Government in Kepmenkes RI Nomor 129 Tahun 2008 (≤30 minutes). The aim of this research is to provide recommendations for improvements of the prescription service waiting time using Lean Six Sigma approach which consists of Define, Measure, Analyze and Improve phase. The research design is qualitative and quantitative with the type of operational research. The results of this research were described with the the value stream mapping that shows the average time for entire process is 35.94 minutes, with value-added activities 11.2 minutes (31.26%) and non-value-added activities 24.74 minutes (68.83%). The most waste occur is waiting. Based on that analysis, the researcher provide recommendations for improvement that is visual management, 5S, schedule maintenance of equipment, procuring supporting equipment, adding features in the e-presscription system, create a warehouse, calculate the workload of pharmacy staff, and implement continuous improvement. Resulting in future VSM with leadtime of the process of prescribing service time is 20.42 minutes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>